Nats : Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar" (1Samuel 3:10)
Bacaan : 1Samuel 3:1-10
Sewaktu keluarga kami tinggal di Florida, saya sering dibangunkan di
pagi hari oleh kicauan merdu seekor mockingbird [burung Amerika yang
pandai meniru suara burung lain] dari balik jendela. Pertama kali
mendengarnya, hati saya tergetar oleh keindahan nyanyiannya. Namun
beberapa hari kemudian saya segera terbiasa mendengar kicauannya dan
mulai menganggap biasa konsernya di pagi hari saat matahari terbit.
Lambat laun saya tak lagi "mendengar" nyanyiannya. Ini kesalahan saya
sendiri. Burung itu masih berada di luar dan bernyanyi setiap pagi,
tetapi sayalah yang tak lagi mendengarkannya.
Hal yang sama akan terjadi bila kita berhenti "mendengarkan" Allah yang
berbicara kepada kita melalui Kitab Suci. Saat pertama kali menjadi
orang kristiani, kita membaca dan mempelajari Alkitab dengan sukacita.
Kata-kata di dalamnya berbicara ke dalam hati bagaikan musik di telinga
kita. Hati kita bergetar saat melihat rencana Allah dibukakan halaman
demi halaman. Namun lambat laun membaca Alkitab menjadi rutinitas, dan
tak lama kemudian kita akan mengabaikannya semuanya. Akibatnya, kita tak
lagi "mendengarkan" Allah. Pengaruh negatif dari pola ini tak kentara
sampai pada suatu hari kita terbangun dan menyadari bahwa kita telah
kehilangan.
Betapa kita lebih baik memiliki sikap seperti Samuel yang berkata, "Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar" (1 Samuel 3:10).
Allah berbicara kepada kita melalui firman-Nya. Pertanyaannya adalah apakah kita selalu membuka telinga kita? --RWD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.