Sabtu, 30 November 2013

MENCARI TUHAN ?

Nats : Amos 5:4-6.
5:4 Sebab beginilah firman TUHAN kepada kaum Israel: "Carilah Aku, maka kamu akan hidup!
5:5 Janganlah kamu mencari Betel, janganlah pergi ke Gilgal dan janganlah menyeberang ke Bersyeba, sebab Gilgal pasti masuk ke dalam pembuangan dan Betel akan lenyap."
5:6 Carilah TUHAN, maka kamu akan hidup, supaya jangan Ia memasuki keturunan Yusuf bagaikan api, yang memakannya habis dengan tidak ada yang memadamkan bagi Betel.

Ada tiga kata penting dalam Amos 5:4-6 dan merupakan peringatan dari Tuhan yang disampaikan kepada bangsa Israel dan peringatan tersebut juga menjadi seruan pada jaman kita hidup sekarang. Tiga kata peringatan tersebut adalah :

  • Carilah Aku, (Allah)
  • Kamu akan Hidup,
  • dan jangan kamu mencari Betel, jangan pergi ke Gilgal, dan jangan menyeberang ke Bersyeba.
Pengertian kata ”mencari” = berusaha untuk mendapatkan (menemukan, memperoleh);  berusaha mendapat untuk memiliki; Mengapa TUHAN ingin kita MENCARI DIA ? Carilah itu juga berarti pilihan kita. Kita bebas memilih cara dan jalan hidup kita, bebas memilih siapa yang akan kita temui. Cara dan jalan hidup yang kita pilih itulah yang akan menentukan hasil dari hari-hari yang kita jalani. jalan itu akan memberikan kita tujuan, dan pada akhirnya kalau terus ditelusuri pilihan jalan hidup kita akan memimpin kita kepada satu perhentian.

Carilah ALLAH _ ( Bukan Rumah ALLAH ).
Semua tempat yang istimewa (contoh: Betel, Gilgal, dan Bersyeba) menjadi populer ada karena Tuhan yang menyatakan kemuliaan-Nya. Ketika kemuliaan Tuhan sudah meninggalkannya maka itu menjadi tempat sejarah.
Demikian juga pada jaman sekarang ini, masih ada kecenderungan orang berpikir bahwa ketika hadir dalam ibadah itu satu kewajiban rohani yang memberikan kontribusi dalam keselamatan, berkat, dan mujizat.

”Hadirat” Tuhan lah yang memberikan dampak dan nilai plus dari ibadah, tempat ibadah, persekutuan. Seringkali kesalahan terjadi ketika satu tempat dianggap memberikan dampak dari tempat yang lain. Dan supaya lebih mantap tempat itu atau gereja diberi nama Rumah Tuhan. Rumah yang dianggap dimana Tuhan lebih bekerja apabila dibandingkan dengan tempat lain sepeti di supermarket atau di rumahnya sendiri. Inilah yang harus kita pahami. Karena Allah pasti sanggup bekerja dimana saja bila Ia berkenan. Tetapi seringkali iblis mengambil kesempatan dan dengan mudah menipu bahwa hanya disinilah, atau disitulah tempat ibadah yang istimewa dan mistis, hanya karena satu peristiwa istimewa di masa lalu.
Sumber berkat ibadah kita adalah Allah, bukan tempat kehadiran Allah. Ada orang berkata saya beribadah di tempat ini karena disini berkat melimpah. Saya beribadah di gereja ini karena mujizat sering terjadi. Saya beribadah di tempat ini karena pengajarannya dalam dan mengubah hidup. Saya tahu ungkapan ini benar ada, tetapi saya belum tahu dasar firman Allah membenarkan ini. Yang saya tahu pasti adalah sumber berkat itu adalah Allah, bukan tempat memuja Allah.

Kamu Akan Hidup :
Merujuk kepada suatu keadaan dimana TUHAN berkenan (senang) untuk ditemui. Bahkan ada suatu jaminan dari Allah bahwa setiap orang yang mencari Tuhan pasti akan menemukan-Nya,
Baca: Yeremia 29:13 Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati,

Selama masih ada waktu, selagi ada kesempatan, carilah tuhan ! Hari-hari ini adalah hari perkenanan Tuhan. Kita tidak dapat hidup tanpa TUHAN, carilah TUHAN maka KAMU AKAN HIDUP, .
Baca : Yohanes 10:10; 15:5.
10:10 Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.
15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
Catatan : Hanya orang yang perlu hidup maka dengan segala kerendahan hati mau mencari TUHAN. Kita ingin mendapatkan perkenanan TUHAN, kita ingin HIDUP kita berkenan kepada-Nya. hari TUHAN sudah dekat !

Hidup didalam Yesus: Masih terus ada sebagaimana anugerah-Nya; bergerak, dan bekerja/berfungsi sebagaimana mestinya; mengalami kehidupan dalam keadaan apaun atau dengan pertolongan Tuhan; mencapai atau beroleh (mendapat) rezeki dengan jalan anugerah; tetap ada, eksis (tidak hilang), masih berjalan dengan baik, lancar tidak ada gangguan; tetap bergerak terus; tetap menyala dalam pememeliharaan, pemberian nafkah; menjadikan (membuat, menyebabkan) lebih hidup dan selalu ada harapan.


Jangan mencari Betel, jangan pergi ke Gilgal, dan jangan menyebrang ke Bersyeba.

1. BETEL :
Bethel artinya Rumah Tuhan. Bethel adalah sebuah tempat yang memiliki peristiwa-peristiwa penting. Di Bethel inilah Yakub, dari perjalanan dari Beersheba ke Haran, mendapat penglihatan malaikat turun naik dalam tangga ke surga. Dan untuk kedua kalinya dia mendengar Allah berbicara kepadanya. Dan Yakub, yang kemudian menjadi Israel, membangun altar di tempat ini.
Betel disinggung beberapa kali dalam Kitab Kejadian Pertama kali dalam Kejadian 12, tetapi penjelasan lebih lanjut dalam Kejadian 28, ketika Yakub yang sedang melarikan diri dari amarah abangnya, Esau, tidur di atas sebuah batu dan bermimpi melihat tangga yang menghubungkan langit dan bumi dengan para malaikat yang naik turun, sementara Allah berada di puncak tangga menjanjikan Yakub bahwa kelak ia akan memiliki tanah Kanaan.  Ketika Yakub bangun, ia mengurapi batu itu (baetylus) dengan minyak dan menamai tempat itu Betel. 

Dalam kisah lain di Kejadian 35 Perjanjian Allah dan Yakub diulangi dengan menamai tempat itu El-Betel, dan saat itu pula, nama Yakub diganti menjadi Israel. Dalam kedua bagian itu dicatat bahwa sebelumnya nama tempat itu adalah Luz, dari bahasa Kanaan.
Betel menjadi pusat penyembahan berhala bagi Kerajaan Israel Utara setelah pecahnya Kerajaan Israel menjadi dua pada zaman raja Rehabeam, putra raja Salomo. Dalam Kitab 2 Raja-raja dicatat bahwa Yerobeam, raja pertama Kerajaan Utara, mendirikan altar untuk lembu emasnya di kota Dan di sebelah utara dan di kota Betel di sebelah selatan kerajaannnya, serta menunjuk orang-orang yang bukan dari Suku Lewi menjadi imam-imam 

(Baca: 1 Raja-raja 12:25–33).
12:25 Kemudian Yerobeam memperkuat Sikhem di pegunungan Efraim, lalu diam di sana. Ia keluar dari sana, lalu memperkuat Pnuel.
12:26 Maka berkatalah Yerobeam dalam hatinya: "Kini mungkin kerajaan itu kembali kepada keluarga Daud.
12:27 Jika bangsa itu pergi mempersembahkan korban sembelihan di rumah TUHAN di Yerusalem, maka tentulah hati bangsa ini akan berbalik kepada tuan mereka, yaitu Rehabeam, raja Yehuda, kemudian mereka akan membunuh aku dan akan kembali kepada Rehabeam, raja Yehuda."
12:28 Sesudah menimbang-nimbang, maka raja membuat dua anak lembu jantan dari emas dan ia berkata kepada mereka: "Sudah cukup lamanya kamu pergi ke Yerusalem. Hai Israel, lihatlah sekarang allah-allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir."
12:29 Lalu ia menaruh lembu yang satu di Betel dan yang lain ditempatkannya di Dan.
12:30 Maka hal itu menyebabkan orang berdosa, sebab rakyat pergi ke Betel menyembah patung yang satu dan ke Dan menyembah patung yang lain.
12:31 Ia membuat juga kuil-kuil di atas bukit-bukit pengorbanan, dan mengangkat imam-imam dari kalangan rakyat yang bukan dari bani Lewi.
12:32 Kemudian Yerobeam menentukan suatu hari raya pada hari yang kelima belas bulan kedelapan, sama seperti hari raya yang di Yehuda, dan ia sendiri naik tangga mezbah itu. Begitulah dibuatnya di Betel, yakni ia mempersembahkan korban kepada anak-anak lembu yang telah dibuatnya itu, dan ia menugaskan di Betel imam-imam bukit pengorbanan yang telah diangkatnya.
12:33 Ia naik tangga mezbah yang dibuatnya di Betel itu pada hari yang kelima belas dalam bulan yang kedelapan, dalam bulan yang telah direncanakannya dalam hatinya sendiri; ia menentukan suatu hari raya bagi orang Israel dan ia naik tangga mezbah itu untuk membakar korban.

2. GILGAL :
Gilgal, artinya bergelombang atau berombak, atau menggelinding.  Gilgal adalah tempat perkemahan pertama bangsa Israel, ketika masuk ke tanah perjanjian dipimpin Yosua. Gilgal adalah tempat dimana Abraham pertama kali mendirikan mezbah. Tempat Samuel mempersembahkan korban di hadapan tabut Allah, ketika tabut tidak berada Shiloh, Dan Gilgal, disinilah umat Israel menyatakan kesetiaan kepada Saul raja yang diijinkan Tuhan karena mereka memintanya..
Dalam Kitab Yosua dicatat bahwa bangsa Israel "telah keluar dari sungai Yordan pada tanggal 10 bulan pertama dan mereka berkemah di Gilgal, di batas timur Yerikho" sebagai tempat tinggal pertama saat menginjakkan kaki di tanah Kanaan. Kemudian Yosua menegakkan kedua belas batu yang diambil dari dasar sungai Yordan, yang secara ajaib menjadi kering pada saat penyeberangan, di Gilgal.
Kedua belas batu itu menjadi peringatan penyertaan Allah pada kedua belas suku Israel.  

(Baca: Yosua 4:20 – 24)
4:20 Kedua belas batu yang diambil dari sungai Yordan itu ditegakkan oleh Yosua di Gilgal.
4:21 Dan berkatalah ia kepada orang Israel, demikian: "Apabila di kemudian hari anak-anakmu bertanya kepada ayahnya: Apakah arti batu-batu ini?
4:22 maka haruslah kamu beritahukan kepada anak-anakmu, begini: Israel telah menyeberangi sungai Yordan ini di tanah yang kering! --
4:23 sebab TUHAN, Allahmu, telah mengeringkan di depan kamu air sungai Yordan, sampai kamu dapat menyeberang seperti yang telah dilakukan TUHAN, Allahmu, dengan Laut Teberau, yang telah dikeringkan-Nya di depan kita, sampai kita dapat menyeberang,
4:24 supaya semua bangsa di bumi tahu, bahwa kuat tangan TUHAN, dan supaya mereka selalu takut kepada TUHAN, Allahmu."

Pada perkembangannya lingkaran batu yang didirikan Yosua di Gilgal menjadi tempat penyembahan berhala yang dikecam keras di dalam kitab para nabi Hosea dan Amos.
Hosea 4:15: Jika engkau ini berzinah, hai Israel, janganlah Yehuda turut bersalah! Janganlah pergi ke Gilgal, dan janganlah naik ke Bet-Awen, dan janganlah bersumpah: "Demi TUHAN yang hidup!"
Hosea 9:15: "Segala kejahatan mereka terjadi di Gilgal, sungguh, di sana Aku mulai membenci mereka. Oleh karena jahatnya perbuatan-perbuatan mereka Aku akan menghalau mereka dari rumah-Ku. Aku tidak akan mengasihi mereka lagi, semua pemuka mereka adalah pemberontak."
Hosea 12:11 (atau ayat ke-12): "Bila di Gilead ada kejahatan, maka mereka menjadi kesia-siaan belaka; di Gilgal mereka mempersembahkan lembu-lembu jantan, maka mezbah-mezbah mereka juga menjadi seperti timbunan batu di alur-alur ladang."
Amos 4:4: "Datanglah ke Betel dan lakukanlah perbuatan jahat, ke Gilgal dan perhebatlah perbuatan jahat! Bawalah korban sembelihanmu pada waktu pagi, dan persembahan persepuluhanmu pada hari yang ketiga!
Amos 5:5: "Janganlah kamu mencari Betel, janganlah pergi ke Gilgal dan janganlah menyeberang ke Bersyeba, sebab Gilgal pasti masuk ke dalam pembuangan dan Betel akan lenyap."

3. BERSYEBA :
Bersyeba. (Bhs. Ibrani: Sumber air berkelimpahan). Sebuah kota Kanaan kuno (Kejadian 21:33). Sebuah tempat kebaktian di daerah Negeb. Kota kuno itu ada hubungannya dengan Abraham (Kejadian 21:22-33; 22:19), dengan Ishak (Kejadian 26:23-33) dan Yakub (Kejadian 28:10; 46:1-5). diambil alih bangsa Israel sebagai tempat kebaktian pula (1 Samuel 8:2). Amos memandangnya sebagai tempat terkucil (Amos 5:5; 8:14).

IMPIKASI : Apa Yang Kita Cari Selama Ini ?
Janganlah kamu mencari Betel, janganlah pergi ke Gilgal dan janganlah menyeberang ke Bersyeba, sebab Gilgal pasti masuk ke dalam pembuangan dan Betel akan lenyap."
Ketiga tempat tersebut adalah tempat bersejarah dari cikal bakal Israel kemudian. Tempat yang memiliki peristiwa religious, tempat istimewa karena tidak ada duanya di dunia ini.. ketiga tempat ini memiliki peristiwa yang unik dan megah. Yang merupakan penyataan kehadiran Allah, tempat peneguhan, tempat pertolongan, dan tempat janji yang maha tinggi diberikan.  Tanpa kisah Bethel dan Gilgal maka kisah bangsa Israel sekarang akan lain dan berbeda, artinya bangsa Israel tidak dapat dilepaskan dengan sejarah dari ketiga tempat tersebut. Tetapi apa yang terjadi dengan tempat-tempat istimewa ini?  Barisan firman berikutnya menegaskan……sebab Gilgal pasti masuk ke dalam pembuangan dan Betel akan lenyap."  Mengapa?  Pada perkembangan sejarah berikutnya tempat-tempat istimewa ini kemudian menjadi pusat penyembahan berhala. Benar, Bethel kemudian akan menjadi Bet-aven, yang artinya rumah ketidak benaran, rumah kesia-siaan rumah ketidak susilaan. Bethel akan lenyap artinya tidak ada artinya apa-apa, tidak terjadi apa-apa disana. Karena Bethel kemudian menjadi tempat pemujaan anak lembu dan pahatan berhala. Pusat berhala yang kuat.  Rumah Tuhan menjadi rrumah kesia-siaan, perbuatan-perbuatan yang tidak benar terjadi di sana.
Gilgal, seperti namanya, maka Gilgal segera menggelinding pergi selamanya, juga Bersyeba dalam jaman Amos hidup, menjadi tempat berhala, bukan lagi menjadi tempat berkat mengalir. Masalah yang terjadi dengan Bersyeba adalah orang Israel membayangkan bahwa kehadiran Allah di masa lalu adalah jaminan kehadiran-Nya di masa sekarang. Kedua tempat itu adalah tempat dimana Allah pernah bekerja di masa lalu. Tentu saja waktu itu adalah tempat yang spesial. Dan kalau akhirnya tempat itu dikuduskan adalah wajar, tetapi jika di jaman berikutnya, tempat masih dikuduskan sebagi jaminan tempat dimana Allah pasti menyatakan kehadiran-Nya lagi, itu kesalahan. Justru sekarang Allah tampil bagi Bethel, Gilgal dan Bersheba tapi mengumumkan penghukuman. Meskipun penghukuman belum terjadi- tetapi akan terjadi.

Yesaya 55:6 Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!

CARILAH TUHAN dengan kerinduan dalam masa perkenanan-Nya,

  • Seperti orang yang haus berada di padang gurun, hanya air yang dibutuhkan untuk hidup, menghilangkan dahaganya.
  • Seperti orang yang lapar, ia butuh makan.
  • Seperti orang yang mencari uang setiap hari siang dan malam terus berusaha, terus berusaha, dan terus berusaha, sampai mendapatkannya, dengan tidak mengenal lelah.


Carilah Tuhan setiap hari, bukan karena peraturan agama tapi sebuah hubungan; Seek God everyday not because it’s a religion but because it’s a relationship.

Jumat, 22 November 2013

Yesus Gembala Yang Baik



Yehezkiel 34:11–16; Yohanes 10:7-16

“Akulah Gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domaba-dombaKu mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawaKu bagi domba-dombaKu.” (Yohanes 10:14)

Ada dua macam pemimpin dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :
1. Pemimpin yang mengarahkan yang dipimpinnya untuk mencapai atau memenuhi ambisi pribadi atau golongannya dengan memanfaatkan atau mengorbankan orang lain.

2.   Pemimpin yang mengarahkan yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan tertentu bukan untuk kepentingan sendiri atau golongannya sendiri tetapi juga untuk kesejahteraan orang banyak atau orang yang dipimpinnya.

Yehezkiel 34:11-16 memperlihatkan kepada kita bagaimana Allah kecewa terhadap pemimpin Israel yang hanya memikirkan ambisi pribadi, mengutamakan keselamatan sendiri dan membiarkan umat menjadi korban keganasan, kebuasan dan keserakahan mereka sendiri.

Mereka bermegah dalam kemampuannya dan kedudukannya sebagai pemimpin, menjanjikan segala perlindungan dan kesejahteraan. Tetapi bila sampai pada waktunya, mereka lupa pada orang-orang yang dipimpinnya dan menikmati sendiri hasilnya. Sehingga umat Israel tercerai-berai dalam arti tidak terlindungi, tidak terpelihara dan tidak tercukupi kebutuhannya. Oleh sebab itu, Allah berjanji bahwa suatu saat nanti Ia akan mencari dan mengumpulkan kembali umat Allah yang tercerai-berai akibat perbuatan para pemimpin Israel yang tidak dapat dipercaya itu.

Dalam Yohanes 10:7-16 dinyatakan bahwa gambaran tentang Allah sebagai gembala/pemimpin hidup yang baik bagi manusia itu telah nampak dalam diri Yesus. Yohanes dalam injilnya ini menyatakan bahwa Yesus adalah gembala yang baik. Sebagai gembala yang baik Yesus tidak sama dengan para pemimpin umat Israel saat itu. Dan sebagai gembala yang baik, Yesus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1.    Yesus mengenal domba-dombaNya (Yoh.10:14)
Yesus mengenal kita satu persatu. Ia tahu siapa kita. Ia tahu kelemahan dan kelebihan kita. Ia mengenal kita jauh melebihi pengenalan kita sendiri akan diri sendiri. Ia mengenal kita karena kita berharga dimataNya. Ia mengenal kita karena Ia sungguh-sungguh mengasihi kita.
Saudara, bukankah ini sesuatu yang sangat luar biasa buat kita. Bayangkan apa pengaruhnya bagi doa-doa kita. Karena Allah mengenal kita maka kita tidak perlu ragu dalam berdoa. Sebab Ia mengenal kita dan mengetahui dengan pasti apa yang menjadi kebutuhan kita. Dalam pekerjaan, kita juga termotivasi sebab kita tahu bahwa Allah memberi potensi khusus bagi kita untuk kita kembangkan. Dalam kehidupan berumah tangga kita juga akan lebih rukun dan sejahtera. Sebab kita tahu ada Allah yang juga mengenal keluarga kita dengan segala suka dan dukanya.

2.    Yesus Memelihara Kita
Salah satu ucapan Yesus yang memberikan janji pemeliharaan bagi kita dapat kita baca dalam Lukas 12:22-24, “…janganlah kamu kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak makan dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu akan apa yang hendak kamu pakai…betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu.” Bahkan dalam kitab Ratapan 3:22-23 dikatakan, “Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmatNya; selalu baru setiap pagi…” Setiap kita bangun pagi, berkat Allah sudah berlaku dan tersedia bagi kita. Oleh sebab itu, keliru kalau ada orang yang berkata bahwa ia tidak pernah diberkati Tuhan.

3.    Memberikan Teladan (Yoh.10:4)
Gambaran gembala di Palestina tidak sama dengan gambaran gembala di negeri kita. Seorang gembala di Palestina berjalan di depan dan domba-domba mengikuti kemanapun gembala itu pergi. Seorang gembala benar-benar dijadikan panutan, teladan oleh domba-dombanya. Demikian juga halnya dengan Yesus. Yesus memberikan teladan kepada para murid, dan kepada kita juga, bagaimana bersikap dan bertindak yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.

4.    Yesus adalah seorang gembala yang bersikap terbuka terhadap kepelbagaian (Yoh.10:16)
Sebagai Gembala, Yesus mempunyai wawasan yang luas. Ia bukanlah pemimpin yang berpola pikir sempit dan picik.

Yohanes lebih lanjut mengatakan bahwa setiap orang yang menerima Yesus sebagai gembala hidupnya akan memperoleh hidup yang berkelimpahan (Yoh.10:10). Apa yang dimaksudkan dengan hidup dalam berkelimpahan dalam ayat ini?
Banyak kesalahpahaman terjadi dalam memahami ucapan Yesus ini. Hidup berkelimpahan dalam ini sering dipahami berkelimpahan dalam materi, harta benda, kesuksesan, bebas dari sakit-penyakit dan lain sebagainya.

Hidup berkelimpahan yang dimaksudkan oleh Yesus dalam ayat ini adalah suatu kehidupan yang di dalamnya seseorang sungguh-sungguh menyadari siapa dirinya di hadapan Allah, serta tahu bagaimana mengisi kehidupannya agar berarti bagi dirinya sendiri, keluarganya dan juga bagi sesamanya manusia.

Apa yang harus kita lakukan agar kita dapat merasakan pimpinan Allah dan kita mempunyai hidup yang berkelimpahan?

1.    Mendengar dan mengenal suara Allah.
Seperti Allah mengenal kita maka kita pun harus mengenal suara Allah agar kita dapat merasakan pimpinanNya (Yoh.10:14). Dengan cara apa kita dapat mendengar dan mengenal suara Allah? Ya, tentu saja dengan membca dan merenungkan Firman Tuhan. Apakah kita menyediakan waktu khusus pada setiap harinya untuk membaca dan merenungkan Firman Tuhan.
Mengapa kita harus menyediakan waktu untuk membaca dan merenungkan Firman Tuhan? Mazmur 19:8 – 9 memberikan jawabnya, yaitu karena “Taurat Tuhan itu sempurna menyegarkan jiwa, peraturan Tuhan itu teguh memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah Tuhan itu tepat menyukakan hati; perintah Tuhan itu murni membuat mata bercahaya.”

2.    Bertindak benar dalam pimpinanNya.
Sebagaimana Yesus yang selalu bertindak benar dan menjadi teladan bagi para dombaNya, maka kita pun harus berusaha bertindak benar dalam setiap tindakan kita. Bertindak benar bukan menurut pikiran kita sendiri, melainkan benar menurut contoh teladan Yesus sendiri. Apa kriterianya kalau yang kita lakukan itu adalah sebuah kebenaran? Yesaya 32:17 memberikan jawabnya, yaitu “Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketentraman untuk selama-lamanya.”

3.    Bersikap terbuka dan menghargai terhadap kepelbagaian yang ada di tengah masyarakat kita.
Kepelbagaian yang ada jangan dilihat sebagai ancaman tetapi justru harus dilihat sebagai hal yang memperkaya kehidupan kita. Jangan kita terjebak dalam fanatisme yang sempit dan keliru. Tetapi biarlah kita bersikap seperti Yesus yang memandang semua orang sebagai sesama manusia tanpa membedakan golongan, status sosial atau pun agamanya.

IMPLIKASI :
Yesus adalah gembala yang baik. Siapa yang mau mengikutiNya akan mempunyai hidup yang berkelimpahan. Dalam hidup kita setiap hari, sudahkah kita menunjukkan bahwa kita menjadikan Yesus sebagai gembala kita, Yesus adalah teladan kita. Apabila kita memang menjadikan Yesus sebagai gembala kita maka kita harus mengenal suara Allah, bertindak benar dan bersikap terbuka terhadap kepelbagaian. Bagaimana dengan kita?!

Rabu, 20 November 2013

Pergeseran Paradigma Gereja

Pengajaran tentang konsep Gereja yang adalah jaringan kehidupan, bukan sekedar organisasi. Atas dasar kerinduan Tuhan memulihkan hubungan-Nya dengan umat ciptaan-Nya tanpa melalui birokrasi, imam-imam, atau apapun juga yang menjadi perantara, namun secara langsung antara Tuhan dengan manusia, seperti kisah hubungan Adam dengan Tuhan yang begitu hangat di Taman Eden, sebelum dia jatuh ke dalam dosa. 
Sekarang adalah saatnya pemulihan itu, Tuhan Yesus telah datang ke dunia membawa pembaharuan dan pemulihan, Tirai Bait Allah sudah robek, artinya tidak ada lagi halangan yang memisahkan antara kita dan Dia. Dia dekat dengan kita saat ini, Kerajaan-Nya telah datang dan nyata ada di tengah-tengah kita. Mari masuk ke dalam Kerajaan-Nya.

Pergeseran / Perubahan Paradigma Gereja :
  • From meeting centered to life centered. (dari fokus pada pertemuan ke fokus pada kehidupan )
  • From upward growth to outward growth. (dari pertumbuhan ke atas ke pertumbuan keluar )
  • From super organization to simple organism (the opposite of hierarchy/pyramid is anarchy).(dari organisasi besar ke organisasi kecil / keluarga )
  • From bringing people to church to bringing church to people.(dari membawa orang ke gereja ke membawa gereja ke orang )
  • From social respectability to salt and light (they turned the world upside down).(dari kepedulian sosoal ke garam dan terang dunia )
  • From tenth to total in New Testament giving.(dari kesepuluh perintah ke keseluruhan karunia perjanjian baru )
  • From titles to function.(dari jabatan dan gelar ke fungsi )
  • From Independence to interdependence (from wallwide church to the citywide church ... organizational unity to spiritual unity).(dari kebebasan yang saling lepas ke saling tergantung )
  • From presbytery without the people to presbytery with the people (Acts 15:22).(dari majelis tanpa jemaat ke majelis dengan jemaat )
  • From building centered leaders to people centered leaders.(dari terpusat pada gedung ke terpusat pada jemaat dan komunitas )
  • From performance by professionals to "everyone of you"(1 Chor 14:26).(dari pelaksanaan oleh para profesional gereja ke setiap kita )
  • From pastor only to fivefold ministries(all the gifts God gave).(dari hanya pendeta saja ke pelayanan 5 jawatan/ semua yang diberikan Tuhan -- nabi, gembala, rasul ,penginjil, pengajar)
  • From church houses to house churches.(dari rumah gereja ke gereja rumah )
  • From self to God.(dari diri sendiri ke Tuhan )
  • From inreach to outreach.(dari penjangkauan ke dalam ke penjangkauan ke luar )
  • From events to relationship.(dari acara-acara ke hubungan )
  • From ministers to equippers.(dari pelayan ke pelengkap )
  • From consumers to contributors.(dari pemakai ke pemberi )
  • From a church mentality to a kingdom mentality.(dari mentalitas organisasi gereja ke mentalitas kerajaan Surga )
  • From living in the past to enganging with the present.(dari kehidupan yang lama ke kehidupan yang sekarang yang sangat menantang )
  • From market-driven to mission-oriented. (dari digerakkan oleh pasar ke orientasi pada misi )
  • From bureaucratic hierarchies to apostolic networks.(dari hirarki perusahaan ke jaringan kerasulan )
  • From schooling professionals to mentoring leaders.(dari menyekolahkan profesional gereja ke me-mentor-kan pemimpin )
  • From following celebrities to encountering saints.(dari mengikuti selebriti-selebriti ke pertemuan orang-orang kudus )
  • From dead orthodoxy to living faith.(dari sifat kekolotan yang mati ke kehidupan iman)
  • From attracting a crowd to seeking the lost.(dari menarik keramaian ke mencari yang terhilang )
  • From belonging to believing.(dari pemilikan ke percaya )
  • From generic congregations to incarnational communities.(dari persekutuan umum ke peng-inkarnasian komunitas )
  • From christianity to Christ (not a philosophy, a movement, or a religion, but JESUS).(dari filsafat, agama, dan gerekan Kristen ke YESUS sebagai pribadi untuk semua )
  • From special priesthood to priesthood of all believers (called to sacrifice and intercede).(dari pendeta khusus menjadi pendeta semua orang percaya, dipanggil untuk berkorban )
  • From worshipping our worship to worshipping Jesus (worship is more than singing song).(dari menyanyikan pujian ke memuji Tuhan)
  • From symbolism to substance in the Lord is supper (take it often).(dari symbolis ke hakekat dalam makan bersama )
  • From denomination to spirit-led networks (association of home churches).(dari denominasi ke jaringan spiritual )
  • From program based church to home based church (liturgical,evangelical,informal).(dari gereja berbasis program ke gereja berbasis keluarga )
  • From the seminary system to the apprentice system.(dari sistem seminary ke sistem pemuridan / bekerja sambil belajar )
  • From selective submission to spiritual recognition (submit to God-ordained authority).(dari ketaatan pada sesuatu yang telah dipilih-pilih ke ketaatan pada otoritas Tuhan )
  • From paper membership to Body membership (we are members of one another).(dari keanggotaan di atas kertas ke keanggotaan tubuh )
  • From the wheel to the vine (releasing teams to plant simple churches in homes).(dari mengutus tim ke menumbuhkan gereja yang sederhana di keluarga/ rumah )
  • From organizational unity to spiritual unity (there is only one step to unity).(dari persatuan organisasi ke persatuan spiritual )
  • From "us and them" to "us" (refuse to allow a divisive spirit to enter your fellowship).(dari kita dan mereka ke kita -- menolak spirit pemecah belah untuk memasuki persahabatan dan keakraban )
  • From planned church only to spontaneous church also (recognize ecclesia).(dari perencanaan oleh gereja saja ke spontanitas gereja )
Tulisan ini diambil dari: www.corneliuswing.com
(Sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia - jika ada kesalahan, mohon dikoreksi )

Minggu, 17 November 2013

MENUMBUHKAN ASPEK INTELEKTUAL SEORANG GURU DAN PENGAJAR ROHANI

"Jika Anda berhenti bertumbuh hari ini, Anda akan berhenti belajar esok hari." Begitulah prinsip sederhana bagi seorang pengajar, khususnya "guru rohani" atau pembina rohani. Jika kita tidak mengetahui sesuatu dengan sungguh-sungguh, tentu kita tidak dapat menyampaikan apa pun. Namun, perlu diperhatikan bahwa pertumbuhan rohani bukanlah satu-satunya hal yang harus dikejar oleh para pembina rohani. Kita tidak akan dapat bertumbuh sepenuhnya secara rohani jika tidak menumbuhkan juga aspek-aspek kehidupan lainnya, seperti aspek fisik, intelektual, dan sosial. Berikut ini adalah saran bagi Anda, sebagai guru dan pembina rohani, untuk terus menumbuhkan aspek intelektual Anda.

1. Pertahankan kegiatan belajar dan membaca yang konsisten.

Pahamilah bahwa pemimpin adalah pembaca dan pembaca adalah pemimpin. Jika selama ini Anda merasa tidak mendapatkan banyak manfaat dari membaca, solusi berikut ini mungkin dapat menolong Anda. Jika Anda menyediakan waktu satu jam untuk membaca, berusahalah membaca pada setengah jam pertama dan pakailah setengah jam berikutnya untuk merenungkan apa yang Anda baca. Perhatikanlah perbedaannya. Anda hanya akan terlalu banyak membaca jika Anda sedikit merenungkannya. Selain itu, janganlah bergaul dengan banyak buku bacaan saja, tetapi bergaullah juga dengan orang-orang yang suka membaca. Dua faktor yang akan memengaruhi kehidupan Anda di masa mendatang adalah buku-buku yang Anda baca dan orang-orang di sekitar Anda. Jika sedang bersama dengan orang yang tahu lebih banyak, ajukanlah pertanyaan yang bermutu, seraplah pengetahuannya, dan ambillah manfaat dari segala sesuatu yang mereka ketahui.

2. Ikutilah program-program pendidikan yang berkelanjutan.

Program-program yang dimaksud adalah program yang tidak hanya meningkatkan pemahaman Anda, tetapi juga keterampilan Anda. Sekarang ini, sudah ada banyak kesempatan baik semacam ini yang dapat memperkaya pemahaman Anda dan mengembangkan talenta Anda seperti: seminar, kelas-kelas bagi pembina rohani, dan sebagainya. Tetapi, "program" yang paling penting adalah pemahaman Alkitab pribadi Anda. Aspek intelektual terhadap pemahaman Alkitab berarti memiliki pemahaman firman Tuhan yang kuat, dan kita menjadikan diri kita berada "dalam" firman itu dengan masuk ke dalamnya dan membiarkannya masuk ke dalam kita. Ketika firman Allah menjadi pusat pelayanan pengajaran, dampak yang ditimbulkannya sungguh luar biasa. Paulus mengingatkan kita tentang hal ini dalam 2 Timotius 2:2. Ia berkata kepada Timotius, "Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain. Inilah pelayanan pelipatgandaan. Setiap kali Anda mengajar, sebenarnya Anda sedang memulai suatu proses yang idealnya tidak pernah berakhir, dari generasi ke generasi.

3. Kenalilah murid-murid Anda.

Jadilah pakar yang mengerti berbagai kebutuhan dan karakteristik kelompok usia tertentu secara umum. Tetapi, jangan hanya itu. Kenalilah juga murid-murid Anda. Cari tahulah tentang diri mereka sebanyak mungkin. Ada sebuah pengalaman menarik. Seorang guru mempunyai buku kecil berwarna hitam. Di setiap halaman buku itu terdapat gambar kecil seorang anak, dan di bawah nama anak itu ada catatan-catatan seperti: "punya masalah dengan matematika", atau "datang ke gereja tanpa persetujuan orang tua", atau "ingin menjadi misionaris, tetapi merasa tidak mampu". Guru itu mendoakan halaman-halaman buku itu setiap hari. Sebagai seorang guru, kita sering kali menjuluki murid kita, "ia tidak pernah bicara", "ia pembuat onar," dan seterusnya. Namun, jangan pernah memberikan label anak seperti itu di leher seseorang.

Diringkas dari:
Judul buku: Mengajar untuk Mengubah Hidup
Judul bab: Hukum Pengajar (Teacher)
Judul asli artikel: Dimensi Intelektual
Penulis: Dr. Howard G. Hendriks
Penerbit: Gloria Graffa, Yogyakarta 2009
Halaman: 30 -- 34

Sabtu, 16 November 2013

Empat Penulis Injil Kristus.



Sebagaimana diketahui, bahwa dalam alkitab perjanjian baru, adalah empat penulis Injil Kristus me- ngenai ajaran dan peristiwa selama Yesus di bumi. Dan bahwa pemuatan Injil Kristus dalam alkitab tersusun dengan urutan penulisnya adalah; tulisan Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.
Mengenal ihwal penulis, kehidupan, pekerjaan,  atau latar pendidikan sudut pandang penulis, akan mem- beri kemudahan kepada pembaca memahami akan tujuan,  alasan penulisan,  serta pesan yang terkan- dung.
Bagian besar dari Injil Kristus oleh beberapa penulis nya menunjukkan kesamaan pencatatan ajaran dan peristiwa semasa Yesus di bumi. Namun, ditilik dari penyusunannya (selain tulisan Yohanes), memperli- hatkan sudut pandang  dan penekanan  (emphasis) atas pesan menurut masing- masing penulis.

Matius; menulis Injil yang menjembatani perjanjian lama dan baru.
Terjadi, bahwa setelah nabi Maleakhi, nabi terakhir dalam perjanjian lama, empat ratus tahun berja- lan, dan selama itu tiada terdengar suara nabi, tiada pencatatan yang ditambahkan ke dalam alkitab sampai lahir bayi keluarga bersahaja, di Nazareth.

Injil tulisan Matius dimulai dengan silsilah, sejak nabi Abraham empat belas generasi sampai Daud, diikuti empat belas generasi sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas lagi generasi sampai Kristus. Setelah itu Matius memuat tulisan mengenai kelahiran bayi Yesus.
Tulisan Matius ditempatkan pada awal kitab Injil Kristus dan kitab perjanjian baru, karena memperli- hatkan keterhubungan bab 1 nya  dengan perjanjian lama,  setelah kesenjangan empat ratus tahun, dimana Matius menekankan kelahiran Yesus,  sebagai pemenuhan janjiNya dalam masa perjanjian lama akan kedatangan Mesias. Sedangkan dalam bab berikutnya tiada kronologi, Matius menyusun peristiwa dan fakta dalam penggolongan menurut topiknya.
Melihat susunan penulisan Matius mengenai ajaran Kristus akan mengingatkan kita kepada laporan penerimaan dan pengeluaran keuangan buku besar perusahaan. Mudah pahami, kebiasaan profesi seorang pemungut cukai. Matius, menurut Lukas berasal dari suku Lewi, dan berkedudukan sangat kuat dalam kekaisaran Roma pada waktu itu karena kreatifitasnya menciptakan berbagai pungutan. Sangat mungkin Matius hidup mewah, sebelum kemudian melayani Kristus.

Dalam kitab Matius terdapat lima pengelompokan besar mulai dengan khotbah dibukit yang terkenal dalam bab 5 – 7. Diikuti bab 10 berisi perintah Yesus kepada muridNya mengenai pengutusan. Lalu bab 13, kelompok berbagai perumpamaan. Bab 18 dengan sabda mengenai komunitas Gereja dan bab 23 – 25, mengenai pemahaman atas kemunafikan  dan mengenai masa mendatang. Bab lain- nya berisi peristiwa dan kejadian sehubungan yang diperbuat Yesus.
Perpaduan antara perbuatan dan pengajaran Yesus, dalam penyusunan tulisan Matius, dihargai ka- langan sastra sebagai  literature yang baik.  Matius dalam tulisannya banyak menunjukkan referensi dengan masa perjanjian lama, selain penekanan penyampaian pesan yang jelas.

Markus; Injil tulisannya bagai script film action.
Markus Yohanes berasal dari Yerusalem, bersepupu dengan Barnabas. Orang Kristen kerap meng gunakan rumah ibundanya, bernama Maria, sebagai tempat pertemuan. Markus mengikuti kegiatan Barnabas dan Paulus sejak misionari pertama, sebelum memulai menulis Injil. Markus mempunyai hubungan akrab dengan Petrus, yang menyebutnya dengan ”anakku”. Oleh karenanya banyak yang mempercayai bahwa apa yang ditulis Markus diketahuinya dari Petrus.

Markus membuka Injil dengan tulisan mengenai Yohanes pembaptis. Didalam kesunyian di padang gurun yang hanya dihuni berjenis serangga, tampil seorang dalam jubah bulu unta berikat pinggang kulit, berseru-seru  mengundang orang untuk bertobat dan dibaptis,  ia berseru-seru memperkenal- kan siapa yang lebih berkuasa yang akan datang menjelang.
Setelah terkumpulnya banyak orang mengaku dosa dan dibaptis oleh Yohanes, fokus perhatian se- penuhnya beralih, mengikuti sesosok individu yang juga hadir disana.  Bagai film dokumentasi yang di edit dengan apik; setelah pandangan  meluas atas kerumunan orang banyak di padang,  camera men- zoom tokoh sentral, perhatian mengikuti Yesus, kemanapun berpindah.

Markus meliput tiga keajaiban,  dan peristiwa lain dalam bab yang pertama;  memperlihatkan tujuan pembangkitan minat membaca, sepertinya Markus memaksudkan tulisan bagi pembaca dengan ke tersediaan waktu yang cukup, demikian agar membaca tulisan sampai selesai, dalam suatu saat.
Pembaca yang berminat mengikuti kejadian atau peristiwa,  Injil tulisan Markus adalah jawabannya. Dalam kitab Markus,  catatan peristiwa tersusun bagai drama indah. Sedangkan mengenai perum- pamaan dari ajaran Kristus,  kitab ini hanya memuat satu percontohan.  Keterhubungannya dengan perjanjian lama hanya terlihat dalam bab 1, ayat 2 dan 3.
Walau bagian terbesar Injil tulisan Markus juga diliput oleh penulis Injil Kristus lain,  tetapi Injil tulisan Markus membawa pembacanya lebih cepat kepada pengenalan akan Yesus. Tulisan Markus dapat dibaca secara praktis tanpa membutuhkan petunjuk cara pembacaan.

Lukas; Injil yang menonjolkan kegembiraan bagai musik yang ceria.
Kegembiraan penyambutan kedatangan Yesus,  bagai senandung dalam tulisan mengenai penam- pakan malaikat kehadapan Zakharia dan kehadapan Maria.  Diikuti dengan kehamilan Elizabeth dan enthusiasm Yohanes dalam kandungan Elizabeth, menyambut kedatangan Maria yang sedang me- ngandung Yesus.
Kegembiraan atas kelahiran Yohanes yang mengakhiri masa kebisuan Zakharia, bahkan meningkat dengan kelahiran Yesus.  Berlainan dengan Markus, yang mengawali tulisannya dengan keadaan di padang gurun, Lukas memulainya dengan kegembiraan sepenuh hati.

Lukas adalah seorang tabib, mengikuti misionari Paulus  yang kedua ke Troas,  misionari ke tiga ke Philipi dan Yerusalem.  Paulus menyebutnya sebagai “Lukas, tabib terkasih”.  Penghargaan Paulus kepada Lukas  juga terdapat dalam tiga dari antara surat Paulus. Walaupun Lukas diperdapat tiada mengenal Yesus secara pribadi, namun penyertaannya dalam misionari dan kedekatannya dengan Paulus, memungkinkannya mendapat bahan tulisan mengenai kehidupan Yesus.

Lukas melihat akan kebutuhan dan kepentingan penulisan mengenai kehidupan Kristus di bumi, ka- rena itu dikumpulkannya keterangan melalui interview atas saksi mata. Berpendidikan tinggi disertai kemampuan menulis yang sangat baik, Lukas meng ikhtisar semua data yang diperoleh dan meng- hasilkan tulisan berkesinambungan, men-detail.  Dimulai sebelum kelahiran Yesus, sampai kepada kenaikan-Nya ke sorga.
Penulis berbakat ini juga meng-ilustrasi-kan karakter atas setiap individu.  Tulisan yang bernada ke- gembiraan masih terlihat,  antara lain mengenai orang Samaria yang baik hati.  Ada bab yang fokus mengenai kerasulan Petrus.  Injil tulisan Lukas mengesankan sebagai Injil hubungan antar sesama, memenangkan tempat diantara literatur klasik.

Yohanes; Injil suara Tuhan yang memecah kesunyian.
Kita tiada akan mengenal seorang apabila ia tidak berkomunikasi kepada kita, dan apa yang berada dibalik kulit wajah akan tetap tinggal misteri. Tuhan tetap tinggal misteri apabila tiada berkomunikasi dengan dengan mahluk ciptaanNya,  sekali ini Tuhan berkomunikasi melalui Manusia,  demikian Injil tulisan Yohanes menggambarkan kata-kata Tuhan dalam bentuk Manusia.
Injil tulisan Yohanes menyatakan mengenai keikut sertaan Kristus dalam penciptaan mahluk. Peng- utusan Kristus adalah merupakan kata-kata, yang hendak disampaikan Tuhan kepada mahluk cipta an-Nya, manusia, dalam wujud Manusia.  Satu-satunya cara berkomunikasi, yang dapat dimengerti manusia adalah dengan menjadi Manusia, satu ditengah-tengah kita.

Tulisan Yohanes tiada memuat mengenai kelahiran  ataupun masa kanak-kanak Yesus,  melainkan memperkenalkan Yesus sebagai Anak Allah, yang dewasa. Yohanes memilih kebersamaannya de- ngan Yesus selama 20 hari sebagai bahan tulisan mengenai Mesias. Tulisannya focus, mendalami pengertian dari segala yang dikatakan dan diperbuat Yesus. Kitab ini menunjukkan akan penulisnya yang telah mengalami refleksi diri.

Siapakah Yohanes?  Mengapa gaya tulisannya sangat berbeda dengan ketiga orang penulis Injil lain nya? Yohanes bersama Andreas, sebelumnya adalah murid Yohanes pembaptis. Yohanes bersau- dara dengan Yakobus,  berasal dari keluarga nelayan, di Galilea.  Kristus mengajak dua bersaudara ini meninggalkan profesi nelayan dan mengikutiNya, sebagai rasul.
Gereja masa kini banyak membaca Injil Yohanes, karena kejelasan mengenai dasar iman. Tujuh ke ajaiban terliput didalamnya, dimana lima diantaranya tak terdapat dalam Injil penulis lain.  Untuk me- mahami Injil tulisan Yohanes adalah dengan membaca keutuhan setiap bab nya.

Demikianlah Injil Kristus tulisan Yohanes.  Murid dan rasul kesayangan Yesus, yang menyandarkan tubuhnya pada tubuh Yesus dalam lukisan perjamuan terakhir dan yang dipercayai Yesus merawat Maria, bunda Yesus, ia pula yang memimpin Gereja awal masa, setelah kenaikan Kristus.

Jumat, 08 November 2013

Bahasa Yang Tepat



Amsal 25:11
“Perkataan yang tepat waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.”

Pendahuluan :
Selalu mengatakan hal yang benar pada saat yang tepat adalah sesuatu yang sulit. Tetapi ini tentu sangatlah bermanfaat. Kita tidak selalu memiliki bahasa yang tepat, dan tidak selalu membagi setiap bahasa kita dengan tepat. (Baca: Yakobus 3:1-12)

Alkitab mengatakan kepada kita bahwa  berbicara pada saat yang tepat adalah sesuatu yang sangat berharga.  “Perkataan yang diucapkan tepat waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak” (Amsal 25:11).

Hal ini menunjukkan bahwa TUHAN ingin mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita berbicara. Dan berbicara pada saat yang tepat adalah suatu hal yang sangat berharga dan baik di mata TUHAN. Bahkan, suatu hal yang lebih sulit lagi dilakukan  adalah tetap berdiam pada saat kita dipancing untuk berbicara. 

Sangat sukar bagi kita untuk tetap diam ketika kita dipersalahkan atau menghadapi suatu keadaan yang menurut pandangan kita adalah sesuatu yang bukan menjadi tanggung jawab kita. Kita sering tergoda untuk mengatakan sesuatu dengan berulang-ulang sebagai pembelaan kita, karena kita merasa bisa dibenarkan lewat perkataan-perkataan yang membela diri itu.

Dalam pertentangan yang panas atau perselisihan yang penuh emosi, bahasa kita dapat mengatakan hal yang salah dan buruk hingga pada akhirnya kita menyesalinya kemudian. Dan yang menjadi sangat sulit bagi kita untuk menempatkan alat yang menjadi penyaring pada bibir kita, ketika kita hendak berbicara. Karena jauh lebih mudah untuk langsung mengatakan hal-hal yang lebih dahulu datang ke pikiran kita daripada terlebih dahulu mempertimbangkannya masak-masak.

Marilah kita selalu menjaga setiap bahasa perkataan kita, supaya setiap perkataan kita dapat menjadi berkat bagi orang-orang lain di sekitar kita.
Amin. Tuhan Yesus memberkati.

MELALUI PERKATAANKU: APAKAH AKU SUDAH "DEWASA"?

Ada pepatah dari salah satu suku di negara kita, "Aji ning diri ana ing lati" artinya: kepribadian atau kedewasaan seseorang bisa dilihat dari 'lidahnya' atau perkataannya.
Tuhan mempunyai kerinduan bahwa setiap umat-Nya agar tidak hanya menjadi bayi rohani namun supaya dapat bertumbuh sampai menuju kedewasaan . Dan salah satu tanda bahwa seseorang bertumbuh menjadi dewasa yaitu mempunyai kemampuan untuk mengatur perkataannya. Memang hal ini tidak mudah karena lidah walaupun sangat kecil namun sulit ditaklukkan. Namun demikian Tuhan mempunyai harapan kalau kita bertumbuh maka kita akan mampu menguasai perkataan kita.

Ciri Orang Dewasa Dalam Perkataan :

1. Berbicara Dalam Waktu Yang Tepat,

Kalau kita adalah orang yang sudah dewasa dalam perkataan maka kita akan tahu kapan waktunya untuk berbicara tentunya dalam waktu yang tepat. Amsal 25:11. Mengatakan Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak. Sehingga, orang yang mengucapkan perkataan yang tepat itu diibaratkan seperti apel emas di pinggan perak dalam arti sangat luar biasa. Seringkali perkataan yang kita ucapkan itu ditafsirkan salah, karena sebenarnya hanya waktunya yang tidak tepat. Sehingga dengan demikian hasilnya akan buruk. Misalnya seorang istri yang berbicara pada suami dalam waktu yang tidak tepat sehingga akan tidak maksimal. Sebab itu setiap kita harus dapat menahan emosi sehingga hasilnya akan tepat dan menghasilkan sesuatu yang maksimal.

2. Berbicara Dengan Isi Yang Bermanfaat

"Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid". (Yesaya 50:4)
Kalau kita sungguh dewasa maka dalam setiap perkataan yang keluar itu akan dapat membawa keuntungan serta manfaat bagi orang lain. Ketika kita mendengar firman maka disana telinga kita akan terlatih. Selain itu kita harus memperhatikan perkataan kita sehingga mereka yang mengalami masalah akan dikuatkan oleh perkataan kita.

3. Berbicara Dengan Cara Yang Tepat,

Seringkali orang tidak dapat menerima perkataan kita karena cara kita berbicara kurang sopan dan tidak berkenan. Amsal 15:1 mengatakan bahwa . Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah. Yang dimaksud kata-kata yang lemah lebut adalah cara bagaimana kita berbicara dan menjawab orang lain. Karena itu orang yang dewasa perkataannya tidak hanya isinya yang bermanfaat tetapi cara bicaranya lemah lembut dan baik.

4. Berbicara dengan tepat dan dapat dipercaya 

"Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman". (Yakobus 5:12).

Disana dikatakan bahwa jika kita berbicara harus mengatakan ya jika ya dan mengatakan tidak jika tidak supaya kita jangan kena hukuman, selain itu kita tidak boleh bersumpah. Lalu mengapa orang sampai bersumpah? karena perkataannya tidak dapat dipercaya sehingga ia meyakinkan lawan bicaranya dengan sumpah. Karena itu perkataan kita harus dapat dipegang dan dipercaya oleh orang lain

Ketika kita dapat melakukan ke 4 (empat) hal diatas maka dampak yang kita alami adalah:

1. Kita akan memiliki hubungan yang baik dan menguntungkan.

Amsal 22:11 dikatakan bahwa orang yang mencintai kesucian hati dan yang manis bicaranya menjadi sahabat Raja . Menurut survey kesuksesan dalam hidup ini 70 % ditentukan oleh hubungan. Sehingga dalam hal apapun kita harus dapat membangun hubungan yang baik sehingga mengubah dan menguntungkan kita.

2. Memiliki integritas (Yakobus 5:12).

Karena perkataan kita baik dan benar, maka kita akan membangun image yang benar. Dimana apa yang kita katakan itu benar dan sesuai, termasuk saat kita berdagang biarlah kita juga selalu memiliki integritas

3. Merubah keadaan yang buruk menjadi baik.

Di dalam setiap perkataan yang diucapkan ada kuasanya. Amsal 12:25 mengatakan bahwa kekuatiran dalam hati membungkukkan orang tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia Maksudnya orang yang perkataannya baik walaupun kondisinya kurang baik maka perkataannya mempunyai kuasa untuk merubah keadaannya.
Manusia diciptakan Tuhan serupa dan segambar dengan Allah dan salah satunya adalah dalam perkataan. Allah mempunyai perkataan yang berkuasa untuk mencipta. Allah menciptakan langit bumi dan segala isinya hanya dengan berfirman. Sekalipun tidak sedahsyat dengan Allah namun tetap ada kuasa dalam perkataan.

Kesaksian :
Ada seorang hamba Tuhan yang saat bertemu dengan saya selalu mengucapkan perkataan negatif sampai akhirnya keadaannya seperti yang ia katakan. Karena itu jangan pernah mengutuki keadaan kita, ucapkan perkataan iman, ucapkan selalu firman Tuhan. Maka keadaan buruk akan menjadi baik. Imanuel ...