Jumat, 20 Maret 2015

Injil, Suatu Otoritas Allah

Roma 1:16-17 (TL)
 
Karena tiadalah aku berasa malu mengaku Injil itu; karena ia itulah suatu kuasa Allah yang mendatangkan selamat kepada tiap-tiap orang yang percaya, terutama sekali kepada orang Yahudi, dan kepada orang Gerika juga. Karena di dalamnya itu kebenaran Allah dinyatakan daripada iman kepada iman, seperti yang telah tersurat: Bahwa orang benar itu akan hidup oleh sebab iman.

Pendahuluan :

Bila kita menganalisa ayat di atas maka dapat disimpulkan bahwa keyakinan Paulus yang kokoh dalam Injil membuat Ia tidak malu terhadap siapapun (bahkan, kalau kita bayangkan pada saat itu bahwa Kekaisaran Romawi sedang berkuasa).
Pasti ada penyebab (alasan yang mendorong / memotivasi) yang membuat seseorang bisa memiliki keyakinan yang kokoh akan sesuatu paham atau ajaran atau pengetahuan.
Dan dalam hal ini, kita dengan jelas melihat bahwa Paulus meyakini Injil sebagai suatu Kuasa Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, tidak jadi soal apakah dia itu suku bangsa Yahudi maupun Yunani.

Injil dalam bahasa Yunani: euangelion artinya "kabar baik" atau "berita baik" atau "berita suka cita" tentang kemuliaan dan Rahmat Allah yang inti isi beritanya adalah Pertobatan, Pengampunan Dosa Dan Hidup Yang Kekal di dalam Tuhan Yesus Kristus.

Injil juga adalah istilah yang digunakan untuk menyebut keempat kitab pertama dalam Perjanjian Baru. Kitab-kitab tersebut adalah: Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes.

I.         Pentingnya Otoritas Bagi Orang Percaya :

Arti Otoritas: Otoritas adalah wewenang, hak atau kuasa yang mewajibkan untuk menentukan hukum, norma-norma, atau kaidah-kaidah dalam keteraturan dan kepatuhan.
Dari segi iman Kristen, Allah mempunyai hak dan kuasa tertinggi (berdaulat) untuk menuntut kepatuhan, karena Dialah sang Pencipta dan Tuhan atas segala bangsa.

Otoritas itu menjadi sangat penting karena otoritas akan mengendalikan hidup seseorang :
  • Mempengaruhi perilaku kita (baik atau buruk)
  •  Mempengaruhi keputusan-keputusan kita (benar atau salah);
  •  Mempengaruhi pilihan-pilihan kita (ya atau tidak).
Secara umum, akhir-akhir ini ada krisis otoritas yang menyebar luas dalam masyarakat, dan satu-satunya otoritas yang diterima oleh banyak orang adalah otoritas yang secara sadar dipilih oleh dirinya sendiri.

Untuk menentukan ukuran baik dan buruk, benar dan salah, ya dan tidak, diukur oleh diri sendiri tanpa alat (indicator) yang jelas. Memang kitalah yang mengambil keputusan dari sekian banyak pilihan hanya saja atas dasar (otoritas) apa kita mengambil keputusan tersebut?

II.       Sumber-sumber Otoritas Kristen :

Selama berabad-abad orang-orang Kristen telah meletakkan otoritas tertinggi dalam berbagai tempat.
  
1. Pengakuan-pengakuan iman

Pengakuan-pengakuan iman, seperti halnya Pengakuan Iman Rasuli adalah kredo meringkaskan iman yang dipelajari dan dipercayai.
Pengakuan itu memberikan patokan-patokan yang dapat dipakai dalam penjelasan iman Kristen, namun tak dapat dipakai sebagai sumber akhir dan tolok ukur kebenaran Kristen.
Pengakuan itu dapat dipakai untuk menilai pandangan ekstrim (sesat), tetapi tidak memberikan keterangan yang cukup jelas tentang ajaran yang disebutkan di dalamnya. Bisa saja salah, memerlukan revisi (perbaikan) secara berkala. Dan harus selalu patuh pada otoritas Alkitab.

2. Gereja dan Pemikirannya

Menurut pandangan ini, kehadiran Tuhan dalam gereja berarti bahwa pikiran-Nya dapat diketahui dengan meneliti aliran utama dari pemikiran dalam gereja (“pikiran gereja”) Tetapi ada hambatan-hambatan serius untuk menerima pandangan ini.
Konsensus orang-orang Kristen sulit untuk dipastikan. Kepada siapa harus kita dengar: para teolog, para pendeta, komisi gereja, pendapat awam umumnya atau siapa?
Selanjutnya, kalau pikiran gereja itu adalah otoritas tertinggi, setiap perbedaan pendapat dalam gereja membawa kita pada jalan buntu, karena tidak ada otoritas yang lebih tinggi yang dapat menyelesaikannya.

1 Korintus 11:19, Sebab di antara kamu harus ada perpecahan, supaya nyata nanti siapakah di antara kamu yang tahan uji.
Gereja memang mempunyai sebuah mandat ilahi untuk menetapkan tuntunan-tuntunaan otoritas bagi anggota-anggotaanya.

Ibrani 13:7, 17
Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka.
Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.

Sebagaimana kredo pemikiran gereja pun bisa saja salah, memerlukan evaluasi dan revisi (perbaikan) serta harus selalu patuh pada otoritas Alkitab.

3. Rasionalitas

Menurut pandangan ini, kebenaran Kristen adalah apa yang dapat kita tunjukkan mengenai Allah melalui penalaran.
Menurut pandang ini pikiran merupakan dasar paling akhir menentukan berbagai pilihan dalam hidup ini. Memang kita tidak boleh membuang pertimbangan-pertimbangan rasional bila kita akan merumuskan kebenaran, Karena Allah yang rasional memberi kita rasional untuk berpikir dan menentukan berbagai pilihan dan keputusan dalam hidup. Kita perlu rasional tanpa harus menjadi rasionalisme.
Rasional tidak cukup sebagai otoritas tertinggi karena natur manusia yang telah berdosa, dan mahluk ciptaan. Pikiran kita Terbatas tidak sanggup memahami sang Pencipta sepenuhnya. (Roma 1:21;).
Roma 1:21 Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.

Efesus 4:17, 18
Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia, ……….. dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.

4. Sensibilitas / emosionalitas

Menurut pandangan ini, analisis mengenai pengalaman agamawi didasarkan pada perasaan. Mereka menentukan pilihan, keputusan-keputusan berdasarkan perasaan (emosi).
Tanpa mengurangi arti penting dan peranan perasaan, perlu menyadari bahwa jika kita bertumpu pada perasaan sebagai sumber otoritas maka banyak dari kita akan dirugikan. Perasaan tidak dapat diandalkan karena dipengaruhi oleh subjektivitas dan hormonal. Perasaan kita dapat berubah-ubah, jika keadaan positif kita dapat optimis; jika keadaan kurang baik, kita pun murung dan pesismis. Alkitab mengingatkan kita tentang perasan yang bisa menjadi tumpul.

Efesus 4:19, Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran.

5. Nati Nurani / kesadaran

Beberapa orang menegaskan bahwa Allah langsung berbicara di kedalaman kesadaran dan bahwa “kata hati” ini adalah otoritas tertinggi. Pandangan ini juga popular pada masa kini dan sering ditafsirkan sebagai dorongan Roh Kudus. Tentu saja ada unsur kebenaran di dalamnya, karena Roh Kudus memainkan peran penting dalam pengertian Kristen mengenai otoritas, namun pada hakikatnya Ia bekerja di dalam dan melalui Alkitab.
Tiap pernyataan pribadi tentang dorongan dari Roh Kudus harus diterima dengan dievaluatif dengan cukup acuan pada firman Tuhan yang tertulis ataupun ada dukungan dari pengalaman jemaat. (Hal ini tentunya karena hati nurani manusia bisa menjadi cemar.

Titus 1:15, Aku telah meninggalkan engkau di Kreta dengan maksud ini, supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau menetapkan penatua-penatua di setiap kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu,

Dalam hal ini ketulusan banyak orang yang yakin telah menerima dorongan tadi jangan sampai menutupi bahaya yang amat besar, bahwa orang dapat menipu diri sendiri. Penipuan diri ini berulang kali menyebabkan kerapuhan spiritual sebagaimana telah terbukti dari fakta yang ada.

6. Pengalaman Kristen

Pandangan ini dimulai dari pengalaman manusia tentang Allah, dan mencoba untuk mengenal ajaran yang dinyatakan dalam pengalaman itu. Ada dua keberatan besar terhadap hal ini.  Dalam pengalaman manusia tentang Allah, harus dibedakan kebenaran objektif mengenai Tuhan dan pandangan manusia secara subjektif yang serba terbatas dan berpraduga tentang Dia. Untuk itu diperlukan norma yang lebih tinggi daripada pengalaman itu sendiri.
Pengalaman harus diukur dalam terang Firman Allah.  Hal yang subjek harus tunduk pada yang objek; hal yang tidak sempurna harus tunduk pada yang sempurna; Jika tidak, pengalaman yang tidak dituntun bisa menyebabkan kesalahan dan kekeliruan.

7. Alkitab (OTORITAS TERTINGGI DAN MUTLAK)
Tak satu pun dari pandangan (1-6) tersebut diatas dapat menerangkan pikiran Allah dan oleh sebab itu tidak dapat dianggap sumber kebenaran Kristen yang berotoritas.
Namun, masing-masing memberi manfaat ke arah itu. Pengakuan iman dan pikiran gereja menitik beratkan tempat kita dalam gereja Yesus Kristus yang sudah hampir dua ribu tahun umurnya.
Pengalaman Kristen, hati nurani, dan emosi mengingatkan kita bahwa kebenaran tidak bersifat intelektual saja.
Sedangkan rasionalitas Kristen menuntut agar kita merumuskan kebenaran menurut cara berkomunikasi yang cocok.
Sumber otoritas utama bagi orang Kristen adalah Tuhan sendiri sebagaimana Ia menyatakan melalui Alkitab.

III.     Aspek Kebenaran Otoritas Alkitab / Injil :

1. Allah mengambil inisiatif. 

Kita (orang percaya) dapat belajar tentang Dia dan langsung masuk di bawah otoritas-Nya karena Ia sendiri memperkenalkan diri dan kehendak-Nya kepada kita. Inilah pewahyuan.

2. Allah telah datang kepada kita dalam Yesus Kristus Allah yang menjadi manusia. 

Sebagai Firman abadi dan hikmat Allah, Yesus Kristus menyampaikan segala pengetahuan tentang Allah kepada kita (bnd. Yohanes 1:1; 1 Korintus 1:30; Kolose 2:3; Wahyu 19:13).

1 Korintus 1:30 Tetapi dengan berkat Allah kamu ini ada di dalam Kristus Yesus, yang sudah menjadi bagi kita hikmat daripada Allah, yaitu kebenaran, dan kesucian, dan penebusan, Kolose 2:3, Di dalam Dia itu ada segala perhimpunan hikmat dan makrifat terlindung. Wahyu 19:13, dan Ia berjubah yang dipercik dengan darah, dan nama-Nya dikatakan, "Firman Allah."

3. Pengetahuan kita tentang Allah datang melalui Kitab Suci.

Ia telah membuat Alkitab ditulis dan melalui kata-kata Alkitab Ia berbicara kepada kita sebagaimana Ia berbicara kepada bangsa-Nya ketika kata-kata itu pertama-tama diberikan.

IMPLIKASI :

Alkitab (INJIL) harus diterima sebagai firman Tuhan kepada kita dan oleh sebab itu wajib dihormati dan ditaati oleh setiao orang percaya. Pada waktu kita tunduk kepada otoritasnyanya, kita menempatkan diri di bawah otoritas Allah yang hidup, yang diperkenalkan kepada kita di dalam diri Yesus Kristus.

2 Timotius 3:16-17, Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.

Roma 15:4, Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.
Catatan :
Kredo = Pernyataan Kepercayaan, Dasar Tuntunan Hidup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.