Kamis, 23 Februari 2012

LANGKAH PRAKTIS MENGATASI KEKHAWATIRAN

Biasanya, kekhawatiran kita tidak berkembang sampai pada taraf fobia. Pada waktu harus berbicara di depan umum, mungkin Saudara merasa tegang dan khawatir. Mungkin Saudara cemas menghadapi situasi baru. Lutut Saudara bisa saja gemetar dan lemas, dan perut Saudara terasa sakit karena takut, tetapi pada akhirnya Saudara dapat mengatasi keadaan Saudara.

Berikut ini empat faktor yang sering menjadi penyebab kekhawatiran.
1. Khawatir membuat kesalahan di depan umum.
2. Khawatir membuat orang marah.
3. Khawatir kehilangan kasih.
4. Khawatir karena merasakan sakit secara fisik dan kematian.

Kekhawatiran sebenarnya diciptakan oleh diri kita sendiri. Oleh karena itu, jangan membesar-besarkan hal kecil yang kita hadapi. Tuhan Yesus mengatakan dengan jelas bahwa hal-hal negatif dalam dunia ini, harus kita hadapi dan bahwa problema-problema, pencobaan-pencobaan, dan godaan-godaan selalu ada. Tuhan berkata, "Dalam dunia kamu menderita penganiayaan" (Yohanes 16:33). Tuhan Yesus juga sudah memperingatkan kita bahwa si iblis, musuh Tuhan itu, selalu berusaha menghancurkan manusia. Selanjutnya, dengan penuh kemenangan Yesus berkata, "Tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." Kita dapat bebas dari kekhawatiran yang melumpuhkan kalau kita bersedia dihiburkan oleh fakta ini: dalam Kristus, kita aman, dikasihi, dilindungi, dijaga, dan pada suatu hari kelak, kita akan tiba di tempat yang mulia untuk selama-lamanya.

Apabila Saudara merasa khawatir, cobalah lakukan tindakan seperti ini.

1. Kecilkan bayangan Saudara tentang bahaya yang akan menimpa Saudara (ingatlah, bahayanya selalu dibesar-besarkan dalam bayangan kita).

2. Sadarilah bahwa Saudara sendirilah yang menciptakan kekhawatiran itu dengan anggapan yang salah.

3. Sanggahlah anggapan-anggapan salah itu dengan berkata: "Itu tidak akan berakibat buruk, hanya tidak akan menyenangkan." Atau "Meskipun apa yang kutakuti itu akan terjadi, akibatnya tidak akan berakibat fatal bagiku."

4. Mengganti anggapan yang salah dengan pendapat yang benar, yang sesuai dengan kenyataan. Jangan khawatir bahwa Saudara lemah. Tuhan Yesus berkata, "Justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Ucapkanlah ayat-ayat di 2 Korintus 4:17, Lukas 10:19, Lukas 11:9, Yakobus 4:7, 1 Yohanes 4:4, Yesaya 40:31, dan Mazmur 51:12.

Tetaplah berdoa dan nantikanlah hal-hal besar sebagai jawaban doa Saudara. Di dalam dan bersama Kristus, kekhawatiran tidak akan lagi dapat menguasai Saudara!

BAGAIMANA MENGALAHKAN KEKHAWATIRAN?

Sebagian besar manusia menghadapi dua macam kekhawatiran: keraguan akan kesanggupan Tuhan untuk menolong kita, dan risau tentang keteledoran dan ketidakbijaksanaan diri kita sendiri. Kita perlu membedakan dengan jelas di antara keduanya.

Seandainya kita diganggu oleh kekhawatiran yang pertama, kita perlu menyadari bahwa Tuhan mampu dan Ia sedang memerhatikan kita. Kekhawatiran semacam itu tidak patut bagi orang yang beriman. Sebaliknya, bila kita risau karena merasa khawatir, kita tentu tidak bisa mengerjakan berbagai hal dengan tepat.

Dalam 1 Korintus 9:27 Paulus berkata, "Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak." Paulus memunyai kekhawatiran yang masuk akal, bahwa manusia lahiriahnya dan kecenderungannya sendiri untuk berbuat dosa -- jika tidak diperiksa dengan baik -- kemungkinan akan menyebabkan kemuliaan Tuhan berkurang di dalam hidupnya. Ini adalah kekhawatiran yang dapat dibenarkan.

Sebaliknya, kesaksian Paulus di dalam Filipi 4:11 mengatakan bahwa ia "telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan." Pada bagian ini, ia menunjukkan aspek lain dari kekhawatiran -- apakah Tuhan telah melupakan kita dan apakah Ia dapat membebaskan kita. Rasul Paulus menunjukkan bahwa ia dapat merasa puas karena ia tahu bahwa Tuhan mengetahui, Tuhan memerhatikan, dan Tuhan dapat bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan (Roma 8:28). Karenanya, ia dapat menerima segala keadaan tanpa rasa khawatir, entah keadaan itu baik untuknya atau tidak.

Berikut ini beberapa kebenaran yang akan membantu kita mengalahkan kekhawatiran.

1. Tuhan mengetahui keadaan kita.

Mazmur 139:8-10 mengatakan, "Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku."

2. Kita tidak dapat mengubah keadaan kita dengan terus khawatir.

Saat saya berada di dalam pesawat terbang dan terjadi hujan badai, saya merasa khawatir apakah pesawat itu sanggup melewati keadaan tersebut. Kekhawatiran saya tidak berguna sedikit pun untuk menolong pilotnya ataupun untuk menghentikan hujan badai itu. Jika kita menyadari bahwa kekhawatiran kita tidak dapat mengubah keadaan kita, kita mungkin malah menertawakan diri sendiri karena merasa khawatir.

3. Kenyataan yang kita hadapi tidak seburuk yang diperkirakan.

Kadang-kadang pada saat saya harus berbicara dengan para sarjana yang kritis serta para tamu istimewa di antara hadirin, saya betul-betul merasa khawatir. Kemudian saya sadar bahwa kekhawatiran saya tidak beralasan; keadaannya tidaklah seburuk yang saya pikirkan mengenai mereka. Biasanya begitulah keadaannya. Kita repot memikirkan berbagai hal lalu semuanya ternyata tidak sesulit yang kita perkirakan waktu kita dikuasai kekhawatiran.

4. Tidak semua hal harus menyenangkan.

Sebagai orang-orang Kristen yang dewasa, kita perlu belajar untuk menerima apa yang terjadi pada diri kita, sepanjang itu bukan merupakan akibat dari dosa yang dengan sengaja diperbuat. Janganlah berpikir, "Yah, seandainya saya tidak di sini" atau "Seandainya saya berani melakukan ini atau mengatakan begitu." Kita melayani Tuhan yang Mahakuasa yang memperkenankan berbagai hal terjadi pada kita demi kebaikan kita. Kita mengetahui hal ini dari kitab Ayub, dan kita harus berjuang untuk belajar menerima berbagai keadaan seperti halnya Ayub, dengan tidak bertanya-tanya apakah kehidupan ini mungkin berbeda seandainya kita melakukan sesuatu yang lain.

5. Orang-orang yang suka khawatir tidak banyak mencapai penyelesaian.


Perhatikanlah orang-orang beriman di dalam Kitab Suci, yang dihadapkan kepada keadaan-keadaan yang memaksa, yang dengan mudah dapat menimbulkan rasa khawatir. Abraham disuruh meninggalkan negeri leluhurnya; ia dapat saja khawatir ke mana ia harus pergi. Ester tentu dapat begitu khawatir tentang kemungkinan ia harus menjalani hukuman mati apabila ia menemui raja, sehingga ia bisa saja tidak melakukan hal tersebut. Yusuf di dalam penjara dapat khawatir bahwa Tuhan telah melupakan dirinya, dan apakah mimpinya dulu akan menjadi kenyataan. Debora, pada saat berdebat dengan Barak tentang hasil suatu pertempuran dapat bertanya-tanya dalam hatinya, apakah segala usahanya untuk membawa orang ini bekerja bersamanya akan betul-betul menghasilkan hal-hal yang tepat. Tetapi seandainya orang-orang itu dikuasai oleh kekhawatiran, apakah mereka akan pernah menjadi pemimpin-pemimpin yang berhasil?

"... Bagi Allah, segala sesuatu mungkin." (Matius 19:26) -- kita tak perlu khawatir mengenai Dia. Dan kalau pun ada rasa khawatir atas diri sendiri yang dapat dibenarkan, jenis kekhawatiran ini pun jarang memberikan hasil. Jauh lebih baik bila kita mengerjakan apa yang memang perlu dikerjakan, lalu membiarkan hasilnya di dalam tangan Bapa kita yang penuh kasih.

TAKUT

Nats: 2 Timotius 1:7
Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.

Mungkin 1 dari 9 orang yang pernah melakukan konseling sering kali meremehkan masalah takut. Padahal, kebanyakan orang sering bergumul dengan rasa takut -- dalam tingkat dan bentuk yang berbeda-beda.
Kita tidak tahu berapa banyak orang yang merasa takut saat naik elevator, takut dengan ketinggian, takut mengalami penolakan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, dsb.. Meskipun rasa takut bisa disembunyikan, rasa itu akan terus menjalar dan mencengkeram.

Rasa takut yang berlebihan dapat "menghancurkan" manusia. Alkitab, secara khusus memberikan banyak pembahasan tentang hal ini. Bahkan, dalam banyak kesempatan, Allah menasihati umat-Nya agar "jangan takut". Mengapa perintah ini diulang terus-menerus? Karena Allah tahu betapa nyatanya rasa takut itu bagi manusia, dan betapa perlunya kita diingatkan terus untuk memercayai-Nya di segala situasi dan kondisi.

Transformasi

Mungkin Anda mengerti bagaimana perasaan orang-orang yang terbelenggu dengan perasaan takut, yang di dalamnya seolah tidak ada jalan keluar. Anda mungkin juga mengerti seperti apa realitas siksaan yang dialami oleh orang-orang yang terbelenggu dengan perasaan takut. Betapa ajaibnya mengetahui bahwa Allah sanggup dan bersedia melepaskan kita dari setiap penderitaan, serta memampukan kita agar bebas dari rasa takut. Allah sanggup melakukan transformasi dalam hidup kita.

Macam-Macam Ketakutan


Rasa takut tidak tepat jika digolongkan sebagai penderitaan. Rasa takut meliputi 3 area, yaitu 2 area positif dan 1 area negatif.

1. Rasa Takut yang Alami.

Allah menempatkan dalam diri seseorang suatu insting pertahanan. Rasa takut yang alami adalah rasa takut yang muncul sebagai reaksi alami atas keadaan yang mengancam dan situasi yang mengarah pada bahaya. Pada saat itu, tubuh memompa adrenalin ke aliran darah, melepaskan kekuatan fisik dan mental yang besar, untuk menghadapi dan mengatasi bahaya.

Anda bisa mengingat kembali pengalaman Anda ketika Anda tiba-tiba waswas dan ada energi yang menolong Anda, atau bahkan menyelamatkan hidup Anda. Ini adalah rasa takut yang positif. Ini adalah cara melindungi diri. Namun, jika sikap waswas ini berkecamuk dalam jangka waktu yang cukup panjang, hal ini bisa mengakibatkan bahaya terhadap sistem fisik. Bahkan, ada kesempatan timbulnya rasa takut yang lain, yang disebut rasa takut yang benar.

2. Rasa Takut yang Benar.


Rasa takut ini juga untuk menyelamatkan nyawa. Alkitab menyebutnya "takut akan Tuhan". Rasa ini muncul karena kekaguman, ketakjuban, dan penghormatan akan Tuhan. Rasa takut ini seharusnya memenuhi hati semua orang setelah mengakui kebesaran Sang Pencipta alam semesta. Allah adalah Pencipta. Dialah yang menopang segala sesuatu. Dialah Allah yang adil, yang menghakimi semua orang menurut perbuatannya.

Pertemuan Pribadi

Hanya setelah kita menyerahkan diri kepada Yesus Kristus, Putra Allah, sebagai Tuhan dan Juru Selamat, kita bisa memiliki rasa takut akan Allah. Dengan memohon pengampunan dari Allah, kita dimampukan-Nya hidup dalam takut akan Allah. Rasa takut akan Allah akan terus bertambah seiring pertumbuhan kita di dalam Dia. Mazmur 33:8 mengatakan "Biarlah segenap bumi takut kepada TUHAN, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap Dia!" Berdirilah "dengan gentar terhadap Dia"!
Apakah ini respons kebanyakan manusia? Alkitab mengajarkan kepada kita,
"Takut akan TUHAN itu suci," (Mazmur 19:9);
"Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN," (Mazmur 111:10); 
"Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan," (Amsal 8:13); dan
"Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan..." (Amsal 14:27) 
Saat membaca ayat-ayat ini, Anda mungkin berharap bisa benar-benar takut akan Allah. Nabi Yesaya, ketika menyatakan tentang kedatangan Mesias, menubuatkan bahwa "Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang." (Yesaya 11:2-3)

3. Rasa Takut yang Merugikan.

Dalam Yeremia 49:24, nabi Yeremia berkata: "Damsyik telah menjadi lemah semangat, berpaling untuk lari, kegemparan telah mencekam dia, kesesakan dan sakit beranak telah menggenggam dia seperti seorang perempuan yang sedang melahirkan."

Dalam bahasa Ibrani kata takut digambarkan sebagai sesuatu yang "mengikat dan membelenggu". Rasa takut mengakibatkan kesengsaraan. Kesengsaraan secara pikiran dan emosi ini, akan membelenggu kita jika kita tidak berada di dalam Kristus. Namun, dengan menerima Yesus ke dalam hidup kita, tidak berarti kita secara otomatis terbebas dari semua belenggu serangan. Kita harus merebut apa yang telah Kristus bayarkan bagi kita melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Saat kita belajar bekerja sama dengan Roh Allah, kita bisa menemukan realitas kemerdekaan dari ketakutan, dari segala penderitaan jiwa, dan tubuh. Allah menginginkan kita bisa bebas dari rasa takut yang merugikan.

Ketahuilah Kebutuhan Kita

Langkah pertama untuk mendapatkan kebebasan dari rasa takut adalah dengan menyadari bahwa kita terbelenggu oleh rasa takut, dan kita membutuhkan pertolongan. Jika kita tidak mau menyadari kebutuhan kita, kita tidak akan dapat memperoleh kebebasan. Coba kita perhatikan kisah Bartimeus dalam Lukas 18:40-42. Mengapa Yesus bertanya kepadanya, "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Yesus tentu saja tahu apa yang menjadi kebutuhan Bartimeus, tetapi Dia ingin mendengar pengakuan dari bibir Bartimeus sendiri. "Tuhan, supaya aku dapat melihat!" Setelah itu, Yesus segera menyembuhkannya.

Meskipun kita sulit untuk berterus terang tentang apa yang kita takutkan, cobalah untuk mengakuinya. Jujurlah pada diri sendiri dan orang lain, kita membutuhkan pertolongan. Sering kali saat konseli datang kepada konselor, dia tidak mau mengatakan apa yang seharusnya dikatakan. Mereka hanya menceritakan masalah di permukaan, tanpa mau menceritakan masalah yang sebenarnya. Hal ini sering terjadi karena adanya rasa takut dan rasa malu. Syukurlah, Roh Kudus itu penuh kemurahan dan berkenan menyingkapkan kebutuhan kita, serta memberikan pertolongan.

Setelah kita mengetahui inti masalah kita dan bagaimana roh ketakutan memasuki kehidupan kita, penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana berjalan dalam kemerdekaan Allah. Allah menghendaki kita semua bebas dari rasa takut. Namun, kita harus ingat bahwa iblis akan selalu mencari cara untuk mendapatkan keuntungan dalam setiap "situasi yang menakutkan" yang terjadi dalam kehidupan kita. Ingatlah pula bahwa selama kita hidup di dunia, kita tidak akan bebas dari serangan musuh. Oleh karena itu, belajar bagaimana kita bisa bebas hanyalah satu hal yang perlu kita miliki. Sedangkan belajar bagaimana menjaga diri agar tidak dikuasai rasa takut adalah hal yang lebih penting.

Langkah-Langkah Agar Bebas dari Rasa Takut

1. Bebaskan diri dari roh takut.

Kita harus menyadari rasa takut yang kita alami lalu mengatasinya. Jika tidak, seberapa pun kerasnya usaha kita untuk tetap berjalan bersama Allah, kita tetap saja akan terjatuh lagi, dan lagi, dan lagi dalam jerat musuh. Jadi, jika kita tidak mau menghadapi dan melawan rasa takut saat kita diperintahkan untuk melakukannya, kita pasti akan hidup dalam ketidakberdayaan.

2. Peliharalah hubungan dengan Yesus Kristus.

Menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat merupakan awal perjuangan. Kita harus terus bertumbuh secara rohani, agar kita dimampukan untuk terus melawan serangan musuh dan memperoleh kemenangan. Kita bisa mengalami pertumbuhan di dalam Kristus dengan cara membaca Alkitab secara teratur dan merenungkannya, menjalin hubungan yang intim dengan Dia melalui doa dan penyembahan, bersekutu dengan saudara-saudara seiman, taat melakukan perintah-perintah Allah, serta hidup sesuai dengan hukum dan prinsip Kerajaan Allah (Roma 14:17).

3. Kenakan senjata Allah.

Efesus 6:13 menyebutkan, kenakan seluruh perlengkapan senjata Allah untuk melawan serangan musuh. Senjata kita bukanlah senjata secara lahiriah, tetapi senjata rohani; yang tidak terlihat. Dengan mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah siang dan malam, kita mampu bertahan dan melawan serangan setan. Bagaimana caranya? Katakan bahwa kita adalah milik Kristus, nyatakan kemenangan kita karena Kristus, dan di dalam Kristus kita kuat, terlindung, benar, penuh dengan damai sejahtera, dan dijagai oleh Firman-Nya.

4. Dipenuhi Roh Kudus.

Dipenuhi oleh Roh Kudus bukan pilihan namun kebutuhan (Efesus 5:18). Kita harus hidup sesuai dengan Firman Tuhan dan menang atas setan. Setelah kita dipenuhi Roh Kudus, kita pasti bisa melawan setan dan menang.

5. Berjaga-jagalah senantiasa.

Seperti seorang prajurit, sebagai orang Kristen kita juga harus senantiasa berjaga-jaga. Firman-Nya berkata, "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya!" (1 Petrus 5:8) Kuasai pikiran Anda, karena pikiran adalah titik utama yang menjadi sasaran dan pintu masuk iblis.

6. Memuji Tuhan.

Puji-pujian adalah senjata penting untuk melawan ketakutan. Selain sebagai persembahan, puji-pujian juga memiliki kuasa yang membebaskan (Ibrani 13:15 dan Kisah Para Rasul 16:25-26).

7. Berhentilah berbuat dosa.

Apa yang kita tabur akan kita tuai. Jika kita menabur dosa, kita akan menuai penderitaan dan kebinasaan. Jadi, jika kita sudah berbuat dosa, segeralah mengakuinya dan bertobat.

8. Nyatakan kemerdekaan.

Pengakuan bahwa kita sudah bebas di dalam Kristus, berfungsi seperti tembok perlindungan dari serangan setan. Nyatakan kemerdekaan kita dengan iman, meskipun saat ini kita sedang berjuang.

9. Berpusatlah pada Kristus.

Allah adalah Pencipta dan Sumber kehidupan kita. Oleh karena itu, kita membutuhkan Yesus sekarang dan selamanya. Dengan berserah dan melayani Dia, kita mewarisi Kerajaan Allah dan mengalami damai sejahtera-Nya
Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. (Filipi 4:7).

 

Rabu, 22 Februari 2012

KASIH DAN PENGAMPUNAN

Seluruh hukum agama tersimpul dalam perintah yang satu ini, "Hendaklah engkau mengasihi sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri." (Galatia 5:14 BIS)

Pusat dari ajaran kekristenan dan pelayanan Yesus adalah sebuah pandangan yang sederhana -- kasih untuk diri kita sendiri dan orang lain adalah suatu hal yang harus betul-betul kita sadari sebagai anak-anak Allah. Alkitab meneguhkan fakta sederhana ini berulang-ulang, dan bahkan beberapa dari antara kita merasa tertantang ketika mencoba menaati hukum yang paling mendasar ini. Bagaimana kita seharusnya mengasihi sesama kita, seperti diri kita sendiri?

Melalui belas kasihan, pengampunan, memikul tanggung jawab, dan berjalan sesuai pimpinan yang benar, kita mungkin mulai dapat mengasihi diri kita sendiri dengan cara yang lebih dalam dan lebih lengkap. Kasih Allah mencakup segala hal; tidak berakhir dan sempurna bagi kelemahan-kelemahan kita. Dengan menerima diri kita sendiri sebagaimana adanya, dengan kelebihan dan kekurangan kita, kecerdasan dan ketidaktahuan kita, dengan tidak menghakimi karakter kita di hadapan Yang Mahakuasa, kita semakin mampu mengasihi diri kita sendiri secara penuh dan sempurna.

Jika kita mengasihi diri kita sendiri, kita menghargai hati dan pikiran kita dengan segala keberadaannya. Mengapa kita sulit melakukan hal yang sama terhadap orang lain?

Pengampunan

"Kalau kalian mengampuni orang yang bersalah kepadamu, Bapamu di surga pun akan mengampuni kesalahanmu. Tetapi kalau kalian tidak mengampuni kesalahan orang lain, Bapamu di surga juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:14-15)



Secara praktis, pengampunan adalah sikap yang harus kita terapkan terhadap saudara-saudara kita, bahwa kita harus mengasihi mereka sungguh-sungguh dan sempurna. Seperti kita, mereka dapat berpikir dan merasakan. Seperti kita, mereka adalah manusia dan bercacat. Seperti kita, mereka melakukan kesalahan. Kita semua adalah orang-orang berdosa yang tak berdaya di dunia. Pengampunan itu ibarat tanah yang di dalamnya kasih dapat bertumbuh.

Bangkitlah Melawan Kesombongan


Dalam banyak hal, kita dihalangi untuk mengampuni orang lain oleh kesombongan kita sendiri. Pikirkanlah orang-orang yang ada di dalam kehidupan Anda yang belum Anda ampuni, dan pikirkan mengapa Anda tidak mau melakukannya. Bagaimanakah mereka bersalah terhadap Anda? Apakah Anda melibatkan kesombongan? Anda tidak cukup hanya mengasihi orang-orang yang mengasihi Anda, mereka yang mendukung Anda untuk memperoleh pujian dan keberhasilan. Anda juga harus mengasihi orang-orang yang tidak mengasihi Anda.

"Tetapi kepada kalian yang mendengar Aku sekarang ini, Aku beri pesan ini: kasihilah musuh-musuhmu, dan berbuatlah baik kepada orang yang membencimu." (Lukas 6:27 BIS)

Inilah satu-satunya cara agar kasih dapat bertumbuh dan berkembang, dan kasih adalah kekuatan terbesar. Kasih melahirkan kasih, bahkan di tempat yang tidak memiliki kasih sekalipun. Ampunilah teman-teman Anda, ampunilah musuh-musuh Anda. Tepiskanlah kesombongan dan puji-pujian untuk diri sendiri yang menjauhkan Anda dari sahabat-sahabat Anda.

Kasih Yesus Kristus

Macam-macam pengampunan dan kasih yang sempurna disimpulkan dalam frasa "kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri" benar-benar sulit untuk dilakukan bahkan bagi orang yang paling baik. Kita tidak sempurna -- ini sudah jelas.

Namun demikian, dengan menerima Yesus Kristus, perwujudan dari semua kesempurnaan ini, ke dalam hati dan pikiran kita, kita dalam menjalani hidup yang lebih rela untuk mengampuni dan mengasihi. Kristus telah memberikan diri-Nya sendiri dengan cuma-cuma kepada orang-orang yang meminta kepada-Nya, memenuhi mereka dengan pengampunan, dan kasih yang tidak akan berakhir.