(Tiga Prinsip Yang Merangkum Segenap Ajaran
Injil)
Terdapat tiga
prinsip dari kehidupan Kristen yang merangkum segenap isi Injil dan jika Anda
bisa memahami ketiga prinsip, berarti bahwa Anda telah memiliki pemahaman yang
utuh tentang Injil.
Apakah ketiga prinsip dasar itu?
Ketiga prinsip
tersebut harus dipahami secara bersamaan, jika Anda mengabaikan salah satunya,
maka doktrin Anda tidak akan memiliki keseimbangan, dan Anda tidak akan bisa
berdiri teguh. Ini merupakan hal yang sangat mengerikan karena, kadang kala, di
tengah gereja zaman sekarang, hanya prinsip pertama yang ditekankan sedangkan
dua yang lainnya diabaikan dengan cara dikecilkan peranannya.
Jadi, apakah ketiga prinsip itu?
1.
Prinsip kasih karunia (grace)
Allah menangani kita dengan kemurahan, memaafkan kita sebagai respon
terhadap pertobatan kita. Pengampunan ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan
usaha-usaha kita. Kita diselamatkan tapi bukan karena perbuatan baik kita.
Jadi, prinsip yang pertama adalah prinsip kasih karunia yang juga dapat
disebut sebagai pembenaran (justification). Pembenaran adalah kasih karunia
Allah kepada kita di masa lalu di mana Dia telah mengampuni dosa-dosa kita di
saat kita mengaku di hadapan-Nya dan bertobat dari dosa-dosa kita. Dia
mengampuni kita begitu saja, bukan atas dasar perbuatan yang pernah kita
lakukan atau prestasi kita. Dia mengampuni kita dengan cuma-cuma. Kita tidak
akan bisa mencapai keselamatan bagi kita sendiri, karena jika kita mampu maka
Kristus tidak perlu mati bagi kita.
Itulah poin pertama dari Injil, poin yang paling mendasar. Demikianlah,
di dalam Efesus 2:9, Paulus
menetapkan poin ini. Kita diselamatkan oleh kasih karunia, bukan oleh perbuatan
baik, jadi kita tidak punya dasar apapun untuk menyombongkan diri.
Akan tetapi, ayat yang selanjutnya itu sama pentingnya. Kita
diselamatkan bukan oleh perbuatan baik kita, akan tetapi kita diciptakan di
dalam Kristus Yesus untuk mengerjakan perbuatan baik. Bukan diselamatkan oleh
perbuatan baik tetapi diselamatkan untuk mengerjakan perbuatan baik. Bagian
yang kedua ini sama pentingnya, namun seringkali diabaikan. Bukan karena
perbuatan baik maka kita ini diselamatkan akan tetapi kita ini diselamatkan
untuk mengerjakan perbuatan baik. Itulah rencana Allah bagi keselamatan kita.
2.
Prinsip kemurahan (graciousness)
Pokok yang kedua adalah kemurahan (graciousness) – untuk mengerjakan
perbuatan baik.
Jika Anda hidup untuk mengerjakan perbuatan baik sebagai hasil dari
kasih karunia Allah yang mengubah diri Anda, maka perbuatan-perbuatan baik itu
akan terlihat seperti apa? Akan terlihat penuh dengan kasih karunia dan
kebenaran (full of grace and truth). Anda akan menjadi murah hati melalui kasih
karunia Allah di dalam hidup Anda. Kita diselamatkan oleh kasih karunia yang
bekerja di dalam diri kita yang akan menghasilkan kemurahan di dalam diri kita.
Apakah Anda terlihat murah hati di dalam kehidupan Anda? Apakah
perilaku kita murah hati? Apakah ketika orang lain bertemu dengan kita, maka
mereka akan berkata, “Oh, orang itu sangat murah hati.” Seperti Yohanes yang
mampu memberi kesaksian tentang Yesus, “Kami hidup bersama Dia, kami bersekutu
dengan-Nya, dan kami memberikan kesaksian berikut ini: Dia penuh dengan kasih
karunia dan kebenaran.” Yesus penuh kasih karunia dan kebenaran. Demikian murah
hati pribadi-Nya. Dapatkah kesaksian itu diberikan oleh orang lain terhadap
diri kita? Dengan cara apa kita akan mencerminkan kasih karunia Allah di dalam
hidup kita?
Kita kerap memakai istilah teologi yang disebut ‘pengudusan’
(sanctification) di dalam membahas kemurahan ini. Kemurahan ini, dalam
pengertiannya yang sederhana, adalah cara kita berurusan dengan orang lain
sebagaimana cara Allah berurusan dengan kita: karena Dia menangani kita dengan
penuh kemurahan, maka kita juga berurusan dengan orang lain dengan penuh
kemurahan pula, dengan demikian, kemurahan itu ada di dalam tindakan kita, di
dalam perilaku kita.
Sangatlah menyebalkan melihat orang Kristen yang berperilaku tidak
murah hati, kasar, tidak sopan, tidak menyenangkan, tanpa pengertian,
berpikiran picik, egois, bebal, dogmatik dan angkuh. Sangat menyebalkan! Kita
harus murah hati jika kita sudah menerima kasih karunia Allah. Ini bukanlah
suatu pilihan. Menjadi murah hati bukanlah suatu pilihan.
Ini juga merupakan hal yang dimaksudkan oleh Paulus di dalam Efesus 5:1
Jadilah penurut-penurut (imitators = peniru-peniru) Allah. Itu adalah suatu
perintah. Ini bukanlah sebuah saran yang menganjurkan betapa baiknya jika
menjadi peniru-peniru Allah. Kita harus menjadi peniru-peniru Allah.
Apakah arti dari ‘peniru Allah’ itu? Artinya adalah bahwa kita harus
menangani orang lain sebagaimana Allah telah menangani kita. Allah telah
mengampuni kita, hal yang memang telah Dia lakukan, dan kita juga harus
mengampuni orang lain. Itulah artinya menjadi peniru-peniru Allah. Tak ada yang
rumit dalam pemahamannya. Pokok ini sangatlah ditekankan di dalam pengajaran
Yesus dan sungguh luar biasa melihat betapa pokok ini justru tidak lagi
ditekankan.
3.
Prinsip penghakiman (judgement)
Allah akan menghakimi kita sesuai dengan perbuatan-perbuatan kita, baik
untuk perbuatan yang baik ataupun yang jahat. Dia akan menangani kita
sebagaimana cara kita menangani orang lain
Demikianlah, karena kasih karunia Allah di masa lalu telah mengampuni dosa-dosa
kita, maka di masa sekarang ini kita wajib bermurah hati sampai kesudahannya,
supaya pada Hari Penghakiman, Allah akan
menghakimi kita sesuai dengan cara kita menghadapi orang lain. Inilah prinsip
yang ketiga. Penghakiman akan didasarkan pada perbuatan-perbuatan kita. Allah
akan menghakimi kita sesuai dengan perbuatan-perbuatan kita, entah yang baik
maupun yang jahat, tidak terbatas pada yang baik saja.
Baru-baru ini saya membaca sebuah buku, dan penulis buku itu
mempertanyakan apa arti penghakiman bagi orang Kristen? Jawaban orang itu
adalah bahwa penghakiman terhadap orang Kristen itu sekadar ucapan terima kasih
dari Allah kepada Anda. Pertanyaan saya adalah apa hal yang telah Anda perbuat
dan layak untuk menerima ucapan terima kasih dari Allah? Renungkanlah kehidupan
Anda dan pikirkanlah, untuk apa Allah berterima kasih kepada Anda? Hal apa yang
telah Anda lakukan yang perlu mendapatkan ucapan terima kasih? Apakah untuk
sepuluh ribu rupiah yang telah Anda masukkan ke kotak persembahan? Pada dasarnya
uang itu milik-Nya sendiri. Jumlah yang malahan jauh lebih sedikit dari jumlah
perpuluhan sebagaimana yang ditetapkan di dalam Perjanjian Lama. Apakah ada
milik kita yang bukan menjadi milik-Nya?
Berkaitan dengan hal penghakiman ini, mari kita beralih sejenak ke
dalam 2 Korintus 5:10. Izinkan saya menunjukkan kepada Anda bahwa penghakiman
kepada orang Kristen bukan sekadar urusan ucapan terima kasih. Penghakiman ini
bisa menjadi sangat keras. Paulus sangat memahami pengajaran Yesus sehingga ia tidak
akan sampai pada pandangan bahwa orang Kristen tidak akan dihakimi atau dihukum
sehubungan dengan cara mereka menjalani kehidupan atau cara mereka berperilaku.
Paulus tidak membuat kesalahan semacam itu. 2 Korintus 5:10 berkata, “Kita
semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus,” Kita yang harus menghadap
takhta, bukan orang non-Kristen. Orang Kristenlah yang sedang Paulus bicarakan
saat dia menyurati jemaat di Korintus. Kalian, jemaat di Korinstus dan aku,
kita semua akan hadir di hadapan takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang
memperoleh apa yang patut diterimanya, hal yang baik.
Kita tentunya berharap agar Paulus berhenti di sana. Ternyata tidak, supaya setiap orang
memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya
ini, baik ataupun jahat.” Sesuai dengan yang dilakukannya di dalam hidupnya
berarti sesuai dengan perbuatan Anda di dalam kehidupan Anda, demikianlah kita
akan menerima apa yang baik ataupun yang jahat. Bukan sekadar ucapan terima
kasih.
Akan ada hamba yang dihardik-Nya dengan ucapan, “menyingkirlah dari-Ku,
kamu hamba yang jahat.” Orang itu memang seorang hamba Tuhan, akan tetapi dia
jahat. Dia menerima apa yang jahat akibat apa yang telah dia kerjakan selama
hidupnya. Penghakiman ini, sebagaimana yang telah kita lihat, didasarkan pada
prinsip yang kedua. Didasarkan pada fakta bahwa Allah akan menangani kita
sesuai dengan cara kita menangani orang lain.
Implikasi :
Demikianlah
ketiga prinsip itu: kasih karunia (grace), kemurahan (graciousness), dan
penghakiman (judgement). Mari kita merangkum ketiga prinsip itu. Allah telah
menangani kita dengan penuh kemurahan dalam kaitannya dengan pertobatan kita,
dan hal ini tidak dikaitkan dengan perbuatan baik kita. Walaupun kita
diselamatkan bukan oleh perbuatan baik, akan tetapi kita diciptakan di dalam
Kristus untuk tujuan mengerjakan perbuatan baik.
Dengan demikian,
kita sampai pada prinsip yang kedua: Dia mengharapkan agar kemurahan muncul di
dalam hidup kita. Dan kemurahan dapat kita artikan sebagai berikut, bahwa kita
berurusan dengan orang lain sama seperti Allah telah berurusan dengan kita di
dalam kemurahan.
Pada hari
Penghakiman, Dia akan menghakimi kita sesuai dengan cara kita berurusan dengan
orang lain. Renungkanlah hal itu. Itulah rangkuman sederhana dari segenap
ajaran injil: kasih karunia, kemurahan dan penghakiman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.