Pendahuluan
:
Etimologinya berasal dari kata
kerja bahasa Arab وَحَى (waḥā) yang berarti memberi
wangsit, mengungkap, atau memberi inspirasi.
Otoritas adalah kekuasaan yang
sah, dapat dipercaya dan yang memungkinkan untuk menjalankan fungsinya; hak untuk bertindak; kekuasaan; wewenang; hak melakukan tindakan
atau hak membuat peraturan untuk memerintah.
Yesus dan rasul-rasul dalam berkhotbah sering
mengambil ayat-ayat di dalam Perjanjian Lama, tetapi kadang-kadang kita sering
mengabaikan tentang pengajaran Yesus dan rasul-rasul mengenai Perjanjian
Lama. Jika Yesus mengajarkan bahwa
Perjanjian Lama adalah perkataan Tuhan yang diinspirasikan, dan dengan bukti
keilahian-Nya maka hal ini menegaskan bahwa Perjanjian Lama adalah wahyu
Tuhan dalam bentuk tulisan.
1.
Pengajaran Perjanjian Lama mengenai otoritasnya
Sejak awal sekali, Perjanjian Lama yang diberikan
melalui Musa diperlakukan suci dan diletakkan dalam tabut Tuhan (Ulangan 10:2)
kemudian diletakkan dalam Bait Allah (1 Raja-raja 8:9). Tulisan yang bersifat
nubuat juga diletakkan dalam kumpulan tulisan tersebut (Yosua 24:26; 1 Samuel
10:25). Musa menyatakan bahwa tulisan-tulisannya berasal dari Tuhan (Keluaran
20:1; Imamat 1:1; Bilangan 1:1; Ulangan 1:3), dan bagian selanjutnya dari Perjanjian
Lama mengenali otoritas Tuhan dalam tulisan Musa (Yosua 1:7-8; 1 Samuel 12:6;
Daniel 9:11; Nehemia 13:1).
Setelah Musa, muncul nabi-nabi
yang meneruskannya dan mempunyai pernyataan "Berfirmanlah Allah". Pada hampir bagian akhir sejarah Perjanjian Lama,
kumpulan tulisan-tulisan itu disebut sebagai buku dari Musa dan nabi-nabi yang
memiliki otoritas Tuhan (Daniel 9:2; Zakaria 7:12).
2.
Pengajaran Perjanjian
Baru mengenai otoritas Perjanjian Lama
Dengan berbagai cara, Yesus dan
para penulis Perjanjian Baru menunjukkan bahwa Perjanjian Lama adalah perkataan
Tuhan. Kadang-kadang mereka berbicara
mengenai Perjanjian Lama secara keseluruhan, dalam kesempatan lain mereka
berbicara mengenai bagian tertentu bahkan mengenai kata tertentu, tata bahasa,
atau bagian dari kata yang memiliki otoritas Tuhan.
a. Pengajaran Perjanjian
Baru mengenai otoritas Tuhan dalam Perjanjian Lama secara kesuluruhan.
2 Timotius 3:16 menyatakan
'Segala tulisan yang diilhamkan Allah' yang mengacu kepada
keseluruhan Perjanjian Lama.
Perjanjian Baru juga menyebut
Perjanjian Lama sebagai Kitab Suci, misal Yesus mengatakan 'Kitab Suci
tidak dapat dibatalkan' (Yohanes 10:35), 'kamu tidak mengerti Kitab Suci'
(Matius 22:29).
Paulus menyebut Perjanjian Lama
sebagai firman Allah (Roma 3:2).
Perjanjian Lama disebut sebagai
hukum Taurat yang berotoritas (Yohanes 10:34; Yohanes 12:34).
Kalimat 'Apa yang tertulis
dalam hukum Taurat harus digenapi' (Matius 5:17; Lukas 24:44) menunjukkan
otoritas Tuhan dari Perjanjian Lama.
b.
Pengajaran Perjanjian
Baru mengenai bagian tertentu dari Perjanjian Lama.
Biasanya Perjanjian Lama dibagi
menjadi dua: Hukum Taurat dan kitab nabi-nabi. Hukum Taurat adalah 5 buku pertama yang ditulis Musa . Hukum Taurat ini
disebut oleh Perjanjian Baru sebagai perkataan Allah (2 Korintus 3:15; Kisah
Para Rasul 13:39; Markus 12:26). Perkataan nabi-nabi dimasukkan sebagai bagian
selanjutnya Perjanjian Lama (Yohanes 1:45; Lukas 18:31).
Dalam 2 Petrus 1:21 sangat jelas menyatakan bahwa tulisan nubuat berasal dari Tuhan, "sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah".
Dalam 2 Petrus 1:21 sangat jelas menyatakan bahwa tulisan nubuat berasal dari Tuhan, "sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah".
c.
Pengajaran Perjanjian
Baru mengenai otoritas Tuhan pada bagian tertentu Perjanjian Lama
Yesus dan para penulis Perjanjian
Baru tidak mengutip setiap kitab dalam Perjanjian Lama, tetapi saat mereka
mengutip bagian tertentu tersebut mereka melihatnya sebagai kitab yang
mempunyai otoritas Tuhan.
Yesus sendiri mengutip Kejadian (Matius 19:4-5), Keluaran (Yohanes 6:31), Imamat (Matius 8:4), Bilangan (Yohanes 3:14), Ulangan (Matius 4:4), 1 Samuel (Matius 12:3-4).
Kemudian Ia berbicara mengenai
peristiwa yang mengacu 1 Raja-raja (Lukas 4:25), 2 Tawarikh (Matius
23:35).
Mazmur banyak dikutip Yesus (Matius 21:42; Matius
22:44), Amsal dikutip dalam Lukas 14:8-10, Yesaya (Lukas 4:18-19), Daniel
(Matius 24:21), Zakaria (Matius 26:31).
Penulis Perjanjian Baru mengutip Yosua (Ibrani 13:5), Yeremia (Ibrani 8:8-12), Kejadian (Galatia 3:6), Ulangan (Galatia 3:10), Habakuk (Galatia 3:11), Imamat (Galatia 3:12), Mazmur (Ibrani 5:5,6), Yesaya (1 Petrus 1:24-25).
Kutipan-kutipan ada yang didahului "tertulis", "supaya digenapi", "hingga bumi dan langit berlalu" (Matius 5:18), "kamu salah, jika kamu tidak percaya" (Matius 22:29), bahkan "Tuhan berfirman" (Matius 15:4). Pendek kata apa yang tertulis di Perjanjian Lama diperlakukan sebagai perkataan-perkataan Tuhan.
d. Pengajaran Perjanjian
Baru tentang kebenaran peristiwa-peristiwa sejarah dituliskan di dalam
Perjanjian Lama
Yesus dan penulis-penulis
Perjanjian Baru tidak hanya mengutip Perjanjian Lama sebagai tulisan yang
diwahyukan, tetapi juga mengajarkan kebenaran peristiwa-peristiwa yang
dituliskan di dalam Perjanjian Lama. Yesus
sendiri mengajarkan penciptaan Adam dan Hawa (Matius 19), banjir zaman Nuh (Lukas
17:27), Yunus dan ikan besar (Matius 12:40), Mujizat Elia (Lukas 4:25),
dan mujizat Musa di padang
gurun (Yohanes 3:14, Yohanes 6:32).
Yesus dan penulis-penulis Perjanjian Baru menegaskan kebenaran peristiwa-peristiwa dalam Perjanjian Lama, dan secara garis besar diuraikan sebagai berikut :
-
Penciptaan (Yohanes
1:3)
-
Manusia jatuh ke dalam dosa (Roma 5:12)
-
Pembunuhan Abil
(1 Yohanes 3:12)
-
Banjir zaman Nuh
(Lukas 17:27)
-
Abraham dan nenek moyang (Ibrani 11)
-
Penghancuran Sodom dan Gomora (Lukas 17:29)
-
Pengorbanan Iskak
(Ibrani 11:17)
-
Musa dan semak yang menyala (Kisah Para Rasul 7:30)
-
Keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir (1 Korintus
10:1-2)
-
Mujizat pemeliharaan Tuhan melalui manna (1 Korintus
10:3-5)
-
Peninggian ular
tembaga (Yohanes 3:14)
-
Jatuhnya kota Yeriko (Ibrani 11:30)
-
Mujizat Elia
(Yakobus 5:17)
-
Hakim-hakim yang
terkenal (Ibrani 11:32)
-
Raja-raja (Matius
12:41-42)
-
Daniel di kandang singa (Ibrani 11:33)
-
Penolakan nabi-nabi Perjanjian Lama (Matius 23:35).
Dengan penjelasan ini, maka disimpulkan bahwa peristiwa-peristiwa yang dicatat di dalam Perjanjian Lama adalah peristiwa sejarah yang benar-benar terjadi.
e. Pengajaran Perjanjian
Baru mengenai kata dan bagian dari kata Perjanjian Lama sebagai sesuatu yang
memiliki otoritas.
Yesus mengatakan dalam Matius
5:18, "Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota
atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya
terjadi."
Jadi Perjanjian Lama adalah punya
otoritas hingga sampai bagian terkecilpun.
3. Sifat Pewahyuan Perjanjian Lama
Diwahyukan berarti suci (Yohanes 10:35, 2 Timotius
3:15), dinafaskan oleh Allah (2 Timotius 3:16), digerakkan oleh Roh Kudus (2
Petrus 1:20-21).
a. Pewahyuan bersifat verbal
Pewahyuan bersifat verbal berarti
setiap kata diwahyukan. Dalam
Keluaran 24:4, " Lalu Musa menuliskan segala firman TUHAN itu". Daud
berkata: " firman-Nya ada di lidahku"(2 Samuel 23:2). Yeremia
diperintahkan untuk "Janganlah kaukurangi sepatah katapun" (Yeremia
26:2). Yesus berulang kali menyatakan Perjanjian Lama mempunyai otoritas dengan
mengatakan "ada tertulis... ada tertulis" (Matius 4:4,7). Paulus
menegaskan bahwa "perkataan diajarkan oleh Roh" (1 Korintus 2:13).
Dan 2 Timotius 3:16 menyatakan bahwa tulisan-tulisan Perjanjian Lama diwahyukan
oleh Tuhan.
b.
Pewahyuan secara lengkap
Yesus mengajarkan bahwa seluruh Perjanjian Lama
diwahyukan Tuhan. Segala tulisan termasuk tulisan Musa dan para nabi berasal
dari Tuhan (Matius 5:17,18) dan harus digenapi (Lukas 24:44). Paulus
menambahkan bahwa segala sesuatu dalam Perjanjian Lama ditulis supaya menjadi
pelajaran (Roma 15:4). 2 Timotius 3:16 mengajarkan bahwa 'Segala tulisan
yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan
kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran'.
c. Pewahyuan memiliki
otoritas
Otoritas dari pengajaran Alkitab
berasal dari perkataan atau firman Tuhan (Roma 3:2). Yesus berkata mengenai otoritas Perjanjian Lama,
"Kitab Suci tidak dapat dibatalkan" (Yohanes 10:35). Yesus menegaskan
otoritas Perjanjian Lama dengan berulang kali memakai mengutip Perjanjian Lama
dalam pengajaran-pengajaran-Nya (Matius 22:29, Markus 9:12). Yesus melawan
pencobaan iblis juga dengan 'ada tertulis' (Matius 4:4,7). Firman Allah dalam
bentuk tulisan inilah yang menjadi pegangan/otoritas dalam menyelesaikan segala
perselisihan mengenai pengajaran maupun hal-hal praktis.
Pewahyuan berarti bahwa segala pengajaran Perjanjian Lama adalah selalu benar. Yesus percaya bahwa Firman Tuhan adalah benar (Yohanes 17:17) dan penulis kitab Ibrani mengajarkan bahwa Tuhan tidak bisa berdusta (Ibrani 6:18). Yesus mengajarkan bahwa setiap 'iota' dan titik dari Perjanjian Lama berasal dari Tuhan. Dengan dengan demikian maka setiap pengajaran dan penulisan Perjanjian Lama adalah selalu benar, tanpa ada satu kesalahanpun.
Kesimpulan :
Yesus
mengajarkan bahwa Perjanjian Lama adalah tulisan yang diwahyukan Tuhan sehingga
Perjanjian Lama adalah tulisan yang mempunyai otoritas. Karena Yesus adalah
Tuhan (lihat Keilahian
Yesus Yesus), apa yang Yesus ajarkan adalah firman Tuhan. Dengan demikian
atas dasar otoritas Yesus sebagai Tuhan, maka dapat disimpulkan bahwa
Perjaniian Lama dengan segala pengajaran, peristiwa sejarah dan mujizatnya
adalah tulisan yang diwahyukan Tuhan.
Banyak bukti lain bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan, seperti nubuat yang digenapi, kesatuan yang menakjubkan, kualitas moral yang sangat tinggi, tersebar secara luas ke seluruh penjuru dunia, dan kekuatannya yang dinamis mengubah manusia.
Bagaimana anda memandang Alkitab? Seberapa anda sudah membaca, memahami dan taat kepada Firman Tuhan yang sudah dituliskan buat anda ini?
Sumber:
- Geisler, Norman L., Christian Apologetics, Baker Book House, Grand Rapids, Michigan 49516.
- Miriam Santoso, Bibliologi - Pengantar Alkitab, Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang.
- Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.