Rabu, 12 September 2012

Sejarah Kota Kapernaum

Kapernaum adalah kota di pantai barat-laut Danau Galilea. Namanya jelas diambil dari bahasa Ibrani כפר נחום - KEFAR-NAKHUM, desa dari Nahum, yang dijadikan satu dalam bahasa Yunani (καφαρναουμ - kapharnaoum. Apakah yang dimaksud dengan Nahum adalah Nabi Nahum atau bukan, sulit dikatakan.

KAPERNAUM tidak disebut dalam Perjanjian Lama (PL), tetapi ini merupakan kota penting dalam zaman Kristus. Kota itu menjadi tempat kediaman pemungut cukai; dan kehadiran seorang perwira (Matius 8:5), yang mungkin berarti bahwa disitu ada pos Militer Romawi untuk beberapa waktu. Itulah sebabnya kota itu dikenal dengan ‘kotaNya sendiri’ :

Matius 8:5 LAI TB, Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya:

Matius 9:1LAI TB, Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri.

Akhirnya Yesus mengutuk Kapernaum karena ketidak-percayaan penduduknya dan menubuatkan keruntuhannya.
Matius 11:23 LAI TB, Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini.

Bandingkan dengan Lukas 10:15
Ada 2 tempat yang dianggap Kapernaum, yakni yang disebut masa kini TELL-HUM dan KHAN-MINYA. Jarak keduanya kurang dari 5km. TELL-HUM lebih dekat dengan Sungai Yordan. Yosephus diangkut dari Yulias (BETSAIDA) di muara Yordan, ke Kapernaum (Life, 72). Tapi kedua tempat itu cukup dekat untuk dianggap cocok bagi cerita itu.

Air mancur Kapernaum (Josephus, BJ III 10.8 ), agaknya ‘AYN AL-TABIGHA’. Tapi sumber air ini sebenarnya berada persis di tengah-tengah TELL-HUM dan KHAN-MINYA.

Beberapa ahli lebih menyukai KHAN-MINYA, tapi kini orang cenderung mendukung TELL-HUM, dan nama ini nampaknya berarti ‘gundukan berwarna coklat’, tapi mungkin kata ‘HUM’ mewujudkan sisa-sisa ‘NAHUM’. Tidak dapat disangkal bahwa inilah tempat suatu kota besar dan penting; dan kesaksian musyafir-musyafir kuno, seperti umpamanya Yerome, mendukung identifikasi ini.

Satu Sinagoge di TELL-HUM yang berasal dari abad pertama Masehi telah digali dan dipugar sebagian, Barangkali karena kekuatan bukti ini maka pemerintah Israel menyebut tempat itu menjadi TELL-HUM ‘KEFAR NAHUM’.

Kapernaum masa kini berada pada Pantai modern dari Laut Galilea, Menunjukkan lokasi Kapernaum. Bukti arkelogi menunjukkan bahwa kota ini belum ada sampai dengan abad kedua SM., yang mana menjelaskan mengapa kota ini hanya disebutkan di Perjanjian Baru, dan bukan Perjanjian Lama. Lokasinya berada dibawah garis laut, dan 10 mil (16 kilometer) dari Tiberias. Reruntuhannya dapat dicapai melalui darat dan laut.

Kapernaum adalah desa nelayan besar bagi orang Galilea dan tempat berjualan yang ramai. Tempat ini menarik bagi orang Kristen karena sering disebut-sebut dalam sejarah Yesus Kristus. Petrus, Andreas, Yakobus and Yohanes juga tinggal disini. Tempat ini memainkan peranan penting dalam kehidupan dan pelayanan Kristus, dan dalam usahaNya menjangkau bangsa Israel. Penduduk Kapernaum, termasuk warga kelas atas, diberikan kesempatan yang unik dan berlimpah untuk mendengar Firman Yesus Kristus secara langsung dan menyaksikan kuasa dan kasihNya.

2.5 mil (4 km) dari Sungai Yordan , Kapernaum terletak di arah barat laut pantai Laut Galilea ( Danau Kinneret dimasa kini, yang Alkitab juga sebut sebagai Danau Gennesaret, Laut Chinnereth and the Laut Tiberias). Kota kuno Kapernaum ditinggalkan kurang lebih seribu tahun yang lalu atau lebih, dan ditemukan lagi oleh Arkelog pada awal tahun 1800. Di masa kini, ia disebut Kefar Nahum (Ibrani) dan Talhum (Arab).

Daerah Gennesaret tadinya adalah daerah makmur dan ramai di Palestina . Capernaum dilalui oleh jalan utama Via Maris highway diantara Damascus (Syria) dan Caesarea Maritima di Laut mediterania, dan diantara Tyre dan Mesir. Bea Cukai Pajak diambil dari pelancong yang melewati jalan ini (Matius 9:9). Ini adalah pekerjaan dari Levi, pengumpul pajak, yang kemudian menjadi murid Kristus yang kemudian diberi nama Matius. Orang Yahudi mengkritik Yesus karena berteman dengan dia dan para pemungut pajak yang lain.

Karavan berhenti di Kapernaum untuk mengangkut ikan dan ikan kering. Di pantai danau, dimana Petrus dan para nelayan lainnya bekerja, arkeolog menemukan tempat berjualan ikan.

Struktur dari sumur buatan ini lebarnya 2 meter dan panjangnya 5 meter dan terdapat dua tempat yang besar, tapi dangkal, kolam setengah lingkaran, satu ditiap sisinya, dengan dasar persegi ditengahnya, dengan perkiraan, ikan dibersihkan disitu dan dijual... Kolam-kolam ini ditutupi dengan kain terpal dengan gips kedap air. [Herold Weiss, "Recent Work at Capernaum," Bible and Spade, Vol. 10, No. 1 (Associates for Biblical Research, 1981), p. 24.]

Setelah pengusiran Tuhan kita dari Nazareth (Matt. 4:13-16; Luke 4:16-31), Kapernaum menjadi s"kota"Nya. Kota ini berpengaruh banyak dalam perbuatan dan kejadian dalam kehidupanNya (Matius 8:5, 14,15; 9:2-6, 10-17; 15:1-20; Markus 1:32-34, etc.).

SYNAGOGUE
Alkitab mengatakan kepada kita bahwa Perwira Roma membangun sebuah synagogue disini untuk Orang Yahudi (Lukas 7:1-5). Pembantunya disembuhkan oleh Yesus dari sakit lumpuh yang parah (Matius 8:5-13; Lukas 7:1-10). Sisa-sisanya adalah sebuah basal yang indah dari synagogue yang telah ditemukan oleh arkeolog. Seperti yang telah diduga dari sebuah bangunan suci, ia ditemukan di tempat tertinggi di kota.
Ini adalah Synagogue dimana Tuhan kita biasa mengajar (Yohanes 6:59; Markus 1:21; Lukas 4:33). Disini, Yesus menyembuhkan orang yang kerasukan setan (Mark 1:21-28) dan menyampaikan pelayanan tentang roti kehidupan (John 6:25-59). Dia juga menghidupkan lagi anak dari salah seorang pemimpin Synagogue (Markus 5:22; Lukas 8:41).

Synagogue ini dekat dengan danau, adan dibangun sedemikian rupa sehingga sewaktu orang Yahudi berdoa disini, mereka menghadap Yerusalem. Synagogue dihancurkan bersama dengan Bait Yerusalem, sekitar tahun 70 M. Beberapa tahun sesudah itu, synagogue lama digantikan dengan Synagogue berbatu putih (mungkin sekitar tahun 250-300 M) (lihat gambar atas).

RUMAH PETRUS :
Beberapa kaki dari synagogue, ada sebuah rumah batu dari salah seorang murid yaitu Petrus juga ditemukan di Kapernaum. Ini adalah tempat dimana Jesus menyembuhkan ibu mertua Petrus dan yang lainnya (Matius 8:14-16). Yesus mungkin tinggal bersama Petrus sewaktu berada di Kapernaum. Di tahun-tahun setelah kematian dan kebangkitan Yesus, rumah ini telah menjadi rumah-gereja. Beberapa abad kemudian, Orang Kristen membangun gereja disini untuk mengingatnya. Tapi kemudian dihancurkan setelah kota itu ditaklukan. Akeolog telah menggali gereja dan rumah awalnya pada saat bersamaan. Stanislao Loffreda melaporkan,
 
Penggalian mengungkapkan sebuah rumah yang berbeda dari rumah yang lainnya. Rumah ini menjadi obyek perhatian dari orang Kristen awal dengan grafiti abad kedua dan rumah gereja abad keempat dibangun diatasnya. di abad ke-5 Gereja besar bersegi Byzantine juga didirikan diatas bangunan ini, lengkap dengan tempat pembaptisan. Penziarah diberitahu bahwa ini adalah rumah dari Rasul Petrus

Catatan :
Sumber tertulis dan penemuan arkelogi baru-baru ini telah berhasil mengindentifikasikan rumah Santo Petrus di Kapernaum dengan jelas.

Rumah itu dibangun pada akhir jaman Hellenistic (Abad pertama SM). Di abad kedua pertengahan Masehi, beberapa bagian istimewa dari rumah ini terpisah sangat jauh dari penggalian di Kapernaum. Pada faktanya, jalan aspal telah dilapisi lantai kapur beberapa kali. Yang menariknya adalah beberapa pecahan lampu ditemukan di lapisan tipis dari kapur tersebut...seratus tiga puluh satu gulungan tulisan kuno ditemukan. Mereka tertulis dalam empat bahasa, yaitu: in Yunani (110), Bahasa Aram (10), Estrangelo (9), dan Latin (2).

Nama Yesus disebutkan beberapa kali. Ia disebut Kristus, Tuhan, dan Allah Yang Maha Tinggi. Sebuah gulungan dalam bahasa Estrangelo menyebutkan tentang Ekaristi.

Juga terdapat simbol dan monogram, yaitu: salib dalam berbagai bentuk, sebuah perahu, monogram Jesus. Nama Santo Petrus disebutkan setidaknya dua kali: monogramnya tertulis dalam bahasa Latin tetapi dalam huruf Yunani. Dalam sebuah tulisan, Santo Petrus disebut sebagai Orang yang membantu Romawi. Dan gulungan yang ketiga menyebutkan tentang Petrus dan Berenike. Petrus ini, mungkin nama seorang penziarah. Pada beberapa ratus gips yang ditemukan, ada ditemukan motif dekoratif. warna yang digunakan adalah: hijau, biru, kuning, merah, coklat, putih dan hitam. Diantara, motif-motif tersebut kita dapat melihat susunan bunga yang berbentuk salib, buah delima, buah ara, trifolium, bunga beraneka bentuk dan bentuk geometris seperti lingkaran, kotak, dlsb.

...Pada awal abad kelima, rumah Santo Petrus masih berdiri, tapi telah diubah menjadi gereja pada awalnya. Ini kami ketahui dari Eteria, seorang penziarah Spanyol, dia menulis dalam diary-nya: "Di Kapernaum, dirumah pangeran rasul (=St. Petrus) telah berubah menjadi gereja. Dindingnya, (dari rumah itu) tetap tidak berubah sampai sekarang."

 
[Stanislao Loffreda, "Caperaum - Jesus' Own City," Bible and Spade, Vol. 10, No. 1 (Associates for Biblical Research, 1981), pp. 12, 7-8.]

Maria, ibu Yesus, berjalan ke Kapernaum bersama anak laki-laki lainnya (Matius 12:46,48,49). Disinalah tempat dimana Kristus mengatakan, "Siapakah ibu saya? dan siapakah saudara-saudara saya? Dan dia menunjuk kepada murid-muridnya, dan berkata, merekalah ibu dan saudara-saudara saya!"

Beberapa mujizat dari Kristus yang terjadi di Kapernaum adalah:
  1. Anak perempuan dari Jairus yang telah mati dibangkitkan (Markus 5:22; Lukas 8:41)
  2. Melepaskan orang yang kerasukan setan di synagogue (Markus 1:21-28)
  3. Orang lumpuh yang diturunkan dari atap dan sembuh (Markus 2:1-12)
  4. Yesus membuat empat murid menangkap ikan dengan cara yang ajaib (Lukas 5:1-11)
  5. Dengan ikan, Yesus menyediakan uang pajak yang harus dibayar Petrus (Matius 17:24-27)
  6. Menyembuhkan pegawai panglima Roma yang sakit parah (Matius 8:5-13)
  7. Menyembuhkan anak seorang pegawai raja di pengadilan raja Herodes (Yohanes 4:46-54)
  8. Menyembuhkan banyak orang dan mengusir setan, maka "berkerumunlah orang-orangdi kota itu didepan pintu" (Mark 1:29-34)
Meskipun ada banyak mujizat yang Tuhan kerjakan bagi mereka, banyak penduduk Kapernaum tetap tidak bertobat dan percaya. Karena mereka berpaling dari terang karunia yang telah diberikan, mereka juga akan lebih ditutuntut. "Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut..." (Luke 12:48). Bersama dengan Chorazin dan Bethsaida , Kapernaum menerima peringatan keras dari Yesus (Matt. 11:21-24). "Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu." Pada akhirnya, kota-kota tersebut dihancurkan, dan Kapernaum menjadi reruntuhan selama berabad-abad.

Di masa sekarang, Penghuni Kapernaum terdiri dari Biara Franciscan dan sebuah Gereja Ortodok Yunandi.

Sumber :

Kamis, 06 September 2012

Kasih Karunia, Kemurahan dan Penghakiman.


(Tiga Prinsip Yang Merangkum Segenap Ajaran Injil)

Terdapat tiga prinsip dari kehidupan Kristen yang merangkum segenap isi Injil dan jika Anda bisa memahami ketiga prinsip, berarti bahwa Anda telah memiliki pemahaman yang utuh tentang Injil.

Apakah ketiga prinsip dasar itu?
Ketiga prinsip tersebut harus dipahami secara bersamaan, jika Anda mengabaikan salah satunya, maka doktrin Anda tidak akan memiliki keseimbangan, dan Anda tidak akan bisa berdiri teguh. Ini merupakan hal yang sangat mengerikan karena, kadang kala, di tengah gereja zaman sekarang, hanya prinsip pertama yang ditekankan sedangkan dua yang lainnya diabaikan dengan cara dikecilkan peranannya.

Jadi, apakah ketiga prinsip itu?

1.         Prinsip kasih karunia (grace)

Allah menangani kita dengan kemurahan, memaafkan kita sebagai respon terhadap pertobatan kita. Pengampunan ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan usaha-usaha kita. Kita diselamatkan tapi bukan karena perbuatan baik kita.

Jadi, prinsip yang pertama adalah prinsip kasih karunia yang juga dapat disebut sebagai pembenaran (justification). Pembenaran adalah kasih karunia Allah kepada kita di masa lalu di mana Dia telah mengampuni dosa-dosa kita di saat kita mengaku di hadapan-Nya dan bertobat dari dosa-dosa kita. Dia mengampuni kita begitu saja, bukan atas dasar perbuatan yang pernah kita lakukan atau prestasi kita. Dia mengampuni kita dengan cuma-cuma. Kita tidak akan bisa mencapai keselamatan bagi kita sendiri, karena jika kita mampu maka Kristus tidak perlu mati bagi kita.

Itulah poin pertama dari Injil, poin yang paling mendasar. Demikianlah, di dalam Efesus 2:9, Paulus menetapkan poin ini. Kita diselamatkan oleh kasih karunia, bukan oleh perbuatan baik, jadi kita tidak punya dasar apapun untuk menyombongkan diri.

Akan tetapi, ayat yang selanjutnya itu sama pentingnya. Kita diselamatkan bukan oleh perbuatan baik kita, akan tetapi kita diciptakan di dalam Kristus Yesus untuk mengerjakan perbuatan baik. Bukan diselamatkan oleh perbuatan baik tetapi diselamatkan untuk mengerjakan perbuatan baik. Bagian yang kedua ini sama pentingnya, namun seringkali diabaikan. Bukan karena perbuatan baik maka kita ini diselamatkan akan tetapi kita ini diselamatkan untuk mengerjakan perbuatan baik. Itulah rencana Allah bagi keselamatan kita.

2.         Prinsip kemurahan (graciousness)
Pokok yang kedua adalah kemurahan (graciousness) – untuk mengerjakan perbuatan baik.

Jika Anda hidup untuk mengerjakan perbuatan baik sebagai hasil dari kasih karunia Allah yang mengubah diri Anda, maka perbuatan-perbuatan baik itu akan terlihat seperti apa? Akan terlihat penuh dengan kasih karunia dan kebenaran (full of grace and truth). Anda akan menjadi murah hati melalui kasih karunia Allah di dalam hidup Anda. Kita diselamatkan oleh kasih karunia yang bekerja di dalam diri kita yang akan menghasilkan kemurahan di dalam diri kita.

Apakah Anda terlihat murah hati di dalam kehidupan Anda? Apakah perilaku kita murah hati? Apakah ketika orang lain bertemu dengan kita, maka mereka akan berkata, “Oh, orang itu sangat murah hati.” Seperti Yohanes yang mampu memberi kesaksian tentang Yesus, “Kami hidup bersama Dia, kami bersekutu dengan-Nya, dan kami memberikan kesaksian berikut ini: Dia penuh dengan kasih karunia dan kebenaran.” Yesus penuh kasih karunia dan kebenaran. Demikian murah hati pribadi-Nya. Dapatkah kesaksian itu diberikan oleh orang lain terhadap diri kita? Dengan cara apa kita akan mencerminkan kasih karunia Allah di dalam hidup kita?

Kita kerap memakai istilah teologi yang disebut ‘pengudusan’ (sanctification) di dalam membahas kemurahan ini. Kemurahan ini, dalam pengertiannya yang sederhana, adalah cara kita berurusan dengan orang lain sebagaimana cara Allah berurusan dengan kita: karena Dia menangani kita dengan penuh kemurahan, maka kita juga berurusan dengan orang lain dengan penuh kemurahan pula, dengan demikian, kemurahan itu ada di dalam tindakan kita, di dalam perilaku kita.

Sangatlah menyebalkan melihat orang Kristen yang berperilaku tidak murah hati, kasar, tidak sopan, tidak menyenangkan, tanpa pengertian, berpikiran picik, egois, bebal, dogmatik dan angkuh. Sangat menyebalkan! Kita harus murah hati jika kita sudah menerima kasih karunia Allah. Ini bukanlah suatu pilihan. Menjadi murah hati bukanlah suatu pilihan.

Ini juga merupakan hal yang dimaksudkan oleh Paulus di dalam Efesus 5:1 Jadilah penurut-penurut (imitators = peniru-peniru) Allah. Itu adalah suatu perintah. Ini bukanlah sebuah saran yang menganjurkan betapa baiknya jika menjadi peniru-peniru Allah. Kita harus menjadi peniru-peniru Allah.

Apakah arti dari ‘peniru Allah’ itu? Artinya adalah bahwa kita harus menangani orang lain sebagaimana Allah telah menangani kita. Allah telah mengampuni kita, hal yang memang telah Dia lakukan, dan kita juga harus mengampuni orang lain. Itulah artinya menjadi peniru-peniru Allah. Tak ada yang rumit dalam pemahamannya. Pokok ini sangatlah ditekankan di dalam pengajaran Yesus dan sungguh luar biasa melihat betapa pokok ini justru tidak lagi ditekankan.

3.         Prinsip penghakiman (judgement)

Allah akan menghakimi kita sesuai dengan perbuatan-perbuatan kita, baik untuk perbuatan yang baik ataupun yang jahat. Dia akan menangani kita sebagaimana cara kita menangani orang lain

Demikianlah, karena kasih karunia Allah di masa lalu telah mengampuni dosa-dosa kita, maka di masa sekarang ini kita wajib bermurah hati sampai kesudahannya, supaya pada Hari Penghakiman,  Allah akan menghakimi kita sesuai dengan cara kita menghadapi orang lain. Inilah prinsip yang ketiga. Penghakiman akan didasarkan pada perbuatan-perbuatan kita. Allah akan menghakimi kita sesuai dengan perbuatan-perbuatan kita, entah yang baik maupun yang jahat, tidak terbatas pada yang baik saja.

Baru-baru ini saya membaca sebuah buku, dan penulis buku itu mempertanyakan apa arti penghakiman bagi orang Kristen? Jawaban orang itu adalah bahwa penghakiman terhadap orang Kristen itu sekadar ucapan terima kasih dari Allah kepada Anda. Pertanyaan saya adalah apa hal yang telah Anda perbuat dan layak untuk menerima ucapan terima kasih dari Allah? Renungkanlah kehidupan Anda dan pikirkanlah, untuk apa Allah berterima kasih kepada Anda? Hal apa yang telah Anda lakukan yang perlu mendapatkan ucapan terima kasih? Apakah untuk sepuluh ribu rupiah yang telah Anda masukkan ke kotak persembahan? Pada dasarnya uang itu milik-Nya sendiri. Jumlah yang malahan jauh lebih sedikit dari jumlah perpuluhan sebagaimana yang ditetapkan di dalam Perjanjian Lama. Apakah ada milik kita yang bukan menjadi milik-Nya?

Berkaitan dengan hal penghakiman ini, mari kita beralih sejenak ke dalam 2 Korintus 5:10. Izinkan saya menunjukkan kepada Anda bahwa penghakiman kepada orang Kristen bukan sekadar urusan ucapan terima kasih. Penghakiman ini bisa menjadi sangat keras. Paulus sangat memahami pengajaran Yesus sehingga ia tidak akan sampai pada pandangan bahwa orang Kristen tidak akan dihakimi atau dihukum sehubungan dengan cara mereka menjalani kehidupan atau cara mereka berperilaku. Paulus tidak membuat kesalahan semacam itu. 2 Korintus 5:10 berkata, “Kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus,” Kita yang harus menghadap takhta, bukan orang non-Kristen. Orang Kristenlah yang sedang Paulus bicarakan saat dia menyurati jemaat di Korintus. Kalian, jemaat di Korinstus dan aku, kita semua akan hadir di hadapan takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, hal yang baik.

Kita tentunya berharap agar Paulus berhenti di sana. Ternyata tidak, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.” Sesuai dengan yang dilakukannya di dalam hidupnya berarti sesuai dengan perbuatan Anda di dalam kehidupan Anda, demikianlah kita akan menerima apa yang baik ataupun yang jahat. Bukan sekadar ucapan terima kasih.

Akan ada hamba yang dihardik-Nya dengan ucapan, “menyingkirlah dari-Ku, kamu hamba yang jahat.” Orang itu memang seorang hamba Tuhan, akan tetapi dia jahat. Dia menerima apa yang jahat akibat apa yang telah dia kerjakan selama hidupnya. Penghakiman ini, sebagaimana yang telah kita lihat, didasarkan pada prinsip yang kedua. Didasarkan pada fakta bahwa Allah akan menangani kita sesuai dengan cara kita menangani orang lain.

Implikasi :
Demikianlah ketiga prinsip itu: kasih karunia (grace), kemurahan (graciousness), dan penghakiman (judgement). Mari kita merangkum ketiga prinsip itu. Allah telah menangani kita dengan penuh kemurahan dalam kaitannya dengan pertobatan kita, dan hal ini tidak dikaitkan dengan perbuatan baik kita. Walaupun kita diselamatkan bukan oleh perbuatan baik, akan tetapi kita diciptakan di dalam Kristus untuk tujuan mengerjakan perbuatan baik.

Dengan demikian, kita sampai pada prinsip yang kedua: Dia mengharapkan agar kemurahan muncul di dalam hidup kita. Dan kemurahan dapat kita artikan sebagai berikut, bahwa kita berurusan dengan orang lain sama seperti Allah telah berurusan dengan kita di dalam kemurahan.

Pada hari Penghakiman, Dia akan menghakimi kita sesuai dengan cara kita berurusan dengan orang lain. Renungkanlah hal itu. Itulah rangkuman sederhana dari segenap ajaran injil: kasih karunia, kemurahan dan penghakiman.



Pengilhaman dan Kekuasaan Alkitab

Pembacaan Ayat : 2 Timotius 3:16-17
"Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik."

"Segala tulisan" sebagaimana dipakai dalam 2 Timotius 3:16 menunjuk terutama kepada tulisan PL (2 Timotius 3:15).
Akan tetapi, ada petunjuk bahwa ketika Paulus menulis 2 Timotius beberapa tulisan PB sudah mulai dipandang sebagai Kitab Suci yang diilhamkan dan berkuasa (1 Timotius 5:18 yang mengutip Lukas 10:7; 2 Petrus 3:15-16).

Bagi kita dewasa ini, kata "tulisan" menunjuk kepada tulisan PL dan PB, yaitu "Alkitab".
Alkitab merupakan berita yang asli dari Allah kepada manusia dan satu-satunya kesaksian yang tidak dapat salah mengenai kegiatan Allah yang menyelamatkan untuk semua orang.

1.    Paulus menegaskan bahwa semua tulisan "diilhamkan Allah" (Yun. _theopneustos_; yang terdiri atas dua kata: theos yang artinya "Allah" dan pneo yang artinya "bernafas").
Alkitab itu adalah hidup dan Sabda Allah. Bahkan sampai kata-kata dalam naskah asli, Alkitab itu tidak ada salahnya, benar sepenuhnya, dapat dipercayai dan tidak mungkin salah.
Hal ini benar bukan hanya ketika Alkitab membicarakan keselamatan, nilai-nilai etika dan moralitas, tetapi juga tanpa salah tentang segala sesuatu yang dikatakannya, termasuk sejarah dan alam semesta (bd. 2 Petrus 1:20-21; perhatikan juga sikap pemazmur terhadap Alkitab dalam Mazmur 119:1-176).

2.  Para penulis PL menyadari kenyataan bahwa apa yang mereka katakan kepada umat dan apa yang mereka tuliskan adalah Firman Allah yang disampaikan kepada mereka, Ulangan 18:18; 2 Sam 23:2;
Berulang-ulang para nabi mendahului perkataan mereka dengan "Beginilah Firman Tuhan."

3.        Yesus Kristus sendiri mengajarkan bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang diilhamkan hingga bagian yang terkecil (Matius 5:18). Dia juga menegaskan bahwa semua yang dikatakan-Nya itu diterima dari Bapa dan benar adanya (Yohanes 5:19,30-31; 7:16; 8:26). Yesus selanjutnya berbicara mengenai penyataan yang masih akan datang (yaitu, kebenaran yang dinyatakan dalam PB) dari Roh Kudus melalui para rasul (Yohanes 16:13; bd. Yohanes 14:16-17; 15:26- 27).

4.   Dengan demikian, menyangkal pengilhaman Alkitab, adalah mengesampingkan kesaksian pokok Yesus Kristus (Mat 5:18; 15:3-6; Luk 16:7; 24:25-27,44-45; Yoh 10:35), Roh Kudus (Yoh 15:26; Yoh 16:13; 1Kor 2:12-13; 1Tim 4:1) dan para rasul (2 Tim 3:16; 2Pet 1:20- 21). Lagi pula, membatasi atau mengabaikan fakta bahwa Alkitab tidak mungkin bersalah menghalangi kekuasaan ilahi.

5.  Dalam karya pengilhaman oleh Roh-Nya, Allah tidak melanggar kepribadian penulis, tetapi menggerakkan mereka sedemikian rupa sehingga mereka menulis tanpa salah (2 Tim 3:16; 2 Pet 1:20-21; 1 Kor 2:12-13]

6.   Firman Allah yang diilhami adalah ungkapan dari hikmat dan watak Allah dan demikian dapat memberi hikmat dan hidup rohani melalui iman kepada Kristus (Mat 4:4; Yoh 6:63; 2Tim 3:15; 1Pet 2:2).

7.        Alkitab adalah saksi Allah yang benar dan tidak salah tentang tindakan penyelamatan manusia dalam Yesus Kristus. Oleh karena itu, Alkitab tidak ada bandingannya, sudah sempurna dan secara khas mengikat. Tidak ada perkataan manusia atau pernyataan lembaga keagamaan yang setara dengan kekuasaan Firman Allah.

8.   Semua doktrin, tafsiran, interpretasi, penjelasan, dan tradisi harus dinilai dan disahkan oleh perkataan dan pesan Firman Allah, Ulangan 13:3

9.   Firman Allah harus diterima, dipercaya, dan ditaati sebagai kekuasaan terakhir dalam seluruh hal yang berhubungan dengan kehidupan dan kesalehan (Mat 5:17-19; Yoh 14:21; 15:10; 2Tim 3:15-16; Keluaran 20:3 Alkitab harus dipakai dalam gereja sebagai kekuasaan tertinggi dalam segala hal untuk ajaran, peneguran, pembetulan, dan pembinaan dalam kehidupan yang benar (2 Tim 3:16-17). Kita tidak dapat tunduk kepada ke-Tuhanan Kristus tanpa tunduk kepada Allah dan Firman-Nya sebagai kekuasaan tertinggi (Yoh 8:31-32,37).

10. Alkitab hanya dapat dimengerti apabila kita mempunyai hubungan yang benar dengan Roh Kudus. Roh Kuduslah yang membuka pikiran kita untuk memahami maknanya dan memberikan kesaksian batiniah mengenai kekuasaan-Nya , 1 Kor 2:12.

11.  Kita harus menggunakan Firman Allah yang diilhami untuk mengalahkan kuasa dosa, Iblis, dan dunia di dalam kehidupan kita (Mat 4:4; Ef 6:12,17; Yak 1:21).

12. Alkitab harus dikasihi, dihargai, dan dijaga oleh semua anggota gereja yang memandangnya sebagai satu-satunya kebenaran Allah bagi dunia yang hilang dan menuju kematian kekal. Kita harus memelihara semua doktrinnya dengan setia menaati semua ajarannya, memberitakan berita keselamatannya, mempercayakannya kepada orang yang dapat dipercaya, dan mempertahankannya terhadap semua orang yang berusaha untuk memutarbalikkan atau membinasakan kebenaran kekalnya (lih. Fili 1:16; 2 Tim 2:2; Yud 1:3; 2 Timotius 1:13-14. Tak seorang pun boleh menambahkan sesuatu kepada atau mengurangkan sesuatu dari Alkitab, Ulangan 4:2; Wahyu 22:19

13. Akhirnya, kita harus perhatikan bahwa pengilhaman yang tidak ada salahnya berlaku untuk naskah aslinya saja. Jadi, apabila mendapat sesuatu yang tampaknya salah dalam Alkitab, maka kita harus ingat adanya tiga kemungkinan berhubungan dengan masalah yang nyata dan bukan berpikir bahwa penulisnya telah melakukan kesalahan:
  • Salinan yang ada dari naskah asli mungkin tidak tepat seluruhnya;
  • Terjemahan dewasa ini dari teks Ibrani atau Yunani mungkin salah; atau
  • Pengertian atau penafsiran kita mengenai teks alkitabiah mungkin kurang atau salah.


Rabu, 05 September 2012

Pewahyuan dan Otoritas Perjanjian Lama


Pendahuluan :
Wahyu adalah petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada para nabi dan rasul.
Etimologinya berasal dari kata kerja bahasa Arab وَحَى (waā) yang berarti memberi wangsit, mengungkap, atau memberi inspirasi.

Otoritas adalah kekuasaan yang sah, dapat dipercaya dan yang memungkinkan untuk menjalankan fungsinya;  hak untuk bertindak;  kekuasaan; wewenang; hak melakukan tindakan atau hak membuat peraturan untuk memerintah.

Yesus dan rasul-rasul dalam berkhotbah sering mengambil ayat-ayat di dalam Perjanjian Lama, tetapi kadang-kadang kita sering mengabaikan tentang pengajaran Yesus dan rasul-rasul mengenai Perjanjian Lama.  Jika Yesus mengajarkan bahwa Perjanjian Lama adalah perkataan Tuhan yang diinspirasikan, dan dengan bukti keilahian-Nya maka hal ini menegaskan bahwa Perjanjian Lama adalah wahyu Tuhan dalam bentuk tulisan.

1.   Pengajaran Perjanjian Lama mengenai otoritasnya
Sejak awal sekali, Perjanjian Lama yang diberikan melalui Musa diperlakukan suci dan diletakkan dalam tabut Tuhan (Ulangan 10:2) kemudian diletakkan dalam Bait Allah (1 Raja-raja 8:9). Tulisan yang bersifat nubuat juga diletakkan dalam kumpulan tulisan tersebut (Yosua 24:26; 1 Samuel 10:25). Musa menyatakan bahwa tulisan-tulisannya berasal dari Tuhan (Keluaran 20:1; Imamat 1:1; Bilangan 1:1; Ulangan 1:3), dan bagian selanjutnya dari Perjanjian Lama mengenali otoritas Tuhan dalam tulisan Musa (Yosua 1:7-8; 1 Samuel 12:6; Daniel 9:11; Nehemia 13:1).
Setelah Musa, muncul nabi-nabi yang meneruskannya dan mempunyai pernyataan "Berfirmanlah Allah". Pada hampir bagian akhir sejarah Perjanjian Lama, kumpulan tulisan-tulisan itu disebut sebagai buku dari Musa dan nabi-nabi yang memiliki otoritas Tuhan (Daniel 9:2; Zakaria 7:12).

2.    Pengajaran Perjanjian Baru mengenai otoritas Perjanjian Lama
Dengan berbagai cara, Yesus dan para penulis Perjanjian Baru menunjukkan bahwa Perjanjian Lama adalah perkataan Tuhan. Kadang-kadang mereka berbicara mengenai Perjanjian Lama secara keseluruhan,  dalam kesempatan lain mereka berbicara mengenai bagian tertentu bahkan mengenai kata tertentu, tata bahasa, atau bagian dari kata yang memiliki otoritas Tuhan.

a. Pengajaran Perjanjian Baru mengenai otoritas Tuhan dalam Perjanjian Lama secara kesuluruhan.
2 Timotius 3:16 menyatakan 'Segala tulisan yang diilhamkan Allah'  yang mengacu kepada  keseluruhan  Perjanjian Lama. 
Perjanjian Baru juga menyebut Perjanjian Lama sebagai Kitab Suci,  misal Yesus mengatakan 'Kitab Suci tidak dapat dibatalkan' (Yohanes 10:35),  'kamu tidak mengerti Kitab Suci' (Matius 22:29).
Paulus menyebut Perjanjian Lama sebagai firman Allah (Roma 3:2).
Perjanjian Lama disebut sebagai hukum Taurat yang berotoritas (Yohanes 10:34; Yohanes 12:34).
Kalimat  'Apa yang tertulis dalam hukum  Taurat harus digenapi' (Matius 5:17; Lukas 24:44) menunjukkan otoritas Tuhan dari Perjanjian Lama.

b.   Pengajaran Perjanjian Baru mengenai bagian tertentu dari Perjanjian Lama.
Biasanya Perjanjian Lama dibagi menjadi dua: Hukum Taurat dan kitab nabi-nabi. Hukum Taurat adalah 5 buku pertama yang ditulis Musa . Hukum Taurat ini disebut oleh Perjanjian Baru sebagai perkataan Allah (2 Korintus 3:15; Kisah Para Rasul 13:39; Markus 12:26). Perkataan nabi-nabi dimasukkan sebagai bagian selanjutnya Perjanjian Lama (Yohanes 1:45; Lukas 18:31).
Dalam 2 Petrus 1:21 sangat jelas menyatakan bahwa tulisan nubuat berasal dari Tuhan,  "sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah".

c.   Pengajaran Perjanjian Baru mengenai otoritas Tuhan pada bagian tertentu Perjanjian Lama
Yesus dan para penulis Perjanjian Baru tidak mengutip setiap kitab dalam Perjanjian Lama, tetapi saat mereka mengutip bagian tertentu tersebut mereka melihatnya sebagai kitab yang mempunyai otoritas Tuhan.

Yesus sendiri mengutip Kejadian (Matius 19:4-5), Keluaran (Yohanes 6:31), Imamat (Matius 8:4), Bilangan (Yohanes 3:14), Ulangan (Matius 4:4), 1 Samuel (Matius 12:3-4).
Kemudian Ia berbicara mengenai peristiwa yang mengacu 1 Raja-raja (Lukas 4:25),  2 Tawarikh (Matius 23:35).
Mazmur banyak dikutip Yesus (Matius 21:42; Matius 22:44), Amsal dikutip dalam Lukas 14:8-10, Yesaya (Lukas 4:18-19), Daniel (Matius 24:21), Zakaria (Matius 26:31).

Penulis Perjanjian Baru mengutip Yosua (Ibrani 13:5), Yeremia (Ibrani 8:8-12), Kejadian (Galatia 3:6), Ulangan (Galatia 3:10), Habakuk (Galatia 3:11), Imamat (Galatia 3:12), Mazmur (Ibrani 5:5,6), Yesaya (1 Petrus 1:24-25).

Kutipan-kutipan ada yang didahului "tertulis", "supaya digenapi", "hingga bumi dan langit berlalu" (Matius 5:18), "kamu salah, jika kamu tidak percaya" (Matius 22:29), bahkan "Tuhan berfirman" (Matius 15:4). Pendek kata apa yang tertulis di Perjanjian Lama diperlakukan sebagai perkataan-perkataan Tuhan.

d.  Pengajaran Perjanjian Baru tentang kebenaran peristiwa-peristiwa sejarah dituliskan di dalam Perjanjian Lama
Yesus dan penulis-penulis Perjanjian Baru tidak hanya mengutip Perjanjian Lama sebagai tulisan yang diwahyukan, tetapi juga mengajarkan kebenaran peristiwa-peristiwa yang dituliskan di dalam Perjanjian Lama. Yesus sendiri mengajarkan penciptaan Adam dan Hawa (Matius 19), banjir zaman Nuh (Lukas  17:27), Yunus dan ikan besar (Matius 12:40), Mujizat Elia (Lukas 4:25),  dan mujizat Musa di padang gurun (Yohanes 3:14, Yohanes 6:32).

Yesus dan penulis-penulis Perjanjian Baru menegaskan kebenaran peristiwa-peristiwa dalam Perjanjian Lama, dan secara garis besar  diuraikan sebagai berikut :
-          Penciptaan (Yohanes 1:3)
-          Manusia jatuh ke dalam dosa (Roma 5:12)
-          Pembunuhan Abil (1 Yohanes 3:12)
-          Banjir zaman Nuh (Lukas 17:27)
-          Abraham dan nenek moyang (Ibrani 11)
-          Penghancuran Sodom dan Gomora (Lukas 17:29)
-          Pengorbanan Iskak (Ibrani 11:17)
-          Musa dan semak yang menyala (Kisah Para Rasul 7:30)
-          Keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir (1 Korintus 10:1-2)
-          Mujizat pemeliharaan Tuhan melalui manna (1 Korintus 10:3-5)
-          Peninggian ular tembaga (Yohanes 3:14)
-          Jatuhnya kota Yeriko (Ibrani 11:30)
-          Mujizat Elia (Yakobus 5:17)
-          Hakim-hakim yang terkenal (Ibrani 11:32)
-          Raja-raja (Matius 12:41-42)
-          Daniel di kandang singa (Ibrani 11:33)
-          Penolakan nabi-nabi Perjanjian Lama (Matius 23:35).

Dengan penjelasan ini, maka disimpulkan bahwa peristiwa-peristiwa yang dicatat di dalam Perjanjian Lama adalah peristiwa sejarah yang benar-benar terjadi.

e.   Pengajaran Perjanjian Baru mengenai kata dan bagian dari kata Perjanjian Lama sebagai sesuatu yang memiliki otoritas.
Yesus mengatakan dalam Matius 5:18, "Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi."
Jadi Perjanjian Lama adalah punya otoritas hingga sampai bagian terkecilpun.

3.   Sifat Pewahyuan Perjanjian Lama
Diwahyukan berarti suci (Yohanes 10:35, 2 Timotius 3:15), dinafaskan oleh Allah (2 Timotius 3:16), digerakkan oleh Roh Kudus (2 Petrus 1:20-21).

a.    Pewahyuan bersifat verbal
Pewahyuan bersifat verbal berarti setiap kata diwahyukan.  Dalam Keluaran 24:4, " Lalu Musa menuliskan segala firman TUHAN itu". Daud berkata: " firman-Nya ada di lidahku"(2 Samuel 23:2).  Yeremia diperintahkan untuk "Janganlah kaukurangi sepatah katapun" (Yeremia 26:2). Yesus berulang kali menyatakan Perjanjian Lama mempunyai otoritas dengan mengatakan "ada tertulis... ada tertulis" (Matius 4:4,7). Paulus menegaskan bahwa "perkataan diajarkan oleh Roh" (1 Korintus 2:13). Dan 2 Timotius 3:16 menyatakan bahwa tulisan-tulisan Perjanjian Lama diwahyukan oleh Tuhan.

b.    Pewahyuan secara lengkap
Yesus mengajarkan bahwa seluruh Perjanjian Lama diwahyukan Tuhan. Segala tulisan termasuk tulisan Musa dan para nabi berasal dari Tuhan (Matius 5:17,18) dan harus digenapi (Lukas 24:44). Paulus menambahkan bahwa segala sesuatu dalam Perjanjian Lama ditulis supaya menjadi pelajaran (Roma 15:4).  2 Timotius 3:16 mengajarkan bahwa 'Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran'.

c.    Pewahyuan memiliki otoritas
Otoritas dari pengajaran Alkitab berasal dari perkataan atau firman Tuhan (Roma 3:2). Yesus berkata mengenai otoritas Perjanjian Lama, "Kitab Suci tidak dapat dibatalkan" (Yohanes 10:35). Yesus menegaskan otoritas Perjanjian Lama dengan berulang kali memakai mengutip Perjanjian Lama dalam pengajaran-pengajaran-Nya (Matius 22:29, Markus 9:12). Yesus melawan pencobaan iblis juga dengan 'ada tertulis' (Matius 4:4,7). Firman Allah dalam bentuk tulisan inilah yang menjadi pegangan/otoritas dalam menyelesaikan segala perselisihan mengenai pengajaran maupun hal-hal praktis.

Pewahyuan berarti bahwa segala pengajaran Perjanjian Lama adalah selalu benar.
Yesus percaya bahwa Firman Tuhan adalah benar (Yohanes 17:17) dan penulis kitab Ibrani mengajarkan bahwa Tuhan tidak bisa berdusta (Ibrani 6:18). Yesus mengajarkan bahwa setiap 'iota' dan titik dari Perjanjian Lama berasal dari Tuhan. Dengan dengan demikian maka setiap pengajaran dan penulisan Perjanjian Lama adalah selalu benar, tanpa ada satu kesalahanpun.

Kesimpulan :
Yesus mengajarkan bahwa Perjanjian Lama adalah tulisan yang diwahyukan Tuhan sehingga Perjanjian Lama adalah tulisan yang mempunyai otoritas. Karena Yesus adalah Tuhan (lihat Keilahian Yesus Yesus), apa yang Yesus ajarkan adalah firman Tuhan. Dengan demikian atas dasar otoritas Yesus sebagai Tuhan, maka dapat disimpulkan bahwa Perjaniian Lama dengan segala pengajaran, peristiwa sejarah dan mujizatnya adalah tulisan yang diwahyukan Tuhan.

Banyak bukti lain bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan, seperti nubuat yang digenapi, kesatuan yang menakjubkan, kualitas moral yang sangat tinggi, tersebar secara luas ke seluruh penjuru dunia, dan kekuatannya yang dinamis mengubah manusia.

Bagaimana anda memandang Alkitab? Seberapa anda sudah membaca, memahami dan taat kepada Firman Tuhan yang sudah dituliskan buat anda ini?

Sumber:
  •  Geisler, Norman L., Christian Apologetics, Baker Book House, Grand Rapids, Michigan 49516.
  •  Miriam Santoso, Bibliologi - Pengantar Alkitab, Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang.
  •  Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia 1999.