Senin, 28 Oktober 2013

JEMAAT LAODIKIA



Jemaat Laodikia Yang Merosot
Kitab Wahyu pasal 3:

ayat 14-16 - "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.

Laodikia artinya pendapat atau keputusan rakyat jelata (atau kaum beriman awam), merupakan gereja pemulihan (Filadelfia) yang merosot lagi.Tidak sampai 100 tahun setelah Tuhan memulihkan, sebagian "perhimpunan" (istilah yang dipakai oleh Kaum Saudara - FIladelfia) telah merosot. Namun kasusnya berbeda dengan Jemaat Sardis dan Jemaat Filadelfia.

Kata "Amin" dalam bahasa Ibrani berarti teguh, kukuh dan bisa diandalkan. Jadi dalam kasus ini, Laodikia merosot karena tidak teguh, tidak kukuh dan kurang bisa diandalkan, serta tidak setia dan tidak benar sebagai saksi Allah. Tuhan yang adalah Sumber dari segala sumber telah ditinggalkan.

Sebagai kaum beriman, Jemaat Laodikia pernah mengalami kenikmatan yang sedemikian rupa di dalam Tuhan, namun karena merasa nyaman, merasa layak dan merasa lebih daripada golongan lainnya, mereka mulai kehilangan api. Fisik dan pikirannya masih mengikuti Tuhan, namun hati mereka jauh dari Tuhan.  Ungkapan "dimuntahkan" artinya sudah sempat masuk dan diterima oleh Tuhan, namun kembali diusir dan ditolak.

Dalam sejarah kaum panggilan atau bangsa pilihan, Jemaat Laodikia seumpama kisah dan masa pemerintahan Salomo, yang berujung pada kegagalan dan kemerosotan roh.

ayat 17 - Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,

Gereja pemulihan yang mersot memegahkan kekayaannya (terutama pengetahuan atas doktrin), tetapi tidak mengetahui bahwa dirinya miskin atas hayat kehidupan sejati, buta atas daya lihat rohani dan telanjang atas perbuatan. Itu sebabnya mereka perlu membeli emas untuk menjadi kaya, pakaian putih untuk ketelanjangannya dan minyak atau salep mata untuk kebutaannya.

Mereka disebut melarat karena bermegah dalam doktrin "pepesan" kosong yang tidak ada Roh-Nya di dalam pengajaran tersebut. Ada kemungkinan bahwa Laodikia ini sangat kaya secara fisik, punya banyak harta duniawi dan memiliki berbagai-bagai pengetahuan mengenai gereja dan sekuler, namun tidak memiliki dan dimiliki oleh Roh Allah.

ayat 18 - maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.

Kemerosotan kaum Laodikia harus dibayar supaya memiliki iman yang murni dan tahan uji seperti emas. Sebab selama ini mereka sangat mengandalkan semua kekayaan dan kekuatan duniawi yang ada. Tanpa iman yang benar, tidak ada seorangpun yang layak di hadapan-Nya.

Pakaian melambangkan perbuatan. Kemerosotan mereka juga harus dibayar dengan perbuatan yang tepat sesuai dengan kehendak-Nya supaya perkenan Tuhan turun atas mereka. Jika Tuhan tidak berkenan, maka Ia akan memuntahkan mereka.

Minyak untuk mata tentu mengacu kepada fiman di 1 Yohanes 2:27 - "Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu--dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta--dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia." Minyak pengurapan ini hanya tersedia jika kita terus tinggal di dalam Dia.

ayat 19-20 - Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.

Pengetahuan yang sia-sia dan tata cara doktrin yang mati membeuat mereka merosot lagi menjadi suam-suam kuku. Diperlukan pertobatan yang sungguh untuk kembali bergairah dan memiliki api yang menyala agar dapat menikmati kembali realitas Kristus.

Pintu di sini bukan pintu hati perorangan, melainkan pintu Gereja. Mereka memiliki segalanya namun di luar penyertaan Tuhan. Namun pendekatan obyektif dari Tuhan kepada pintu Gereja harus diresponi secara subyektif, artinya keselamatan, pemulihan dan kenikmatan di dalam Kristus serta pahala dari-Nya bersifat individu, pribadi lepas pribadi.

Makan bersama-sama mengacu kepada menerima makanan utama pada malam hari. Agama dan doktrin hanyalah untuk pemahaman sampai level jiwa, sedangkan makanan rohani yang sesungguhnya adalah Firman Yang Hidup yang mampu mensuplai hayat, roh dan kehidupan kaum percaya. Jadi makan bersama-sama memiliki arti melakukan segala yang diperintahkan Tuhan dengan penyertaan dan anugerah-Nya, karena tidak ada yang mampu mengerjakan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya jika hanya mengandalkan kekuatan manusiawi kita yang tidak seberapa itu.

ayat 21-22 - Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."

Menang tentu mengacu kepada mengatasi kesuaman yang ada dan kembali bergairah dalam dan bagi Kristus. Pahala kemenangan ini adalah berbagian dalam kekuasaan Tuhan dan memerintah bersama dengan-Nya pada Masa Kerajaan Seribu Tahun untuk mengatur seluruh bumi.

Firman ini bukan sekedar diperuntukan kepada Gereja menurut urutan sejarah pada aspek nubuatan, namun juga diperuntukan kepada Gereja menurut destiny / takdir pada aspek panggilan masing-masing. Empat jemaat yang pertama akhirnya bermuara pada jemaat Tiatira hingga sekarang. Namun jemaat Sardis, Filadelfia dan Laodikia masing-masing eksis bersama dengan jemaat Tiatira hingga kedatangan Tuhan kembali.

Rabu, 16 Oktober 2013

PUISI DALAM ALKITAB

Orang Israel menggunakan puisi dan musik dari awal sejarah mereka. Sebelum itu, barangkali Adam memakai sebuah syair untuk memuji Allah atas pasangannya yang baru (Kej. 2:23). Musa menyanyikan sebuah nyanyian kepada Allah karena telah membebaskan orang Israel dari Mesir (Kel. 15). Alkitab (Hak. 5:2-31; 14:14, 18) mencatat banyak syair lain dari masa para hakim (1400-1000 sM). Namun, kebanyakan puisi yang tercatat dalam Alkitab berasal dari zaman Raja Daud (1012-972 sM) dan sesudahnya. Pada masa Daud, para penyair dan pemusik telah bersatu untuk membentuk serikat sekerja mereka sendiri, yang tetap aktif sampai masa Pembuangan. Dikatakan bahwa Raja Hizkia (729-687?sM) mengutus sekelompok pemusik sebagai bagian dari tawaran perdamaian kepada Sanherib.
Demikianlah para penyair dan pemusik memainkan peranan penting dalam kehidupan orang Israel. Perjanjian Baru tidak mempunyai kitab syair yang lengkap seperti Perjanjian Lama, namun di dalamnya terdapat banyak puisi.

I. JENIS-JENIS PUISI PERJANJIAN LAMA
 
Bahasa Ibrani memakai beberapa kata yang berbeda untuk mengacu kepada berbagai jenis Puisi yang kita temukan dalam Perjanjian Lama. Syir adalah syair yang diiringi alat musik. Kata itu secara harfiah berarti "nyanyian." Mizmor adalah nyanyian atau himne ibadat; qina adalah nyanyian penguburan atau syair ratapan; tehilla adalah himne pujian; dan masyal adalah amsal atau nyanyian sindiran.
Setiap penyair Ibrani mengungkapkan perasaan pribadinya sendiri dalam apa yang ditulisnya, karena diilhami oleh Roh Kudus. Kebanyakan kitab syair berisi puisi lirik (puisi untuk dinyanyikan). Banyak kitab di Alkitab berisi puisi gnomic (hikmat). Puisi kenabian biasanya menggambarkan sebuah visiun dari Allah, sedangkan puisi sejarah bercerita tentang peristiwa-peristiwa nyata dari masa lalu sebagai sebuah epik.

II. SIFAT PUISI PERJANJIAN LAMA

Setiap penyair menggunakan teknik-teknik khusus untuk mengutarakan pesannya. Tiga teknik yang digunakan kebanyakan penyair untuk mengutarakan gagasan mereka adalah rbyme (sajak), meter (irama syair), dan paralelisme.
Sajak berkaitan dengan bunyi kata-kata. Paling sering puisi bersajak memunculkan bunyi yang sama pada akhir setiap baris atau setiap dua baris. Sajak umum terdapat dalam syair-syair bahasa Inggris, tetapi sangat jarang dalam puisi Ibrani.
Irama syair berkaitan dengan tekanan yang teratur dari puisi Penyair memakai aksen dari kata-katanya untuk menetapkan irama dalam tiap baris dan suatu pola irama di seluruh syair itu. Para ahli berselisih pendapat tentang apakah puisi Ibrani benar-benar mempunyai irama. Jika ada, maka itulah irama 3:3 - yaitu, tiga tekanan untuk tiap baris. Syair-syair di Alkitab jarang mengikuti pola ini dengan tepat, jadi kita tidak tahu dengan pasti apakah puisi Ibrani benar-benar mempunyai suatu sistem irama dalam zaman Perjanjian Lama.
Teknik yang ketiga, paralelisme, adalah teknik yang paling sering dipakai oleh para penyair di Perjanjian Lama. Alkitab mempunyai tiga jenis dasar paralelisme: yang lengkap, yang tidak lengkap, dan "tangga".

A. Pararelisme Lengkap

Bila seorang penyair menggunakan paralelisme lengkap, ia mengulang pikiran yang tepat atau pikiran yang berlawanan dari satu baris dalam baris yang berikut:
Israel tidak mengenal
Umat-Ku tidak memahaminya (Yes. 1:3).

Dalam ayat ini, arti Israel adalah sama dengan umat-Ku. (Kata-kata Indonesia dihubungkan dengan tanda penghubung untuk memperlihatkan gagasan yang terkandung dalam sebuah kata tunggal Ibrani.) Kata tidak mengenal adalah sejajar dengan tidak memahaminya. Penyair telah memakai kata-kata yang berbeda dalam tiap baris untuk mengungkapkan gagasan yang sama.
Kadang-kadang seorang penyair Ibrani akan mengungkapkan sebuah gagasan dalam satu baris dan gagasan yang bertentangan dalam baris berikutnya; jenis paralelisme lengkap ini disebut paralelisme antitetis:
Anak yang bijak menggembirakan ayahnya, tetapi orang yang bebal menghina ibunya (Ams. 15:20).
Paralelisme jenis ini membuat pikiran yang lengkap dari tiap baris itu berimbang. Namun, paralelisme lengkap jenis lainnya mengulang gagasan dalam suatu baris dengan istilah-istilah kiasan atau simbolis. Para ahli menyebutnya paralelisme emblematic:
Seperti arang untuk bara menyala dan kayu untuk api,
demikianlah orang yang suka bertengkar untuk panasnya perbantahan (Ams. 26:21).

Penyair Ibrani mungkin juga membalik gagasan dalam satu baris untuk membuat paralelisme terbalik atau chiastic:
(1) Mulut orang benar
(2) adalah sumber kehidupan,
(1) tetapi kelaliman meliputi
(2) mulut orang fasik (Ams. 10: 11, KJV)
Penyair memperlihatkan kontras dari gagasan dalam paruhan pertama dari baris pertama (no. 1) dengan paruhan terakhir dari baris kedua. Ia memperlihatkan kontras dari paruhan kedua baris pertama (no. 2) dengan paruhan pertama dari baris kedua. Dengan kata lain, ia memperlihatkan kontras gagasan-gagasan ini dalam urutan terbalik. Perhatikan juga bahwa syair ini memakai paralelisme antitetis.

B. Pararelisme Tidak Lengkap 

Apabila penyair Ibrani memakai paralelisme tidak lengkap, ia tidak akan mengulang seluruh gagasan dari baris pertamanya dalam baris kedua dari syairnya:
(1) Sebab itu orang fasik
(2) Tidak akan tahan
(3) Dalam penghakiman,

(1) begitu pula orang berdosa
(3) Dalam perkumpulan orang benar (Mzm. 1.5)
Tiga unsur dari baris pertama diberi nomor 1-3. Perhatikan bahwa baris kedua mengulang unsur 1 dan 3, tetapi tidak mengulang unsur 2. Penyair tidak berusaha untuk mencocokkan seluruh gagasan dari baris pertama dalam baris kedua, tetapi ia mengadakan sebuah pola sejajar. Dalam bahasa Ibrani, kedua baris dari ayat ini mempunyai jumlah suku kata beraksen yang sama. Ini disebut compensation (penggantian). Kadang-kadang seorang penyair Ibrani sama sekali tidak memakai gagasan-gagasan sejajar, tetapi ia memakai penggantian.
Tentu saja, penyair Ibrani dapat menggubah syair yang sangat elok dengan menggunakan paralelisme tidak lengkap tanpa penggantian. Dalam ayat berikut ini, penyair suku kata yang beraksen untuk mendirikan pola 4:3; 4:3. Tentu saja, hal ini tidak terlihat dalam terjermahan bahasa Indonesianya. Akan tetapi, Anda dapat melihat bahwa ini paralelisme tidak lengkap, karena ia tidak berusaha untuk menyejajarkan seluruh gagasan dari tiap baris:
Aku melihat kepada bumi, ternyata campur baur dan kosong, Dan melihat kepada langit, tidak ada terangnya.
Aku melihat kepada gunung-gunung, ternyata goncang; Dan seluruh bukit pun goyah (Yer. 4:23-24).
Gaya ini paling sering dipakai untuk qina, atau "pola nyanyian penguburan":
Akulah orang yang melihat sengsara disebabkan cambuk murka-Nya (Rat. 3:1).

 C. Pararelisme Memuncak

Mungkin salah satu bentuk paralelisme yang paling menarik adalah paralelisme "tangga" atau memuncak:
(1) Sebab sesungguhnya musuh-Mu,
(2) ya Tuhan.
(1) Sebab sesungguhnya musuh-Mu
(3) Akan binasa,
(1) Semua orang yang melakukan kejahatan
(3) akan dicerai-beraikan (Mzm. 92:10).
Di sini penyair membatalkan unsur kedua dari baris pertamanya, yang ditandai sebagai Nomor 2. Kemudian ia meneruskan gagasan itu dengan menambahkan unsur yang ketiga.

D. Metode-metode Lain

Puisi Ibrani juga memakai beberapa metode lain. Penyair mungkin memulai tiap baris dari syairnya dengan sebuah huruf yang berbeda dari alfabet Ibrani untuk membuat apa yang disebut akrostik. Misalnya, Mazmur 119 dibagi dalam 22 set yang masing-masing terdiri atas 8 ayat, satu set untuk tiap huruf dari alfabet Ibrani. Setiap ayat dalam setiap set dimulai dengan huruf Ibrani yang sama. Semua ayat dalam set pertama dimulai dengan aleph, huruf pertama dalam alfabet Ibrani. Semua ayat dalam set kedua mulai dengan beth, huruf kedua dalam alfabet Ibrani, dan begitu seterusnya.
Kadang-kadang puisi Ibrani akan mengulang bunyi dari tiap kata untuk membuat aliterasi, seperti dalam syair bahasa Inggris, "Peter Piper picked a peck of pickled peppers.... " Atau bunyi itu mungkin diulang pada akhir tiap kata, yang dinamakan asonansi (seperti "potato-tomato"), tetapi hal ini jarang sekali terjadi dalam bahasa Ibrani.
Puisi Ibrani menggunakan banyak sekali tamsil atau kiasan untuk membantu pembaca membayangkan apa yang sedang dibicarakan oleh sang penyair. Penyair Ibrani sering menggambarkan Allah dengan memakai istilah-istilah yang sesuai dengan manusia, dengan perasaan dan ciri-ciri tubuh seperti manusia - misalnya, "Hal itu memilukan hati-Nya" (Kej. 6:6) dan "telinga-Nya" (II Sam. 22:7). Para ahli menyebut metode ini antropomorfisme. Suatu jenis khusus antropomorfisme, yang disebut personifikasi, menggambarkan berbagai hal seolah-olah memiliki sifat-sifat manusia. Misalnya, Alkitab berbicara tentang "anak dara Israel" (Amsal. 5:2).
Beberapa syair membesar-besarkan fakta untuk menekankan suatu gagasan. Ini disebut hiperbol. Amos menggunakan metode ini ketika ia menggambarkan seorang prajurit Amori sebagai seorang "yang tingginya seperti tinggi pohon aras" (Amsal 2:9). Para penyair bahasa Inggris menyamakan orang dengan obyek - suatu metode yang disebut simile. Para penyair Ibrani juga suka memakai teknik ini seperti yang terlihat dalam Hos. 14:8. Adakalanya mereka menyatakan perbandingan ini secara tidak langsung (suatu metode yang disebut metafora), seperti ketika Pemazmur berkata, "Tuhan adalah benteng hidupku" (Mzm. 27:1).
Kadang-kadang penyair di Alkitab mengatakan hal yang bertentangan dengan apa yang dimaksudkannya, untuk memberikan kepada kita sedikit humor yang suram dan aneh sekali (Amsal. 4:4-5). Puisi alkitabiah juga memakai simbol untuk mengungkapkan gagasan yang jauh lebih besar. Suatu contoh yang terkenal dari metode ini adalah ayat yang berbunyi, "Mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak" (Yes. 2:4). Dalam hal ini, pedang melambangkan perang dan mata bajak melambangkan pekerjaan yang penuh damai. Penggunaan simbol secara puitis ini disebut metonimia.
Walaupun jarang menggunakan sajak dan irama syair (dua ciri yang paling umum dihubungkan dengan puisi bahasa Inggris), puisi Ibrani itu kaya dan kreatif.

III. KONTEKS SASTRA

Banyak sekali puisi telah digubah di Mesir, Mesopotamia, dan Kanaan jauh sebelum tampil kitab-kitab syair di Alkitab. Kebanyakan syair dalam kitab Mazmur adalah syair liris. Syair liris ini cocok dengan puisi liris yang umum terdapat di Mesir, Sumer, dan Babilonia.
Sastra Timur Dekat yang paling kuno berasal dari orang Sumer (orang-orang yang pada zaman purba menduduki Lembah Mosopotamia). Banyak himne atau mazmur pujian dan doa dalam bentuk puisi terdapat dalam sastra mereka. Di Sumer seni menggubah himne sudah sangat berkembang sebelum tahun 2000 sM. Para penyair Sumer pada zaman purba menggolongkan karya mereka menurut subyek dan cara pergelarannya (yaitu, alat musik mana yang dipakai). Syair-syair liris seperti itu bisa sepanjang 400 baris. Panjangnya syair-syair Mesir berbeda-beda juga dan syair-syair tersebut terdiri atas doa dan pujian. Sastra ini mencakup nyanyian-nyanyian cinta yang berasal dari tahun 1300 sM. Satu hal yang menarik ialah bahwa sang kekasih dalam syair-syair Mesir dinamakan "saudara laki-laki" (bdg. Kis. 5:12; 8:1-3). Kita menemukan banyak syair ratapan di antara sastra Sumer dan Mesir yang berasal dari waktu sebelum 2000 sM. Dengan demikian ketiga jenis puisi telah ditemukan di luar Alkitab.
Gaya artistik puisi di Alkitab sangat mirip dengan puisi dari Ugarit (dari 1700 sampai 1500 sM) dan Babilonia. Kita melihat tema-tema dan tamsil-tamsil yang serupa. Mengingat adanya materi seperti itu, arkeolog William F. Albright menarik kesimpulan bahwa puisi Perjanjian Lama telah digubah pada zaman purba. Dalam strukturnya (yaitu, dalam penggunaan paralelisme) puisi Perjanjian Lama berada di pertengahan puisi Mesopotamia dan puisi Ugarit. Tata bahasa, kosakata, dan kiasan dalam puisi di seluruh Alkitab mempunyai persamaan yang mencolok dengan puisi Ugarit. Sekalipun ada persamaan-persamaan ini, puisi alkitabiah berbeda karena keelokannya yang unggul, ungkapan artistik, dan konsep-konsep moral dan rohani.

IV. KITAB-KITAB SYAIR 
Enam kitab di Alkitab berisi puisi liris dan puisi yang singkat dan tegas. Kitab-kitab yang liris (syair nyanyian) adalah kitab Mazmur, Ratapan, dan Kidung Agung. Kitab-kitab yang berisi puisi yang singkat dan tegas (syair hikmat) adalah kitab Amsal, Ayub, dan Pengkhotbah.

A. KITAB MAZMUR

Kitab terbesar yang berisi puisi Perjanjian Lama adalah Kitab Mazmur. Para ahli Yahudi menempatkan kitab ini di bagian Alkitab yang mereka sebut "Tulisan-Tulisan."
Kitab Mazmur terpisah dari semua sastra puisi lain di Timur Dekat purba karena menaikkan puji-pujian kepada Allah dan menyatakan kehendak Allah kepada umat-Nya. Syair-syair dari bangsa-bangsa lain di Timur Dekat tidak berbuat demikian dan memang tidak dapat berbuat demikian.
Perjanjian Baru lebih sering mengutip Kitab Mazmur daripada bagian lain dari Perjanjian Lama kecuali Kitab Yesaya. Kitab Mazmur membangun atas gagasan-gagasan teologis yang terdapat dalam kitab-kitab Pentateukh, serta menerangkan dan menerapkan hukum-hukum Musa. Kitab Mazmur juga membentuk hubungan yang kuat dengan kitab-kitab nubuat, karena sering kali memperingatkan umat Israel tentang ketidaktaatan mereka kepada Taurat Allah. Beberapa Mazmur juga berisi nubuat (mis., Mzm. 2).

1. Penggolongan

Kitab Mazmur terbagi atas lima bagian, atau lima jilid. Mazmur 1-41 merupakan apa yang dinamakan "Bagian Daud," sebab Raja Daud menggubah bagian terbesar dari mazmur-mazmur ini. Mazmur-mazmur Daud menyebutkan Allah dengan nama Yahweh 272 kali dengan nama Elohim 15 kali. Nama Elohim itu mengacu kepada Allah sebagai Pencipta yang Mahakuasa, penguasa atas segala bangsa. Pada pihak lain, nama Yahweh mengacu kepada-Nya sebagai Allah yang mengadakan perjanjian dengan Israel. Nama itu memperkenalkan Allah sebagai Raja yang ilahi atas umat Ibrani.
Mazmur 42-72 disebut "Koleksi Hizkia" karena rupanya mazmur-mazmur itu telah dikumpulkan sekitar masa Raja Hizkia (729-696 sM). Akan tetapi, banyak dari mazmur-mazmur ini telah ditulis jauh sebelum masa Hizkia. Delapan belas di antaranya digubah oleh Raja Daud. Di bagian ini nama Elohim muncul 200 kali dan Yahweh 43 kali. Beberapa dari Mazmur-mazmur ini bahkan mungkin telah digubah sebelum masa Daud.
Bagian ketiga mencakup Mazmur 73-89. Bagian ini disebut "Koleksi Yosia" karena mungkin bagian ini dikumpulkan selama masa Raja Yosia (638-608 sM).
Mazmur 90-106 dirancang untuk dipakai dalam ibadat di bait suci, dan Mazmur-mazmur ini menggunakan nama Yahweh saja. Para ahli Alkitab berpendapat bahwa Mazmur-mazmur ini dikumpulkan di antara masa pemerintahan Raja Yosia dan kejatuhan Israel.
Bagian terakhir dari Kitab Mazmur (Mzm. 107-150) boleh jadi telah dikumpulkan sesudah orang Yahudi kembali ke tanah air mereka - sesudah tahun 536 sM. Hampir semua Mazmur ini menggunakan nama Yahweh untuk mengacu kepada Allah, dan 15 di antaranya telah digubah oleh raja Daud. Bagian ini mencakup Mazmur 107-150, dan mempunyai dua jenis Mazmur yang berbeda - Mazmur Halel atau "puji-pujian" (Mazm. 113-118) dan "Nyanyian Ziarah" (Mzm. 120-134).
Tema Kitab Mazmur adalah "Allahku dan Aku," atau "Allah Kita dan Kita." Telah dikatakan dengan sebenarnya bahwa Kitab Mazmur adalah sebuah "kitab yang mempunyai daya tarik bagi hati manusia di seluruh dunia, serta meliputi seluruh cakupan perasaan rohani." Mudah terlihat bahwa Kitab Mazmur adalah kitab yang sangat emosional; namun kitab ini juga berisi banyak sekali ajaran agama. Kitab ini menunjukkan bahwa setiap orang yang benar-benar percaya pada Allah harus ditandai baik oleh perasaan yang benar (pengalaman) maupun oleh pemikiran yang benar (teologi).
Kitab Mazmur mengangkat tiga tema yang penting: (a) Keinginan manusia untuk dibebaskan dari dosa dan kesengsaraan, (b) perayaan manusia sehubungan dengan kelepasan yang diberikan Allah kepadanya, dan (c) manusia menyatakan pujian dan ucapan syukur kepada Allah. Adakalanya ketiga tema ini akan muncul dalam satu Mazmur (mis., Mazm. 51). Akan tetapi, pada umumnya, Kitab Mazmur menuntun kita secara berangsur-angsur melalui tiap-tiap tema ini. Bagian pertama memfokus pada kesengsaraan, sedangkan bagian kedua dan ketiga menekankan tema pelepasan. Bagian keempat dan kelima menyatakan pujian dan ucapan syukur.

2. Kepenulisan

Banyak penulis yang berbeda-beda telah menggubah syair-syair agung yang sekarang kita temukan dalam Kitab Mazmur. Sering kali sebuah Mazmur memberi tahu siapa penulisnya atau kepada siapa Mazmur itu dipersembahkan. Beberapa Mazmur menyebutkan nama seseorang pada permulaannya, namun sebenarnya tidak menjelaskan apakah orang ini penulisnya, pengumpulnya, atau orang yang kepadanya Mazmur itu dipersembahkan. Tujuh puluh tiga Mazmur memberikan nama Daud; 10 atau 11 menyebutkan bani Korah: sedangkan 12 Mazmur memberi nama Asaf. Mazmur-mazmur lain menyebut nama Musa, Salomo, Heman, dan Etan. Lima puluh Mazmur tidak menyebutkan siapa penulisnya.

3. Pokok Pembicaraan

Mazmur-mazmur boleh dikelompokkan menurut gaya puisinya, waktu ketika Mazmur itu digubah, dan orang-orang yang menggubahnya. Tetapi Mazmur-mazmur itu dapat juga dikelompokkan menurut pokoknya.
Banyak Mazmur disebut Mazmur mesianis, sebab mengacu kepada Kristus. Mazmur-mazmur ini menubuatkan kedatangan Yesus dan pelayanan-Nya: sebenarnya, Mazmur-mazmur tersebut kurang dapat dimengerti kecuali dibaca dengan mengingat Yesus. Yesus berkata, " ... Bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam ... kitab Mazmur" (Luk. 24:44). Memang, Mazmur-mazmur ini menerangkan banyak hal mengenai pelayanan Juruselamat. Sembilan dari Mazmur-mazmur mesianis disebut Mazmur kerajaan karena memuliakan Yesus sebagai Raja segala bangsa (Mzm. 2, 18, 20, 21, 45, 61, 72, 110, dan 132). Sepuluh Mazmur mesianis disebut Mazmur kenabian karena menubuatkan kedatangan Kristus (Mzm. 8, 16, 22, 40, 45, 68, 72, 97, 110, dan 118). Enam disebut Mazmur kesengsaraan karena menggambarkan penderitaan Yesus ketika mati di salib (Mzm. 22, 35, 41, 64, 69, dan 109).
Ada sembilan Mazmur kutukan di mana penulis memohon kepada Allah untuk membinasakan musuh-musuhnya. Mazmur-mazmur ini ditulis oleh Raja Daud. Beberapa peneliti Alkitab bertanya-tanya mengapa Mazmur-mazmur ini dicantumkan dalam Alkitab. Mereka menganggap bahwa Mazmur-mazmur ini timbul dari alasan-alasan yang tidak pantas. Bagaimanapun juga, kita harus menyadari bahwa Raja Daud mewakili segenap bangsa Israel, yang adalah kerajaan Allah. Musuh-musuhnya sebenarnya menentang Allah, dan memang cocok bagi Daud untuk memohon pertolongan Allah untuk memelihara kerajaan-Nya.
Beberapa Mazmur memperingati sejarah Israel. Misalnya, Mazmur 106 dan 114 menggambarkan zaman Musa. Mazmur 106:34-36 menggambarkan masa para Hakim. Mazmur 3, 7 dan lain-lain bercerita tentang pemerintahan Raja Daud. Mazmur 72 melukiskan gambaran yang mencolok tentang Israel di bawah pemerintahan Raja Salomo. Mazmur 74, 79 dan lain-lain menceritakan bagaimana umat Allah dibawa tertawan oleh musuh-musuh Israel selama masa Pembuangan.
Mazmur-mazmur juga mewujudkan bermacam-macam pengalaman rohani. Ada Mazmur yang mengungkapkan penyesalan (Mzm. 25), pertobatan (Mzm. 40), pengabdian diri kepada Allah (Mzm. 46), kepercayaan (Mzm. 3), doa (Mzm. 55), puji-pujian (Mzm. 96), dan pengalaman-pengalaman lain yang membangkitkan iman. Ada juga Mazmur-mazmur mengenai kemalangan (Mzm. 6), kesukaran masa tua .(Mzm. 71), keangkuhan yang sia-sia (Mzm. 39), dan kerinduan akan kampung halaman (Mzm. 137).
Banyak Mazmur menggambarkan sifat-sifat khas Allah. Misalnya, Mazmur 18-20 menggambarkan hikmat, keagungan, dan kuasa Allah. Mazmur 32, 85, dan 136 bercerita tentang kemurahan hati Allah. Mazmur 139 memuji pengetahuan Allah yang tak terbatas, sedangkan Mazmur 33, 89, dan 104 menyanjung kuasa-Nya yang kreatif.

4. Bahasa

Bahasa Kitab Mazmur mirip dengan puisi dari kota purba Ugarit. (Lihat "Ugarit dan Orang Kanaan.") Mazmur-mazmur mengambil beberapa frase dan ungkapan yang populer selama masa itu, tetapi ini tidak berarti bahwa Mazmur-mazmur tersebut disalin dari sastra Ugarit.
Mazmur 104 sungguh mirip dengan "Himne kepada Aton" dari Mesir dalam penggunaan paralelisme puitis dan dalam pikiran-pikiran yang terkandung di beberapa ayat. Sekalipun kesamaan-kesamaan ini terlalu dekat untuk merupakan suatu hal yang kebetulan, perbandingan yang saksama antara kedua syair itu menunjukkan bahwa syair alkitabiahnya jelas bersifat monoteistis (meneguhkan adanya Allah yang esa) dan strukturnya berbeda sekali dari syair Mesir itu. Barangkali penyair Ibrani ini menggubah himnenya dengan syair Mesir itu berada di depannya. Hal-hal yang dihubungkan dengan Aton oleh penyair yang politeistis itu, telah dihubungkan dengan Yahweh oleh penyair alkitabiah yang monoteistis.
Ketika orang Israel dibawa masuk masa pembuangan di Babilonia, bahasa mereka mulai berubah. Pada waktu mereka kembali dari Pembuangan, kosa kata dan tata bahasa mereka berbeda sekali dari kurun waktu Ibrani purba. Namun, Mazmur-mazmur melestarikan bahasa yang kuno. Ini merupakan bukti lain bahwa Perjanjian Lama telah diteruskan dengan benar. Orang harus mengkaji bahasa Ibrani kuno dan ungkapan-ungkapan puisi kuno Ugarit untuk dapat mengerti bahasa dalam Kitab Mazmur.

5. Sifat-Sifat Sastra
 
Terutama sekali, Mazmur-mazmur itu adalah syair. Khususnya, Mazmur-mazmur itu merupakan syair liris - syair yang dimaksudkan untuk dinyanyikan. Mazmur-mazmur itu harus dibaca sebagai syair, dengan memahami semua ciri khas puisi, apabila hendak dimengerti dengan semestinya. Bahasanya emosional, bukan logis. Penggunaan simbol, kisan, dan metode-metode puitis lainnya menjadikan bahasanya padat ; yaitu, banyak hal ditunjukkan dan dikatakan dengan beberapa kata. Seperti semua puisi liris, Mazmur-mazmur memperlihatkan pola atau rancangan, kesatuan, tema (atau pemusatan), keseimbangan, keselarasan, kontras, gerak maju terpadu, pengulangan, dan variasi.
Semua Mazmur adalah liris. Meskipun Mazmur itu berhubungan dengan hikmat atau dengan sejarah, terutama sekali mazmur itu bersifat liris. Penyair mengungkapkan hikmat dan renungan sejarah dengan kata-kata emosional dan rohani. Ada bermacam-macam syair liris dalam Kitab Mazmur: ratapan atau keluhan (10, 35), akrostik (119, bdg, di atas), dan encomnium (memuji seseorang atau sesuatu, 1, 15).
Tiga unsur perlu dalam menganalisis sebuah syair: (1) tema atau topik, (2) struktur, (3) susunan puitis. Dari segi struktur, syair-syair alkitabiah bisa beralih dari pikiran yang satu ke pikiran yang lain (mis., Mzm. 13), atau membandingkan satu pikiran dengan pikiran lain (mis., Mzm. 1), atau hanya menyajikan serangkaian gambar tanpa ada gerakan yang nyata (mis., Mzm. 148). Akan tetapi, kebanyakan mazmur di Alkitab mempunyai struktur yang terdiri atas tiga bagian. Mazmur itu mulai dengan suatu pernyataan atau tema; kemudian tema itu dikembangkan atau paling sedikit ada reaksi terhadapnya: lalu tema tersebut diselesaikan atau diulang.
Susunan puitis menyangkut unsur-unsur yang kecil, seperti kiasan, konotasi atau berbagai arti dari sebuah kata, tamsil, nada (yaitu, penggunaan bahasa yang hidup atau bersemangat), dan alusi. Susunan Kitab Mazmur sama secara mengagumkan. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa puisi ini timbul dengan berlatar belakang kesenian puisi yang telah sangat berkembang, yang sudah lama ada di Mesopotamia, Ugarit, dan Kanaan. Pada waktu Mazmur-mazmur alkitabiah ini ditulis, seni menggubah syair ini telah terkenal di Israel. Jadi, Mazmur-mazmur ini cenderung mengikuti pola-pola struktur yang sana dan menggunakan gaya puitis yang serupa. Karena itu, beberapa ahli berbicara tentang Mazmur-mazmur dengan berbagai kesamaan yang kuat dengan puisi Ugarit (mis., Mzm. 29; 68, 72; 78) dan Mazmur-mazmur dengan berbagai kesamaan yang kuat dengan puisi Mesir (mis., Mzm. 104).
Walaupun Mazmur-mazmur dikelompokkan sekitar tema-tema tertentu, tidak terdapat alur sastra yang menyatukan pada kitab ini.

B. KITAB RATAPAN

Orang Yahudi membaca Kitab ini pada Hari Raya Paskah pada bulan April sebab mereka merasa kitab ini secara simbolis menggambarkan kasih Allah kepada Israel.
Tradisi menyatakan bahwa Salomo menulis kitab ini, tetapi judul bahasa Ibrani dapat juga berarti "Kidung Agung yang mengacu kepada Salomo." Oleh karena itu beberapa ahli Alkitab berpendapat bahwa kitab ini ditulis kemudian daripada Salomo dan dipersembahkan kepadanya.
Berbeda dengan semua kitab lain di Perjanjian Lama kecuali kitab Ester, Kidung Agung tidak mengacu kepada Allah (kecuali kita membaca Kid. 8:6 demikian). Kitab ini juga tidak menyebutkan upacara kurban, bait suci, para imam, nabi, atau agama pada umumnya. Perjanjian Baru tidak mengutip Kidung Agung. Kitab ini menyebutkan banyak tanaman dan herba asing yang terdapat di Palestina utara pada zaman Perjanjian Lama, dan menggunakan banyak frase bahasa Aram kuno yang sudah lenyap dari bahasa itu pada masa Yesus.
Pada permukaannya, Kidung Agung menggambarkan kasih yang asyik berahi. Hal ini menyebabkan banyak ahli Alkitab berselisih pendapat mengenai makna kitab tersebut. Kebanyakan orang Kristen mengikuti kepercayaan tradisional bahwa kitab ini bercerita tentang kasih Allah melalui alegori atau perumpamaan (sebuah cerita simbolis), tetapi orang lain berpendapat bahwa ini hanya sekumpulan syair cinta orang Ibrani yang memperingati kasih sayang antara mempelai wanita dan mempelai pria. Ketidakpastian ini menjadikan Kidung Agung kitab yang paling kontroversial di Perjanjian Lama. Gaya sastra kitab ini banyak diperdebatkan. Ada yang mengatakan bahwa kitab ini sebuah drama. Akan tetapi, berbeda dengan gaya drama kitab ini tidak memperlihatkan kronologi atau rangkaian peristiwa yang jelas. Apabila dilakonkan maka hanya akan terlihat adegan lepas adegan percintaan yang asyik berahi. Hal ini sudah pasti bukan struktur drama kuno. Oleh karena itu, tampaknya kitab ini suatu kumpulan syair-syair yang berkenaan dengan penghidupan penggembala yang semula mungkin diiringi musik (dan, karena itu, adalah syair-syair liris).
Struktur kitab ini terpotong-potong. Karena subyek dan pembicaranya sering kali berubah secara mendadak, para ahli tidak dapat memastikan strukturnya. (Bagaimana orang dapat menganalisis struktur dan/atau perkembangan pemikiran apabila ia tidak dapat menetapkan siapa pembicaranya?)
Metode sastra kitab ini sama dengan aliran teknik kesadaran. Metode ini menyingkapkan berbagai pikiran dalam hati pembicara, serta memusatkan perhatian pada apa yang dipikirkannya dan bukan kepada apa yang benar-benar terjadi padanya. Khususnya, sang penyair menggunakan baik bentuk syair (mengungkapkan perasaan pribadinya) maupun bentuk dialog.
Syair-syair dalam kitab ini menyajikan tema-tema penghidupan penggembala yang tradisional. Ada ajakan tradisional untuk bercinta (Kid. 2:10-15; 7:10-13), pujian terhadap kecantikan dan sifat-sifat baik sang kekasih (bdg. 2:1-3; 4:1-15), suatu gambaran tentang kenikmatan percintaan (1:14, 16-17), dan suatu keluhan tentang cinta yang tidak terwujud (8:1-4). Syair penggembalaan sering kali dipakai untuk berbicara mengenai kasih manusia.

V. KITAB-KITAB HIKMAT

Dalam kitab Ayub, Amsal, dan Pengkhotbah terkandung bagian terbesar dari puisi gnomic (hikmat) Perjanjian Lama. Puisi hikmat lainnya terdapat dalam Mazmur 1; 4; 10; 14; 18:21-27; 19; 37; 90; 112, dan juga dalam Habakuk 3.
Puisi hikmat dapat dibagi menjadi tiga kategori: (1) amsal-amsal populer yang mengungkapkan kebenaran-kebenaran praktis dalam perbandingan pendek yang mencolok dengan alam, (2) teka-teki atau perumpamaan dengan pengertian rohani, (3) pembahasan panjang lebar mengenai masalah-masalah hidup.
Banyak syair hikmat dari daerah Timur Dekat zaman dahulu mencoba membuat persamaan antara dunia alami dengan kehidupan rohani manusia. Misalnya amsal orang Mesir tentang Amen-emopet (Ca. 1150-950 sM) tampaknya, mirip dengan Amsal 22:17-23:23. Meskipun begitu, kita tidak mempunyai bukti bahwa Kitab Amsal mengambil ide-ide dari amsal orang Mesir atau dari sastra kuno lainnya. Berbagai syair hikmat orang Yahudi berisi hikmat ilahi, yaitu kebenaran Allah yang dinyatakan. Selama masa hakim-hakim, para pemimpin Yahudi memakai teka-teki, amsal, dan dongeng perumpamaan untuk menyampaikan kebenaran Allah (Hak. 14:14, 18; 8:21; 9:6-21).
Pada zaman purba, raja-raja mempunyai orang-orang bijaksana di istana mereka sebagai penasihat. Suatu golongan khusus yang terdiri atas orang-orang bijaksana melayani di istana raja-raja Israel mulai dari zaman Raja Saul (sekitar 1043 sM). Orang-orang bijaksana ini memberi nasihat kepada raja dalam urusan pemerintahan (Yer. 18:18). Orang-orang yang lebih muda belajar di bawah pimpinan para penasihat ini dan mulai mencatat ajaran mereka (Ams. 1:6; 22:17). Kemudian hari, tulisan-tulisan ini dikumpulkan untuk menyusun sastra hikmat Perjanjian Lama.
Ada juga banyak orang bijaksana yang tidak melayani di istana. Adakalanya hikmat mereka dikenal sebagai "hikmat populer." Rupanya orang-orang bijak seperti itu berfungsi sepanjang zaman Perjanjian Lama, sama seperti yang terdapat di antara bangsa-bangsa lain di Timur Dekat zaman kuno. Kita membaca mengenai hikmat kota Abel (II Sam. 20:18). Yeremia berbicara tentang orang-orang bijak sebagai sumber pengetahuan di samping para imam dan nabi (18:18).

A. KITAB AMSAL

Kitab Amsal mengumpulkan bermacam-macam pepatah, yang diungkap dalam syair-syair pendek yang mudah untuk dihafal. Semboyan kitab ini adalah "Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan." Orang Kristen telah memperoleh banyak pertolongan dari Kitab Amsal karena di dalamnya terdapat begitu banyak nasihat praktis untuk kehidupan sehari-hari.
Pada umumnya, Kitab Amsal menguraikan sumber dan nilai hikmat. Kitab ini mengingatkan kita bahwa Allah yang memberi segala pengetahuan sejati dan bahwa kita harus menggunakan pengetahuan itu sebagai titipan yang suci dari Tuhan.
Kitab Amsal memang ditulis dalam tradisi sastra hikmat. Pasal 1-24 terutama menarik karena membentuk suatu kumpulan sastra yang sama dengan amsal-amsal Ptahhotep, seorang bijaksana di Mesir (sekitar 2500-2400 sM). Kumpulan amsal Mesir ini mulai dengan judul utama, termasuk nama dan gelar penulis (bdg. Ams. 1:1). Setelah pembukaan itu terdapat wacananya. Setelah itu terdapat sebuah judul tambahan (bdg. Ams. 10:1), yang diikuti oleh serangkaian peribahasa. Beberapa orang menganjurkan bahwa Amsal ps. 8 pasti sebuah hasil karya yang kemudian, karena hikmat diperlakukan sebagai seorang tokoh manusia. Namun hal ini sudah terdapat dalam hikmat Mesir sedini tulisan Ptahhotep. Sastra hikmat Mesopotamia mencakup amsal-amsal yang sejajar dengan amsal-amsal di Alkitab dalam gaya bahasa, tema, dan metode puisi.
Amsal 1-9 adalah suatu bagian dengan suatu susunan puisi tunggal (yaitu, kiasan-kiasan dan simbol-simbol dari jenis yang sama dipakai di seluruh bagian ini) dan suatu pandangan narasi tunggal. Namun, bagian itu menggunakan aneka ragam paralelisme puitis dan jenis sastra - mis., syair liris, monolog dramatis, encomnium (pujian terhadap sesuatu), narasi, dan adegan yang diuraikan secara mengesankan. Pendek kata, bagian ini rupanya sebuah wacana oleh satu orang bijaksana. Seluruh bagian ini dikembangkan dalam serangkaian konflik yang mengajukan semacam alur cerita - yaitu, mengejar yang baik (hikmat) dan menjauhkan yang bodoh. Alur cerita itu membandingkan hikmat (digambarkan sebagai seorang wanita terhormat) dan seorang pelacur; seorang pria yang baik dan yang jahat; hidup dan maut; hikmat dan kebodohan: hikmat dan kejahatan. Pokok yang mempersatukan adalah hikmat.

B. KITAB AYUB

Victor Hugo, seorang Perancis pengarang novel, pernah menyebutkan Kitab Ayub "hasil karya teragung dari pikiran manusia." Tidak banyak yang kita ketahui tentang orang yang menulis kitab Ayub, tetapi boleh jadi ia hidup sebelum zaman Musa. Bagian pendahuluan kitab ini menceritakan bahwa Ayub adalah seorang saleh yang menderita banyak malapetaka. Bagian utama kitab ini merunut berbagai argumentasi dan pertanyaan yang diajukan Ayub mengenai penderitaannya. Sahabat-sahabat Ayub mengemukakan banyak dari gagasan-gagasan yang secara tradisional telah digunakan untuk menjelaskan penderitaan. Mereka mengatakan bahwa mungkin Allah telah mengirim krisis ini untuk menghukum dosa-dosa Ayub (ps. 4-3 1), atau untuk mendisiplin dia (ps. 32-37).
Kita menyaksikan perkembangan Ayub melalui penderitaan mendalam ketika berusaha untuk mengerti mengapa Allah mengizinkan semua kesusahan ini menimpa dirinya. Pertama-tama ia memohon kematian (ps. 3, 6), kemudian memohon belas kasihan (7:12-21). Allah tidak menjawab dia, sehingga Ayub mengharapkan seseorang akan menyelesaikan pertengkaran antara dia dengan Tuhan (9:11-21; 10:8-17). Akhirnya, ia memutuskan untuk menghadapi masalah-masalahnya dengan berani (13:13-28), dan ia memohon kepada Allah untuk menuntun dia melewati pencobaan-pencobaan yang menyakitkan ini (16:18-17:3). Ayub menyatakan bahwa ia percaya Allah akan memelihara hidupnya sekalipun segala kepedihan dan dukacita yang telah dialaminya (19:25-27). Ia menarik kesimpulan bahwa penderitaan merupakan suatu misteri bagi manusia; hanya Allah yang mengetahui alasan untuk penderitaan itu. Ketika akhirnya Allah berfirman kepada Ayub, Ia tidak memberikan petunjuk mengapa Ayub harus mengalami kesusahan seperti itu.
Sastra Timur Dekat pada zaman purba memperlihatkan beberapa syair yang membicarakan tema yang sama seperti kitab Ayub - tema orang saleh yang menderita. Sebelum 2000 sM, orang Sumer mendeklamasikan dan membacakan syair yang sekarang diberi judul "Manusia dan Allahnya." Sebuah risalah panjang mengenai tema ini terdapat di antara sastra Babilonia: karya itu diberi judul Ludlul bel Nemegi, atau "Aku Akan Memuji Allah Sumber Hikmat."
Sulit untuk menggolongkan Kitab Ayub menurut ragam sastranya. Kitab ini telah digolongkan sebagai sastra hikmat, drama, dan tragedi (sandiwara sedih). Leland Ryken menyimpulkan bahwa kitab ini tidak termasuk ragam-ragam tersebut, melainkan merupakan sebuah narasi komik yang mengandung unsur-unsur dari ketiga ragam lainnya. Yang dimaksudkannya dengan kata "komik" ialah bahwa kitab ini sejajar dengan pola struktur komedi klasik Yunani - artinya, tokoh utamanya terjerumus ke dalam berbagai peristiwa menyedihkan dan kemudian menjadi makmur kembali. Kitab Ayub.lebih banyak memperhatikan unsur tragisnya daripada komedi-komedi Yunani itu. Kisah ini mempunyai banyak persamaan dengan sandiwara modern tentang masalah kehidupan, yang mengajukan suatu persoalan, menawarkan beberapa pemecahan, dan membiarkan kita (penonton) menduga penyelesaian yang akhir.
Struktur Kitab Ayub dirancang sangat terampil. Bagian pendahuluan dan prolog yang bersifat prosa merupakan bagian-bagian vertikal dari alur cerita yang berbentuk huruf U. Bagian tengah yang bersifat puisi (percakapan) bergerak maju dengan perlahan-lahan, sering kali membalik sendiri. Bagi pembaca yang tidak terbiasa dengan gaya sastra Timur ini, bagian tersebut mungkin kelihatannya tidak memiliki koherensi. Namun, tindakan Allah yang akhirnya memulihkan nama baik Ayub merupakan konklusi yang jelas dan tegas. (Lihat juga "Garis Besar Kitab-Kitab Alkitab.")

C. KITAB PENGKHOTBAH

Orang-orang Yahudi pada zaman dahulu membaca Kitab Pengkhotbah selama bulan September dan Oktober. Menurut tradisi kitab ini ditulis oleh Raja Salomo (Pkh. 1:, 12).
Kitab Pengkhotbah menegaskan bahwa hidup ini hanya berarti bila seorang hidup bagi Allah. Apabila seseorang mengejar tujuan-tujuan lain, ia akan terjerumus dalam keputusasaan total: "kesia-siaan belaka" (Pkh. 1:2). Kitab ini menandaskan bahwa manusia hanya dapat menemukan kebahagiaan bila ia mengejar hidup yang benar, bukan bila ia mengejar kesenangan atau kepuasan hati. Dunia ini telah diciptakan untuk memuliakan Allah dan hanya apa yang dilakukan untuk Allah akan kekal. "Takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya karena ini adalah kewajiban setiap orang" (Pkh. 12:13).
Pandangan pesimistis yang umum mengenai "kehidupan di bawah matahari" adalah sama dengan pandangan yang terdapat dalam sastra lain di Timur Dekat kuno. Sastra Mesopotamia menggambarkan pandangan seperti itu dalam "Epik Gilgames" dan "Dialog Pesimisme." Namun, Kitab Pengkhotbah tidak berakhir dengan pesimisme, seperti karya-karya yang lain ini. Penulis mengatakan bahwa hidup ini adalah "kesia-siaan" belaka bila dijalani tanpa Allah. Meskipun jalan-jalan-Nya tak dapat dimengerti, Allah memberi arti kepada hidup.
Dalam sudut pandangan dan teknik sastranya, Kitab Pengkhotbah termasuk aliran sastra hikmat. Penulis berbicara sebagai seorang bijaksana, serta memberi nasihat kepada para pendengarnya mengenai jalan hikmat. Ia menghubungkan sifat-sifat kepribadian kepada benda-benda dan konsep-konsep yang tak bersifat pribadi. Ia menggunakan narasi singkat, gambaran, deskripsi, dan perintah kepada pembaca - semuanya adalah kebiasaan-kebiasaan terkenal dari sastra hikmat. Frase kunci "hidup di bawah matahari" atau "di bawah langit" terdapat 30 kali. Frase ini memberikan suatu tema tunggal sepanjang kitab ini.
Kitab Pengkhotbah menggunakan dengan terampil motif pencarian (orang yang mencari kehidupan yang bijaksana) yang begitu sering ditemukan dalam sastra hikmat. Dalam kitab ini tidak terlihat kesatuan narasi; kesatuannya terdapat dalam logika dan gaya bahasanya. Tamsilnya meliputi hampir setiap kegiatan dan situasi dari kehidupan manusia.

VI. PUISI PERJANJIAN BARU

Tidak ada kitab Perjanjian Baru yang seluruhnya ditulis dalam puisi, namun banyak puisi terdapat dalam Perjanjian Baru. Ada juga banyak bagian prosa yang bersifat sangat puitis.
Paulus mengutip dari berbagai pujangga klasik. Ketika berkhotbah kepada para cendekiawan Yunani di atas Areopagus ia mengutip dari sebanyak tiga pujangga: Epimenides dari Kreta (Kis. 17:28, "Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada"), Aratus dari Kilikia dan/atau Kleantes, seorang filsuf penganut aliran Stoa (Kis. 17:28, "Sebab kita ini dari keturunan Allah juga"). Di Titus 1:12 ia kembali mengutip Epimenides ("Dasar orang Kreta pembohong, binatang buas, pelahap yang malas), dan di I Korintus ia memakai perkataan Menander ("Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik"). Ada banyak fragmen yang jelas bersifat puitis dalam tulisan tulisan Paulus. Beberapa ahli menganjurkan bahwa fragmen-fragmen tersebut semula adalah bagian-bagian dari nyanyian-nyanyian pujian kristiani yang awal. Fragmen-fragmen ini menggunakan bermacam-macam paralelisme, atau setidak-tidaknya menggunakan bahasa berirama yang sangat agung, yang mungkin telah dilagukan (mis., I Tim. 3:16; II Tim. 2:11-13; Ef. 5:14 dan Flp. 2:5-11).
Bagian-bagian lain yang bersifat puisi di Perjanjian Baru secara langsung mengikuti pola petikan-petikan Perjanjian Lama. Ada lebih dari 200 petikan langsung dari Perjanjian Lama dan barangkali 2000 sisipan sastra. Delapan bagian seperti itu terdapat di Lukas ps. 1 dan 2 (1:14-17, 32-33, 35, 46-55, 68-79; 2:14, 29-32, 33-35). Berapa bagian ini terkenal di antara orang-orang karena digunakan dalam ibadat umum yang formal.
Lukas 1:46-55 terkenal sebagai Magnificat ("Jiwaku memuliakan Tuhan"), karena kata-kata pembukaannya dalam terjemahan bahasa Latin. Pencurahan isi hati Maria mengungkapkan bahwa ia mendalami Perjanjian Lama. Ia menyinggung nyanyian Hana (I Sam. 2:7) dan beberapa Mazmur (mis., Mzm. 31; 113; 126). Kalimat pembukaannya benar-benar sama dengan terjemahan Mazmur 31:8 dalam bahasa Yunani. Syair ini terdiri atas tiga atau empat stanza yang mengulang puji-pujian yang terkenal dari perspektif nubuat, yang memuliakan kasih karunia, kemahakuasaan, kekudusan, keadilan, dan kesetiaan Allah.
Lukas 1:67-79 terkenal sebagai Benedictus, dari terjemahan kata pembukaannya dalam bahasa Latin, "terpujilah." Syair ini juga penuh dengan berbagai rujukan langsung kepada puisi Perjanjian Lama, seperti Maleakhi 3:1; Yeremia 11:5; dan Mazmur 41; 72; 106; 107, 111; 132; 105. Persamaannya sangat mencolok. Syair ini mempunyai dua stanza; stanza yang pertama mempunyai tiga larik (68-69, 70-72, 73-75) dan yang kedua mempunyai dua larik (76-77, 78-79).
Lukas 2:14 terkenal dengan versi Latin dari kata-kata pembukaannya, Gloria in Excelsis ("Kemuliaan di tempat yang mahatinggi"). Syair ini terdiri atas dua bagian. Setiap bagian mempunyai tiga bagian dalam urutan puitis a:b:c::b:a:c. Walaupun syair ini sesuai dengan ajaran-ajaran Perjanjian Lama, tidak terdapat persamaannya dalam Perjanjian Lama, berbeda dengan kedua syair yang disebut sebelumnya.
Lukas 2:29-32 juga dikenal dengan kata-kata yang pertama dari terjemahannya dalam bahasa Latin - yaitu, Nunc Dimitis ("Sekarang, biarkanlah pergi . . . "). Syair ini mempunyai dua stanza (29-30, 31-32). Stanza yang pertama menyatakan arti kedatangan Mesias bagi si pembicara dan stanza kedua menyatakan arti kedatangan tersebut bagi dunia. Syair ini sangat indah dan mengharukan.
Kitab-kitab Injil dan Surat-Surat berisi banyak bagian yang menggunakan berbagai metode puitis yang terkenal atau diutarakan dalam bahasa yang sangat bersemangat dan mengalir dengan lancar. Semua sifat khas ini terdapat dalam Khotbah di Bukit. Dalam khotbah tersebut Yesus tampil sebagai seorang pengajar dari Perjanjian Lama yang mengajarkan hikmat. la menyerang berbagai penyalahgunaan agama yang berlaku serta mencemoohkannya (yaitu, Ia memakai sytir atau gaya bahasa yang menyatakan sindiran).. Bagian pembukaan dari khotbah-Nya (Ucapan Bahagia) menggunakan paralelisme yang begitu terkenal dari puisi Perjanjian Lama. Seluruh nada penyajian-Nya berlawanan dengan apa yang biasanya terdapat dalam sastra klasik. "Jelaslah, Yesus sedang menetapkan patokan-patokan ideal yang berbeda dari patokan-patokan yang didukung dalam kesusastraan."
Beberapa ayat dalam Kitab Yakobus mengingatkan irama dan sifat-sifat sastra dari Khotbah di Bukit. Surat-surat yang lain berisi beberapa enconium (nyanyian puji-pujian yang puitis), seperti puji-pujian terhadap Kristus yang menjelma menjadi manusia (I Kor. 15:20), puji-pujian terhadap kasih (I Kor. 13), dan puji-pujian terhadap iman (Ibr. 11). Bagian-bagian lain yang agung meliputi Roma 8:35-38; I Korintus 15:51-57; dan Yudas 24-25.
Kitab Wahyu berisi banyak mazmur atau himne dan syair (bdg. 4:8, 11; 5:9, 12-13; 7:15-17; 11:17-19). Syair-syair ini menggunakan bermacam-macam paralelisme yang mengingatkan kita pada puisi kenabian di Perjanjian Lama. Namun, syair-syair tersebut berbeda dari Perjanjian Lama, sebab mempertalikan berbagai gelar, nama, dan kesempurnaan Allah dengan Yesus Kristus. Tambahan pula, Kitab Wahyu ditandai oleh simbolisme yang kuat, pengulangan, struktur paralelisme, dan lain sebagainya. Semua materi penglihatannya dituliskan dalam jenis prosa puitis yang gembira.
 
 



 

Senin, 14 Oktober 2013

Iluminasi Alkitab

Pengajaran tentang Iluminasi Alkitab harus diperhatikan dengan saksama oleh orang Kristen, supaya tidak menghasilkan pengajaran yang salah atau menyesatkan.

Pengertian / Definisi

Pertama, kita akan mempelajari terlebih dahulu apa arti Ilumniasi Alkitab. Kata "iluminasi" berasal dari bahasa Yunani "photizo", artinya "menerangi, memberi penerangan batin" (Yoh 1:9; Luk 11:36; 1 Kor 4:5; Efe 1:18). Berdasarkan pengertian etimologis tersebut kita bisa mengambil definisi dari Iluminasi adalah sebagai berikut: Pekerjaan Roh Kudus yang membantu membukakan pikiran dan hati orang percaya supaya mereka dapat mengerti (menafsirkan) Alkitab dengan benar dan mengaplikasikan kebenaran itu dengan sunguh-sungguh dalam kehidupan mereka (1 Kor 2:14).

Pentingnya Iluminasi

Mengapa untuk mengerti Alkitab kita membutuhkan bantuan Roh Kudus?
  • Karena pikiran dan hati manusia ada dalam kegelapan (1 Kor 2:14; Efe 4:17, 18). Roh Kudus berfungsi sebagai penerang sehingga pikiran dan hati manusia dapat melihat kebenaran dengan benar.
  • Karena sifat hati manusia yang bebal (Yes 6:9-10; Kis 28:26). Walaupun Alkitab menyatakan kebenaran, manusia tidak mau melihat kebenaran karena manusia hanya tertarik kepada diri sendiri dan bukan kepada hal-hal yang Allah kehendaki.
  • Karena melawan pekerjaan Setan (2 Kor 4:3-4). Setan tidak ingin manusia mengetahui kebenaran dan manusia tidak mungkin mampu melawan setan yang penuh tipu muslihat, kecuali Roh Kudus yang menolong.
  • Karena manusia sangat dipengaruhi oleh kuasa kedagingan (1 Kor 3:1-2; Ibr 5:12-14). Apa yang disukai Allah, yaitu kebenaran, tidak disukai manusia. Tanpa campur tangan Roh Kudus manusia tidak mungkin mau mengikuti kebenaran, karena ia telah dikuasai oleh roh kedagingan yang mencintai diri sendiri.

Hubungan Inspirasi dan Iluminasi


Dalam Inspirasi, Roh Kudus memberikan ilham kepada para penulis Alkitab, sehingga mereka dapat menuliskan Penyataan Tuhan dengan benar dan tepat sesuai dengan yang Allah kehendaki.
Dalam Iluminasi, Roh Kudus memberikan penerangan kepada para pembaca Alkitab agar mereka dapat mengerti dan menerima apa yang dimaksudkan oleh Penyataan Tuhan yang tertulis itu dengan benar dan tepat.

Hal yang membedakan antara Inspirasi dan Iluminasi adalah bahwa pekerjaan Roh Kudus dalam penginspirasian Alkitab sudah selesai. Tidak akan ada lagi inspirasi (wahyu) baru di luar Alkitab, karena Alkitab yang kita miliki sekarang sudah lengkap dan sempurna. Tetapi pekerjaan Roh Kudus dalam memberikan iluminasi-iluminasi baru kepada orang-orang percaya masih berlaku hingga saat ini. Roh Kudus memberikan iluminasi tetapi tidak untuk menambah dari apa yang sudah ada dalam Alkitab. Dan Roh Kudus bekerja dengan Firman dan melalui Firman, tetapi tidak melawan Firman. Itu sebabnya, Alkitab harus menjadi tolok ukur untuk kita mengkonfirmasikan segala sesuatu yang kita percaya, pelajari, dan yang kita lakukan (Maz 119:105).

Jadi, dengan kata lain, pekerjaan Roh Kudus dalam memberikan inspirasi kepada para penulis Alkitab sudah selesai sejak dari jaman rasul-rasul, tetapi Roh Kudus terus bekerja hingga saat ini untuk memelihara Alkitab yang diinspirasikan itu, dan menolong/membimbing orang percaya untuk mengerti maksud isi Alkitab tersebut ketika mereka mempelajarinya.

Peranan Roh Kudus dalam Iluminasi

Roh Kudus memiliki tugas untuk menerangi (mengiluminasi) pikiran dan hati manusia, sehingga manusia yang sedang mempelajari Alkitab itu dapat mengertinya dengan benar sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Allah. Roh Kudus tahu persis isi hati dan pikiran Allah, karena Dialah yang ada di belakang proses penulisan Alkitab. Jika tujuan Allah memberikan Alkitab adalah supaya Ia dikenal oleh manusia, maka tujuan akhir iluminasi adalah supaya manusia mengenal Allah dengan benar melalui Penyataan-Nya (Alkitab), sehingga manusia mengerti akan kehendak Tuhan dan melakukan apa yang berkenan kepada Allah. Dengan demikian hasil akhir yang diharapkan adalah hanya Allah saja yang ditinggikan dan dimuliakan.
Sebagai kesimpulan, Roh Kudus mempunyai peran bukan hanya sebagai Penulis Alkitab, tetapi juga sebagai Penerang (iluminasi) dan Penafsir Alkitab, bahkan sekaligus Pengajar Alkitab. Karena Roh Kudus lah yang memimpin maka dijamin bahwa apa yang ditulis, dinyatakan dan dipelajari manusia tidak akan salah, karena semuanya dikerjakan oleh Oknum Ketiga dari Allah Tritunggal yang sama, yaitu Roh Kudus ( Efe 3:4, 5, 1 Kor 2:12, 13, Yoh 14:26, Yoh 16:13-15, 2 Pet 1:21 ).

Selasa, 08 Oktober 2013

Per - BUDAK - kan

Perbudakan yang terjadi pada masa lalu rupanya masih berlaku sampai saat ini. Menurut Wikipedia, diperkirakan ada 25 juta orang di seluruh dunia yang terlibat praktik perbudakan. Kebanyakan adalah orang-orang miskin di Asia yang menjadi budak agar dapat melunasi utang-utang keluarga mereka. Seluruh anggota keluarga dipaksa bekerja sebagai budak para rentenir dan tuan tanah. Bahkan, anak-anak pun dipaksa bekerja sebagai buruh atau penjaja seks komersial.

Selain perbudakan fisik, ada juga perbudakan yang bersifat abstrak, yang dilakukan oleh "musuh yang tidak terlihat" dan yang telah menjerat sebagian besar manusia -- perbudakan rohani dan moral. Manusia telah jatuh dalam dosa dan tidak ada seorang pun yang benar (Mazmur 14:3 dan Roma 3:10). Akibat dosa, manusia tercela di mata Allah (Kejadian 6:5-6) dan mengalami kebobrokan rohani dan moral (Roma 5:12).

Pada dasarnya, perbudakan merupakan kondisi yang dihasilkan oleh besarnya tingkat kontrol seseorang atau kebiasaan terhadap hidup orang lain. Perbudakan dapat membentuk karakter, kepribadian, dan tingkah laku seseorang. Perbudakan sering kali membuat kita tenggelam dalam rawa dosa dan ketidakbenaran.

Orang-orang 'terhilang' menundukkan diri pada berbagai bentuk perbudakan dosa. Seperti yang dicontohkan Petrus dalam 2 Petrus 2:19, "Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain, padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan, karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu."

Tuhan menjadikan manusia sebagai makhluk merdeka yang bertanggung jawab secara rohani dan moral hanya kepada Sang Pencipta. Untuk itu, manusia harus menggunakan kehendak bebasnya untuk mengejar kekudusan dan kreativitas yang tinggi. Segala bentuk kontrol lain yang berbeda dari perintah Allah, yang dibiarkan menguasai seseorang, akan merugikan dan meningkatkan perbudakan terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Dengan cara ini, banyak orang menjadi budak rohani dan moral bagi Iblis, yang adalah musuh dan penyesat besar bagi manusia.

Perbudakan Rohani

Jutaan orang menjadi budak agama-agama palsu. Itu semua adalah hasil tipu daya Iblis. Ketika seseorang memberikan persembahan kepada berhala, ia tidak menyadari bahwa sebenarnya ia telah menjadi budak Iblis (1 Korintus 10:19-20).

Perbudakan rohani dapat mendorong seseorang kepada hal-hal yang sangat ekstrem, misalnya bersedia mengorbankan hidup demi si berhala atau bahkan merusak diri sendiri. Selain itu, Iblis juga memunculkan agama palsu untuk membutakan mata rohani banyak orang dan mencegah mereka menerima Injil Yesus Kristus, sekalipun mereka memiliki akses ke sana (2 Korintus 4:3-4).

Tuhan Yesus sudah datang untuk membebaskan manusia dari bentuk perhambaan yang intimidatif ini. Sayangnya, perhambaan rohani tidak selalu berakhir bersamaan dengan keputusan untuk bertobat. Itulah sebabnya, banyak orang masih menjadi budak dari bentuk-bentuk agama Kristen yang palsu. Mereka menjadi penganut sejumlah besar sekte dan menghalalkan segala cara untuk mempertahankan doktrin mereka yang telah memutarbalikkan kebenaran Firman.

Ada juga orang-orang Kristen sesat yang tidak hidup di bawah kasih karunia dan kemerdekaan Kristus, tetapi di bawah Hukum Taurat. Mereka berusaha menyelidiki hukum-hukum Perjanjian Lama dan menundukkan diri pada sistem yang tidak memiliki nilai keselamatan. Mereka tidak menikmati kemerdekaan rohani karena mereka adalah budak Hukum Taurat. Dengan demikian, mereka berada di bawah kutuk, bukan kasih karunia Kristus (Galatia 2:21 dan Galatia 3:10-13).

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda masih menjadi budak agama legalitas? Jika ya, mari datang kepada Salib untuk mendapatkan pembebasan dan berdirilah teguh dalam kemerdekaan yang diberikan Yesus Kristus. Selanjutnya, jadilah anak-anak Tuhan yang taat dan tidak merugikan orang lain. Mintalah kepada Tuhan untuk membersihkan dan memenuhi kita dengan kasih Kristus (Roma 5:5).

Perbudakan Moral

Perbudakan rohani tentu saja memberi dampak pada perhambaan moral. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, manusia menjadi 'rusak' dan cenderung memiliki pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan yang jahat, yang berpotensi mencemari dan menghancurkan seluruh kehidupan mereka (Baca Mazmur 51:5, Markus 7:21-23, dan Yakobus 1:14-15).

Iblis akan terus berusaha menarik manusia pada perusakan diri, dan mengirimkan pencobaan. Setelah itu, ia menggiring manusia untuk menerima pikiran-pikiran yang berdosa dan secara perlahan, pikiran-pikiran dosa itu akan memengaruhi kepribadian, nilai-nilai, dan perilakunya. Lalu, dosa menjadi benteng kejahatan dan menjatuhkan manusia sehingga manusia menjadi budak dosa yang tidak berdaya. Lama-kelamaan, dosa mengikatnya sehingga ia sulit untuk melawan godaan dosa yang menghampirinya.

Penyembahan Berhala

Ketika dosa memegang kendali atas seseorang, dosa menjadi bentuk penyembahan berhala bagi orang itu. Ia sujud menyembah berhala itu dan melayaninya siang dan malam (Kolose 3:5-7).

Sifat-sifat jahat dan tindakan-tindakan amoral merupakan ciri Setan (2 Korintus 4:4). Jadi, ketika kita membiarkan dosa menguasai hati dan menentukan arah hidup kita, kita adalah penyembah berhala (Yakobus 3:14-16). Ketika kita diselamatkan, kita dibebaskan dari perbudakan dosa dan penyembahan berhala secara rohani dan moral.

Dosa Seksual

Tiga dosa pertama yang disebutkan Tuhan Yesus dalam Markus 7:21-23 adalah pikiran jahat, percabulan, dan perzinaan. Hati kebanyakan orang telah dipenuhi oleh pikiran-pikiran kotor, yang sering kali dirangsang oleh pornografi dan percakapan mesum. Pornografi di internet dan foto-foto porno memainkan peranan besar dalam meracuni pikiran. Hal ini meningkatkan hubungan seksual yang tidak tepat, yang selanjutnya menjadi gaya hidup, dan bentuk perbudakan moral terhadap dosa.

Dosa Ekonomi

Dosa moral lain yang menuntun pada perbudakan dan penyembahan berhala adalah cinta uang. Nama penyembahan berhala ini adalah mamon (Matius 6:24). Pengejaran uang yang tidak wajar mengakibatkan dampak yang merusak dalam kehidupan seseorang (1 Timotius 6:9). Karena cinta uang, banyak orang terperangkap dalam praktik judi. Akhirnya, kehidupan dan keuangan mereka hancur. Dosa-dosa lain yang terkait dengan uang adalah korupsi, pencurian, dan penyuapan. Dosa yang terus dilakukan, selanjutnya menjadi kebiasaan dan benar-benar mengontrol korbannya.

Kecanduan terhadap Minuman Keras dan Obat-Obatan

Awalnya, seseorang mungkin hanya ingin mencoba. Selanjutnya, ia ingin melakukan lagi dan lagi dan lagi. Obat-obatan yang dikonsumsi pun semakin variatif, mulai dari tembakau, ganja, dan berbagai jenis obat-obatan lainnya. Seiring berjalannya waktu, kecanduan ini akan menjadi semakin parah. Saat seseorang membiarkan dirinya dikontrol obat-obatan, ia telah diperbudak oleh obat-obatan itu (2 Petrus 2:19). Hal-hal tersebut harus dilawan (Efesus 5:11).

Menghujat, Menyumpahi, dan Ledakan Amarah

Natur dosa manusia yang lain adalah menyumpahi dan menghujat nama Allah. Mereka digolongkan sebagai antikristus (Wahyu 13:6). Ini merupakan kebiasaan yang mengikat sehingga bisa kecanduan. Kebiasaan ini harus diakui dan ditinggalkan, sama seperti dosa-dosa yang lain (Kolose 3:8). Seseorang menyumpahi orang lain biasanya karena emosi yang tidak terkontrol, ledakan amarah, dan balas dendam. Oleh karena itu, sifat yang memicu untuk menghujat dan mengutuk harus dihancurkan (Efesus 4:31).

Kekerasan

Karena Iblis adalah penindas dan pembunuh, ia membujuk para pengikutnya untuk menjadi sama seperti dirinya yang kejam. Perselisihan dan peperangan adalah senjata Iblis untuk memecah belah dan mengalahkan manusia (Yakobus 4:1-2). Orang-orang Kristen seharusnya tidak terlibat dalam perang, terlepas dari mempertahankan dan melindungi kepentingan, harta kekayaan, dan hidup mereka sendiri karena "tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya" (1 Yohanes 3:15).

Berbohong

Semua kebiasaan dosa, termasuk kebiasaan berbohong, mengikat manusia menjadi pengikut Iblis yang adalah bapa segala dusta (Yohanes 8:44). Begitulah agama-agama palsu di dunia, semua berdasarkan kebohongan dan membujuk orang untuk menyembah berhala. Setan adalah sumber segala kebohongan, sedangkan Allah adalah sumber seluruh kebenaran. Firman-Nya adalah kebenaran dan Roh-Nya rindu memimpin kita kepada seluruh kebenaran (Yohanes 14:6, 16:13, 17:17). Kebohongan adalah bentuk dari kehidupan lama yang rusak. Jadi, jika kita masih berbohong, ini berarti kita memberi tempat bagi si Iblis (Kolose 3:9-10).

Kuasa Emosi Negatif yang Mengikat

Iblis juga bisa mengendalikan manusia, menyeretnya ke dalam keputusasaan, dan menghancurkan imannya melalui pikiran gelap dari emosi negatifnya. Salah satu emosi negatif itu adalah rasa takut -- takut kepada kematian, keadaan yang sulit, masa depan yang belum tentu, orang lain, kuasa jahat, dan penghakiman Allah yang akan datang. Padahal, rasa takut bertolak belakang dengan iman. Jadi, jika kita takut, berarti kita tidak beriman. Apakah Anda adalah budak ketakutan? Ingatlah, Tuhan Yesus telah mengalahkan Iblis yang berkuasa atas kematian. Kita telah dibebaskan dari rasa takut (Ibrani 2:14-15), kita tidak diberi roh ketakutan, tetapi Roh yang menjadikan kita anak Allah (Roma 8:15).

Rasa takut juga menyebabkan timbulnya kekhawatiran, kecemasan, dan depresi. Untuk itu, kita harus menjaga hati agar tidak dikuasai rasa takut (Lukas 21:34). Kekhawatiran dunia dan dosa-dosa lain seperti kemabukan, memberikan beban rohani di atas pundak Anda, yang akan menarik Anda ke dalam lubang keputusasaan jika Anda tidak mengatasinya (Ibrani 12:1-2).

Pembebasan dari Perbudakan

Yesus Kristus adalah Pembebas kita. Ia melepaskan kita dari segala bentuk dosa (Yohanes 8:36). Dia datang ke dunia sebagai Penebus untuk melepaskan ikatan perbudakan kita. Setelah dibebaskan, kita harus memastikan bahwa kita tidak lagi menerima kuk perbudakan (Galatia 5:1, bdk. Galatia 4:9-11; 5:2-4).

Tuhan Yesus sudah membebaskan kita dari ikatan dosa. Jika kita masih menjadi budak kebiasaan adiktif, hal itu bukan karena darah Kristus tidak dapat menyucikan kita (1 Yohanes 1:7), tetapi karena kita tidak mau mengakui dan meninggalkan dosa-dosa kita (Amsal 28:13).

Ketika kita mengikuti dan melayani Tuhan Yesus, kita harus memastikan bahwa Dia adalah Kasih yang terutama dan terbesar dalam hidup kita (Matius 10:37). Orang yang paling Anda kasihi, juga akan memengaruhi nilai-nilai dan watak dalam hidup Anda. Itulah sebabnya, kita harus tetap mengutamakan Allah. Hanya Yesus Kristus yang dapat menjadi Teladan sempurna dan dapat mengampuni dosa-dosa kita serta mengubah karakter kita menjadi serupa dengan-Nya (1 Korintus 7:23 dan Galatia 4:19).

Pada zaman Alkitab ditulis, ada orang-orang yang menyerah pada tekanan orang tua dan tidak mau bertobat. Mereka secara turun-temurun menjadi budak agama palsu dan budak Iblis -- bapa segala dusta (Yohanes 8:44).

Puji Tuhan! Tuhan Yesus datang untuk membebaskan kita dan memutuskan ikatan perbudakan moral dan rohani yang mengekang kita. Dia datang ke dunia "untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara" (Yesaya 61:1).

Sebagai orang berdosa, kita harus datang kepada Allah. Kita perlu menguji diri, apakah kita benar-benar beriman dan memiliki kesaksian tentang pembebasan dari dosa (1 Korintus 6:9-11). Ingatlah bahwa orang yang berkompromi dengan dosa, tidak akan mewarisi Kerajaan Surga, sekalipun ia sudah menjadi anggota jemaat (Efesus 5:5-6).

Jika masih ada benteng dosa dalam hidup Anda, ambillah senjata Roh dan berperanglah melawan Iblis (2 Korintus 10:3-5). Waspadalah karena semua dosa dimulai dengan pikiran yang jahat dan diakhiri dengan dosa yang menguasai hidup kita. Awalnya, hanya memikirkan kemungkinan adanya dosa, lalu membenarkan perbuatan yang disengaja, membuat rencana untuk melakukannya, dan akhirnya menjadi budak dosa.

Pertama-tama, identifikasilah benteng dosa dalam hidup Anda. Apakah Anda budak minuman keras, obat-obatan, tabiat yang buruk, tindak kekerasan, uang, judi, perkataan kotor, kekerasan seksual, atau emosi buruk seperti ketidakpercayaan, keraguan, keputusasaan, atau korban agama palsu? Jika ya, ambillah senjata terang dan teruslah berjuang sampai menang. Pakailah senjata iman, darah Anak Domba, pedang Roh (janji-janji dalam firman Tuhan), doa, dan kesaksian kita.

Setelah menerima pembebasan iman, ceritakanlah hal itu dan muliakan Tuhan atas karya kasih karunia-Nya. Ini akan menguatkan iman dan memotivasi kita untuk berdiri teguh dalam kemerdekaan melalui Yesus Kristus (2 Korintus 5:17).

Setelah itu, jangkaulah orang-orang yang tidak percaya yang masih menjadi budak dosa. "Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang ...." (Wahyu 21:8) Melalui kesaksian kita, banyak dari mereka dapat dibebaskan dari perbudakan dosa sehingga mereka berpindah dari kerajaan kegelapan menuju terang Kerajaan Kristus yang ajaib (Kolose 1:13 dan 1 Petrus 2:9)