Roma 1:16-17 (TL)
Karena tiadalah aku berasa malu mengaku Injil itu; karena ia
itulah suatu kuasa Allah yang mendatangkan selamat kepada tiap-tiap orang yang
percaya, terutama sekali kepada orang Yahudi, dan kepada orang Gerika juga. Karena di dalamnya itu kebenaran Allah dinyatakan daripada
iman kepada iman, seperti yang telah tersurat: Bahwa orang benar itu akan hidup
oleh sebab iman.
Pendahuluan :
Bila
kita menganalisa ayat di atas maka dapat disimpulkan bahwa keyakinan Paulus
yang kokoh dalam Injil membuat Ia tidak malu terhadap siapapun (bahkan, kalau
kita bayangkan pada saat itu bahwa Kekaisaran Romawi sedang berkuasa).
Pasti
ada penyebab (alasan yang mendorong / memotivasi) yang membuat seseorang bisa
memiliki keyakinan yang kokoh akan sesuatu paham atau ajaran atau pengetahuan.
Dan
dalam hal ini, kita dengan jelas melihat bahwa Paulus meyakini Injil sebagai
suatu Kuasa Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, tidak jadi soal
apakah dia itu suku bangsa Yahudi maupun Yunani.
Injil
dalam bahasa Yunani: euangelion artinya "kabar baik"
atau "berita baik" atau "berita suka cita" tentang
kemuliaan dan Rahmat Allah yang inti isi beritanya adalah Pertobatan,
Pengampunan Dosa Dan Hidup Yang Kekal di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Injil
juga adalah istilah yang digunakan untuk menyebut keempat kitab pertama dalam
Perjanjian Baru. Kitab-kitab tersebut adalah: Injil Matius, Injil Markus,
Injil Lukas, dan Injil Yohanes.
I. Pentingnya Otoritas Bagi Orang Percaya :
Arti
Otoritas: Otoritas adalah wewenang, hak atau
kuasa yang mewajibkan untuk menentukan hukum, norma-norma, atau kaidah-kaidah
dalam keteraturan dan kepatuhan.
Dari
segi iman Kristen, Allah mempunyai hak dan kuasa tertinggi (berdaulat) untuk
menuntut kepatuhan, karena Dialah sang Pencipta dan Tuhan atas segala bangsa.
Otoritas
itu menjadi sangat penting karena otoritas akan mengendalikan hidup seseorang :
- Mempengaruhi perilaku kita (baik atau buruk)
- Mempengaruhi keputusan-keputusan kita (benar atau salah);
- Mempengaruhi pilihan-pilihan kita (ya atau tidak).
Secara
umum, akhir-akhir ini ada krisis otoritas
yang menyebar luas dalam masyarakat, dan satu-satunya otoritas yang diterima
oleh banyak orang adalah otoritas yang secara sadar dipilih oleh dirinya
sendiri.
Untuk
menentukan ukuran baik dan buruk, benar dan salah, ya dan tidak, diukur oleh
diri sendiri tanpa alat (indicator) yang jelas. Memang
kitalah yang mengambil keputusan dari sekian banyak pilihan hanya saja atas
dasar (otoritas) apa kita mengambil keputusan tersebut?
II. Sumber-sumber Otoritas Kristen :
Selama
berabad-abad orang-orang Kristen telah meletakkan otoritas tertinggi dalam
berbagai tempat.
1. Pengakuan-pengakuan
iman
Pengakuan-pengakuan
iman, seperti halnya Pengakuan Iman Rasuli adalah kredo meringkaskan iman yang
dipelajari dan dipercayai.
Pengakuan
itu memberikan patokan-patokan yang dapat dipakai dalam penjelasan iman
Kristen, namun tak dapat dipakai sebagai sumber akhir dan tolok ukur kebenaran
Kristen.
Pengakuan
itu dapat dipakai untuk menilai pandangan ekstrim (sesat), tetapi tidak
memberikan keterangan yang cukup jelas tentang ajaran yang disebutkan di
dalamnya. Bisa saja salah, memerlukan revisi (perbaikan) secara berkala. Dan
harus selalu patuh pada otoritas Alkitab.
2. Gereja
dan Pemikirannya
Menurut
pandangan ini, kehadiran Tuhan dalam gereja berarti bahwa pikiran-Nya dapat
diketahui dengan meneliti aliran utama dari pemikiran dalam gereja (“pikiran
gereja”) Tetapi ada hambatan-hambatan serius untuk menerima pandangan ini.
Konsensus
orang-orang Kristen sulit untuk dipastikan. Kepada siapa harus kita dengar:
para teolog, para pendeta, komisi gereja, pendapat awam umumnya atau siapa?
Selanjutnya,
kalau pikiran gereja itu adalah otoritas tertinggi, setiap perbedaan pendapat
dalam gereja membawa kita pada jalan buntu, karena tidak ada otoritas yang
lebih tinggi yang dapat menyelesaikannya.
1
Korintus 11:19, Sebab
di antara kamu harus ada perpecahan, supaya nyata nanti siapakah di antara kamu
yang tahan uji.
Gereja
memang mempunyai sebuah mandat ilahi untuk menetapkan tuntunan-tuntunaan
otoritas bagi anggota-anggotaanya.
Ibrani 13:7, 17
Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah
menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan
contohlah iman mereka.
Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka,
sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus
bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan
gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan
bagimu.
Sebagaimana
kredo pemikiran gereja pun bisa saja salah, memerlukan evaluasi dan revisi
(perbaikan) serta harus selalu patuh pada otoritas Alkitab.
3. Rasionalitas
Menurut
pandangan ini, kebenaran Kristen adalah apa yang dapat kita tunjukkan mengenai
Allah melalui penalaran.
Menurut
pandang ini pikiran merupakan dasar paling akhir menentukan berbagai pilihan
dalam hidup ini. Memang kita tidak boleh membuang pertimbangan-pertimbangan
rasional bila kita akan merumuskan kebenaran, Karena Allah yang rasional
memberi kita rasional untuk berpikir dan menentukan berbagai pilihan dan
keputusan dalam hidup. Kita perlu rasional tanpa harus menjadi rasionalisme.
Rasional
tidak cukup sebagai otoritas tertinggi karena natur manusia yang telah berdosa,
dan mahluk ciptaan. Pikiran kita Terbatas tidak sanggup memahami sang Pencipta
sepenuhnya. (Roma 1:21;).
Roma
1:21 Sebab
sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau
mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati
mereka yang bodoh menjadi gelap.
Efesus 4:17, 18
Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam
Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah
dengan pikirannya yang sia-sia, ……….. dan pengertiannya yang gelap, jauh dari
hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan
karena kedegilan hati mereka.
4.
Sensibilitas / emosionalitas
Menurut
pandangan ini, analisis mengenai pengalaman agamawi didasarkan pada perasaan.
Mereka menentukan pilihan, keputusan-keputusan berdasarkan perasaan (emosi).
Tanpa
mengurangi arti penting dan peranan perasaan, perlu menyadari bahwa jika kita
bertumpu pada perasaan sebagai sumber otoritas maka banyak dari kita akan
dirugikan. Perasaan tidak dapat diandalkan karena dipengaruhi oleh
subjektivitas dan hormonal. Perasaan kita dapat berubah-ubah, jika keadaan
positif kita dapat optimis; jika keadaan kurang baik, kita pun murung dan
pesismis. Alkitab mengingatkan kita tentang perasan yang bisa menjadi tumpul.
Efesus
4:19, Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada
hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran.
5.
Nati Nurani / kesadaran
Beberapa
orang menegaskan bahwa Allah langsung berbicara di kedalaman kesadaran dan
bahwa “kata hati” ini adalah otoritas tertinggi. Pandangan ini juga popular
pada masa kini dan sering ditafsirkan sebagai dorongan Roh Kudus. Tentu saja
ada unsur kebenaran di dalamnya, karena Roh Kudus memainkan peran penting dalam
pengertian Kristen mengenai otoritas, namun pada hakikatnya Ia bekerja di dalam
dan melalui Alkitab.
Tiap
pernyataan pribadi tentang dorongan dari Roh Kudus harus diterima dengan
dievaluatif dengan cukup acuan pada firman Tuhan yang tertulis ataupun ada
dukungan dari pengalaman jemaat. (Hal ini tentunya karena hati nurani manusia
bisa menjadi cemar.
Titus 1:15,
Aku telah meninggalkan engkau di Kreta
dengan maksud ini, supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan
supaya engkau menetapkan penatua-penatua di setiap kota, seperti yang telah
kupesankan kepadamu,
Dalam
hal ini ketulusan banyak orang yang yakin telah menerima dorongan tadi jangan
sampai menutupi bahaya yang amat besar, bahwa orang dapat menipu diri sendiri.
Penipuan diri ini berulang kali menyebabkan kerapuhan spiritual sebagaimana
telah terbukti dari fakta yang ada.
6. Pengalaman
Kristen
Pandangan
ini dimulai dari pengalaman manusia tentang Allah, dan mencoba untuk mengenal
ajaran yang dinyatakan dalam pengalaman itu. Ada dua keberatan besar terhadap
hal ini. Dalam pengalaman manusia tentang Allah, harus dibedakan
kebenaran objektif mengenai Tuhan dan pandangan manusia secara subjektif yang
serba terbatas dan berpraduga tentang Dia. Untuk itu diperlukan norma yang
lebih tinggi daripada pengalaman itu sendiri.
Pengalaman
harus diukur dalam terang Firman Allah.
Hal yang subjek harus tunduk pada yang objek; hal yang tidak sempurna
harus tunduk pada yang sempurna; Jika tidak, pengalaman yang tidak dituntun
bisa menyebabkan kesalahan dan kekeliruan.
7.
Alkitab (OTORITAS TERTINGGI DAN MUTLAK)
Tak
satu pun dari pandangan (1-6) tersebut diatas dapat menerangkan pikiran Allah
dan oleh sebab itu tidak dapat dianggap sumber kebenaran Kristen yang
berotoritas.
Namun,
masing-masing memberi manfaat ke arah itu. Pengakuan iman dan pikiran gereja
menitik beratkan tempat kita dalam gereja Yesus Kristus yang sudah hampir dua
ribu tahun umurnya.
Pengalaman
Kristen, hati nurani, dan emosi mengingatkan kita bahwa kebenaran tidak
bersifat intelektual saja.
Sedangkan
rasionalitas Kristen menuntut agar kita merumuskan kebenaran menurut cara
berkomunikasi yang cocok.
Sumber
otoritas utama bagi orang Kristen adalah Tuhan sendiri sebagaimana Ia
menyatakan melalui Alkitab.
III. Aspek Kebenaran Otoritas Alkitab / Injil :
1.
Allah mengambil inisiatif.
Kita
(orang percaya) dapat belajar tentang Dia dan langsung masuk di bawah
otoritas-Nya karena Ia sendiri memperkenalkan diri dan kehendak-Nya kepada
kita. Inilah pewahyuan.
2. Allah telah datang kepada kita dalam Yesus Kristus Allah
yang menjadi manusia.
Sebagai
Firman abadi dan hikmat Allah, Yesus Kristus menyampaikan segala pengetahuan
tentang Allah kepada kita (bnd. Yohanes 1:1; 1 Korintus 1:30; Kolose 2:3; Wahyu
19:13).
1
Korintus 1:30 Tetapi dengan berkat Allah kamu ini
ada di dalam Kristus Yesus, yang sudah menjadi bagi kita hikmat daripada Allah,
yaitu kebenaran, dan kesucian, dan penebusan, Kolose
2:3, Di dalam Dia itu ada segala
perhimpunan hikmat dan makrifat terlindung. Wahyu
19:13, dan Ia berjubah yang dipercik
dengan darah, dan nama-Nya dikatakan, "Firman Allah."
3. Pengetahuan kita tentang Allah datang melalui Kitab Suci.
Ia
telah membuat Alkitab ditulis dan melalui kata-kata Alkitab Ia berbicara kepada
kita sebagaimana Ia berbicara kepada bangsa-Nya ketika kata-kata itu
pertama-tama diberikan.
IMPLIKASI :
Alkitab
(INJIL) harus diterima sebagai firman Tuhan kepada kita dan oleh sebab itu
wajib dihormati dan ditaati oleh setiao orang percaya. Pada
waktu kita tunduk kepada otoritasnyanya, kita menempatkan diri di bawah
otoritas Allah yang hidup, yang diperkenalkan kepada kita di dalam diri Yesus
Kristus.
2
Timotius 3:16-17, Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk
mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk
mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan
Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
Roma
15:4, Sebab
segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi
kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan
penghiburan dari Kitab Suci.
Catatan
:
Kredo
= Pernyataan Kepercayaan, Dasar Tuntunan Hidup